Maria berjalan tanpa arah dan tujuan menjauhi rumah Reyhan. Dia hanya ingin berjalan sebisa dan sejauh yang dia mampu. Air mata di pipinya terus mengalir. Tubuh sempurna itu sekarang berubah menjadi orang paling tidak berdaya.
Setelah berjalan cukup jauh, Maria duduk di halte bus, dia tidak sanggup lagi meneruskan langkah kakinya. Dia tampak mengambil ponsel dari kantongnya. Dia mencari nama seseorang. Dia mencari nama papanya. Papanya akan selalu menjadi tempat dia kembali sejauh apapun langkah kaki Maria membawa dirinya.
"Pa... Huaaaa..." Tangis Maria pecah, Maria tidak peduli lagi dengan tatapan orang-orang di sekelilingnya yang penuh dengan tanya tanya dan rasa penasaran.
"Kenapa sayang? Ini papa baru sampai kantor. Tadi sebelum berangkat kerja, papa cek ke dalam kamar, kamu tidak ada. Papa bertanya sama pak Heri katanya kamu pergi ke rumah Reyhan. Sekarang kok putri papa menangis? Ayo cerita sama papa." Terdengar kekuatiran dibalik suara itu.
"Pa, Maria mau mati. Maria gak sanggup lagi. Pa Maria butuh papa sekarang. Dada Maria sakit pa, sakit banget." Jawab Maria sambil meremas baju di dadanya.
"Maria, kamu dimana sayang? Papa sekarang datang ya. Bilang aja sekarang putri papa dimana? Ayo sayang jawab papa bilang Maria dimana?" Kekuatiran Brema semakin memuncak mendengar suara tangis pilu putri kesayangannya itu.
Maria akhirnya memberitahukan alamatnya sekarang pada papanya. Hanya papanya sekarang yang bisa Maria andalkan.
Sementara itu, tidak jauh dari tempat Maria duduk tampak seorang pria muda mengawasi Maria. Matanya tidak berhenti memandang Maria yang sedang putus asa itu. Dia ingin sekali memeluk tubuh yang hatinya sedang hancur oleh kelakuan yang diperbuatnya.
Reyhan takut Maria berbuat hal nekat jika dirinya mendekati Maria. Hati Reyhan juga sekarang ikut hancur. Reyhan sadar, hari ini hubungan mereka akan segera berakhir. Tidak akan pernah bisa diperbaiki lagi. Mereka dulu pernah berjanji tidak akan ada penghianatan di dalam hubungan yang telah mereka bina bertahun-tahun itu. Ternyata hari ini Reyhan melanggarnya. Walaupun sebenarnya Reyhan dijebak dengan minuman yang dicampur pil tidur oleh mamanya. Tapi Maria tidak akan percaya itu.
Sebuah mobil mewah berwarna putih berhenti tepat di depan Maria. Ternyata itu papanya dengan pak Heri.
"Putri papa kenapa? Siapa yang udah menyakiti putri papa? Siapa?" Tanya Brema sambil memeluk tubuh putrinya yang tidak berdaya itu. Maria tidak berhenti menangis.
"Reyhan pa Reyhan. Dia tidur dengan wanita lain. Maria disuruh datang ke rumahnya hanya untuk melihat mereka tidur bersama setelah melakukan hubungan badan." Tangis Maria semakin keras, membuat siapa saja yang mendengarnya ikut merasakan sakit yang Maria alami. Hati Maria tidak ingin percaya tapi matanya sudah melihat.
"Kurang ajar." Brema menggertakkan giginya. Raut kemarahan dapat dilihat dengan jelas dari wajahnya. Brema belum pernah melihat putrinya sesedih ini kecuali saat almarhumah mamanya meninggal. Sudah sangat lama sekali.
Tubuh Maria lemas, Maria terjatuh dipelukan papanya. Papanya spontan menggendong masuk ke dalam mobil. Reyhan yang menyaksikan dari jauh ingin sekali berada di dekat Maria. Dia mengutuk dirinya sendiri. Dia menyalahkan dirinya yang pengecut itu.
"Maria bangun sayang, papa disini menemani Maria. Ada papa sayang, putri papa harus kuat. Papa akan balas perbuatan mereka. Papa janji. Tapi Maria tidak boleh sakit. Bangun sayang." Papa Maria mulai menangis melihat penderitaan putrinya. Jika boleh memilih, papa Maria ingin menggantikan posisi Maria. Hati siapa yang tidak terluka melihat anak perempuan satu-satunya disakiti oleh pria lain sedangkan papanya sendiri memperlakukan Maria seperti seorang putri yang tidak boleh disakiti siapapun. Brema menyayangi Maria melebihi hidupnya sendiri.
Bahkan pak Heri yang dari tadi bawa mobil pun diam-diam ikut menangis. Dia menyesal tidak menunggu Maria tadi.
***
Setelah Maria sadar, dia telah berada di kamarnya. Maria tidak ingat sudah berapa lama dia pingsan. Maria menoleh kearah papanya yang dari tadi gelisah menunggu Maria. Maria juga melihat dokter keluarga mereka sedang memeriksa dirinya. Mama sambungnya juga berdiri di sampingnya dengan wajah penuh kekawatiran.
"Maria, kami udah bangun sayang? Bagaimana keadaan putri saya dok?" Tanya papa Maria saat melihat Maria membuka matanya.
"Putri bapak mengalami syok berat. Otaknya tidak bisa menerima kejadian yang menimpa putri bapak sehingga tekanan darah putri bapak turun drastis." Jelas dokter.
"Ya Tuhan Maria." Jerit Brema sambil menggenggam tangan putrinya kesayangannya itu.
"Sekarang sudah baikan pak. Asal Maria banyak istrahat aja. Kalau gitu saya permisi pulang dulu pak. Maria, kamu harus tetap semangat, jangan sampai penyakitmu makin parah ya. Banyak minum vitamin dan jangan lupa untuk makan obat." Saran dokter sekalian pamit pulang.
"Makasih ya dok, hati-hati di jalan." Ucap Brema tetapi Maria tetap diam tidak menanggapi omongan dokter langganan keluarganya itu.
Setelah dokter tersebut beranjak pergi, Maria kembali menangis. Dipikirannya masih tetap kejadian tadi pagi. Maria ingat jelas bagaimana Aila memeluk Reyhan dan tidur didada pria yang sangat dicintai oleh Maria. Sekarang Maria sangat membenci Reyhan. Maria benci penghianatan.
"Sayang udah ya nangisnya." Ucap mama Maria sambil menghapus air mata dipipi Maria. Dari pertama kali mamanya datang ke rumah ini, dia belum pernah melihat Maria serapuh sekarang. Ini benar-benar bukan seperti Maria sebelumnya.
"Iya sayang, udah ya. Ada papa sama mama yang selalu di samping Maria. Kami akan selalu mendukung Maria. Orang jahat seperti Reyhan itu tidak cocok sama putri papa yang cantik ini. Sekarang kamu makan ya sayang. Dari tadi pagi kamu belum ada makan." Bujuk papa Maria sambil menyodorkan sendok ke mulut Maria.
Maria menolak dengan menutup mulutnya. Air matanya belum berhenti keluar. Matanya indahnya sekarang bengkak, hanya kesedihan tersorot dari bola matanya. Dia menidurkan badannya dan memilih bersembunyi dibalik selimut.
"Yaudah sayang, nanti kalau kamu udah tenang panggil papa ya. Biar papa nyuapi kamu makan." Papanya mengalah. Brema menghela nafasnya yang berat. Dia menatap ke langit-langit kamar Maria untuk menahan air matanya supaya tidak terjatuh. Brema dan istrinya meninggalkan kamar Maria. Mereka ingin membiarkan Maria sendiri dulu supaya hatinya bisa tenang.
Setelah papa dan mamanya bergegas pergi dari kamar Maria, ponsel Maria berbunyi. Dia melihat nomor baru terpampang di layar HP Maria. Dia tidak ingin mengangkatnya. Tapi nomor baru itu tidak menyerah. Akhirnya Maria menekan tanda berwarna hijau di layar ponselnya.
"Gimana Maria? Kamu udah yakin aku punya hubungan dengan Reyhan? Aku sudah peringatkan kamu kan? Sekarang kamu bisa menyaksikannya sendiri. Mama Reyhan juga sangat setuju dengan hubungan kami. Mama Reyhan juga tau kok tadi malam kami tidur bareng. Kurang bukti apa lagi coba? Dan kami juga secepatnya akan tunangan dan akan segera menikah. Hahaha...." Ternyata itu adalah Aila. Aila ingin lebih menyakiti Maria lagi. Dada Maria sesak lagu, dia langsung mematikan sambungan teleponny. Dia tidak ingin mendengar kata-kata Aila lagi. Maria tidak sanggup berkata apa-apa selain semakin menangis.
Maria mencari nama Reyhan di ponsel miliknya. Maria mencoba menghubungi kekasih yang akan jadi mantannya itu. Dan ternyata diangkat oleh Reyhan. Reyhan juga sudah menunggu telepon dari Maria. Reyhan rindu gadis itu walaupun tadi Reyhan melihatnya.
"Reyhan, kamu jahat banget. Ternyata rencana kalian sudah jauh kedepan. Kamu membohongi aku dengan kata cintamu. Kalian udah mau tunangan kan? Salahku sebenarnya apa Rey? Apa aku pernah mengeluh di dalam hubungan kita? Apa aku pernah menyakiti hatimu? Kemarin saat pertama Aila datang hatiku udah sakit banget Rey dan ini beribu-ribu kali sakitnya. Kamu sudah puas Rey? Mungkin sekarang kamu sedang tertawa bahagia melihat aku menderita seperti ini. Supaya kamu lebih bahagia lagi, aku akan pergi selamanya dari kehidupan ini." Suara Maria sudah hampir habis. Air matanya sudah mengering. Maria terlalu banyak menangis hari ini.
"Halo Maria, halo.. Jangan nekat Maria. Kamu tidak ada salah apa-apa. Aku yang salah Maria. Sekarang kamu tenang ya. Tolong dengarkan aku sayang." Reyhan terdengar panik dengan ucapan Maria. Dia tau Maria orang yang nekat. Tapi telepon sudah duluan ditutup oleh Maria sebelum Reyhan selesai berbicara.
Reyhan semakin panik. Dia mencoba menghubungi balik, tapi nomor Maria sudah nonaktif. Mau tidak mau Reyhan harus menghubungi nomor telepon rumah Maria.
"Halo, dengan siapa?" seseorang terdengar menjawab.
"Ini Reyhan pak." Jawab Reyhan.
"Masih berani kamu telepon kesini setelah apa yang kamu lakukan? Non Maria tidak mau angkat telepon dari kamu." Ternyata itu adalah pak Heri. Pak Heri langsung mematikan teleponnya. Reyhan tidak menyerah, dia terus mencoba walaupun diabaikan.
Karena merasa ribut, Brema keluar dari kamarnya.
"Siapa pak?" Tanyanya.
"Reyhan tuan." Jawab pak Heri pelan. Dia takut tuannya itu marah. Benar saja, Brema langsung menyambar telepon itu.
"Berani-beraninya kamu hubungi ke rumah ini lagi ya. Kamu itu sangat tidak tau diri." Brema sangat marah. Mungkin jika Reyhan ada di depannya sekarang, Brema akan membunuhnya.
"Om maaf om. Saya cuma minta tolong cek Maria sekarang juga." Suara Reyhan memelas.
"Kamu tidak usah suruh-suruh saya. Setelah kamu menyakiti hati anak saya, sekarang kamu sok peduli." Nada suara Brema makin kuat, sampai jantung pak Heri pun ingin copot rasanya.
"Maaf om, saya takut terjadi apa-apa dengan Maria. Tadi dia mengancam ingin mengakhiri hidupnya." Suara Reyhan seperti menahan tangis.
Brema kaget, dia langsung melemparkan telepon itu dari tangannya. Dia berlari ke kamar putrinya dengan kecepatan sebisa yang dia mampu. Pak Heri juga terlihat berlari di belakang Brema.
"Maria buku pintunya. Ini papa sayang, tolong buka pintunya." Brema memohon dengan putus asa. Tidak ada sahutan dari kamar Maria. Tanpa berpikir panjang Brema langsung mendobrak pintu kamar Maria. Pak Heri sempat kaget karena tiba-tiba tuannya memiliki kekuatan seperti itu dan wajah panik tuannya terlihat sangat kuat.
"Maria....!!!!" Brema menjerit histeris setelah Brema mendobrak pintu kamar Maria.
Bersambung...
Dengan perasaan berkecamuk di hati Brema, dia langsung memeluk Maria putri kesayangannya itu.Darah segar mengalir dari pergelangan tangan Maria. Maria memotong urat nadinya. Dia mencoba untuk bunuh diri."Pak Heri, cepat ambil mobil. Kita harus cepat-cepat pergi ke rumah sakit." Brema berteriak keras dan tanpa di suruh sekali lagi, pak Heri langsung turun.Brema menggendong tubuh tak berdaya putri semata wayangnya itu. Mama tiri Maria juga berlari di belakang Maria. Mereka semua panik."Bangun sayang, kamu harus kuat. Ada papa sama mama di samping kamu. Kami akan mendukung kamu sayang. Bangun. Kamu harus bertahan ya, sebentar lagi kita sampai." Brema menangis sambil menyentuh wajah cantik Maria."Jika terjadi apa-apa sama Maria, saya tidak akan memaafkan kamu Reyhan." Brema mengutuk Reyhan, ingin sekali rasanya dia bertemu dengan anak itu untuk memberikan pelajaran karena telah membuat Maria jadi seperti ini.
Pagi-pagi sekali Amel sudah datang lagi ke rumah sakit menjenguk Maria."Maria, ya ampun. Apa yang kamu lakukan? Maria, jangan seperti ini lagi. Banyak yang sayang sama kamu. Laki-laki brengsek itu tidak pantas ditangisi. Apalagi kamu sampai mencoba bunuh diri gara-gara pria bajing*n itu, nanti dia merasa sangat dicintai." Amel langsung memeluk Maria."Tapi nyatanya aku memang sangat mencintai dia Amel. Tapi setelah melakukan ini, sekarang aku menyesal. Aku terlalu bodoh mengorbankan hidupku untuk orang-orang seperti mereka. Aku benci Reyhan, aku benci keluarganya. Mamanya tega nyuruh aku datang untuk menyaksikan kebejatan mereka. Sekarang aku sadar, aku benar-benar buta oleh cinta yang dijanjikan oleh Reyhan." Maria menggertakkan giginya. Terpancar rasa benci di matanya."Amel, tolong jaga Maria ya. Om ada urusan sebentar. Om titip Maria, bentar lagi tante juga akan datang kok." Pinta papa Maria melihat Amel sudah ada di kamar putrinya.
Semenjak hari itu, Reyhan tidak pernah lagi mendengar kabar tentang Maria. Dia sudah berusaha mencari ke mana-mana tapi Maria bagai hilang di telan bumi. Setiap malam, jaket Maria yang selalu dipeluk oleh Reyhan. Reyhan tidak akan bisa tidur jika jaket itu tidak ada di dekatnya. Tapi beberapa bulan setelah mereka tidak bertemu, satu negara heboh oleh kejadian yang tidak terduga. Setiap saluran TV memberitakan, "Brema Santoso telah meninggal dunia." Reyhan yang kebetulan sedang duduk di ruang tamu syok melihat berita itu. Tentu saja mereka tidak percaya. "Tidak mungkin." ucap Reyhan. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana kesedihan Maria sekarang. Reyhan langsung pergi ke luar. Orang tuanya juga tidak berani mencegah Reyhan yang sedang terburu-buru. Reyhan pergi menuju rumah Maria, keadaan rumah Maria sangat ramai dan janur kuning sudah melengkung di depan rumah Maria. Reyhan menerobos kerumunan orang-orang itu. Tapi tida
Semenjak kematian papanya dua tahun lalu, Maria berubah menjadi gadis pendiam, cuek dan dingin.Maria mulai merencanakan balas dendam apa yang akan dia buat untuk keluarga Reyhan yang telah mempermalukan dan menyakiti hati Maria.Setelah pernikahan Reyhan dan Aila, dendam di hati Maria semakin membara. Apa pun alan dilakukan oleh Maria asalkan dendamnya bisa terbalaskan.Setiap hari Maria semakin belajar dan bekerja keras untuk perusahaan yang telah ditinggalkan oleh Brema. Maria menyibukkan diri supaya bisa lupa dengan kesedihan yang dia alami.Maria juga berpikir, dengan perusahaan yang semakin maju, maka Maria akan semakin mudah untuk menghancurkan keluarga Reyhan.Satu per satu kolega yang bekerjasama dengan perusahaan Reyhan mulai ditarik oleh Maria. Perusahaan Maria berkembang pesat. Para pengusaha banyak mengajukan kerjasama dengan Maria. Di mana-mana nama perusahaan Maria semakin harum.***Hari ini merup
"Kalian siapa? Kenapa kalian bisa ada di ruangan saya dan mengobrak-abrik barang-barang saya?" Terdengar suara pria sedang marah dan juga penasaran atas apa yang terjadi di dalam ruangannya."Kami hanya menjalankan perintah, tolong anda minggir." Ucap salah satu pria yang ikut dalam acara penggeledahan itu."Siapa yang nyuruh kalian? Di mana keamanan perusahaan ini? Kenapa orang-orang ini bisa masuk?" Dengan gusar pemilik ruangan itu memanggil satpam yang bertugas."M-maaf pak, kami sudah berusaha menghalangi mereka. Tapi kekuatan mereka lebih besar dari kamu." Ucap satpam menghampiri bos mereka itu sambil gemetaran."Panggil polisi sekarang juga." Perintahnya pada satpam tersebut."Percuma kamu panggil polisi Reyhan. Kamu tidak akan menang." Terdengar suara yang tidak asing lagi di telinga pemilik ruangan itu, yang ternyata adalah Reyhan.Reyhan melihat sosok gadis memb
"Kalian siapa? Kenapa kalian bisa ada di ruangan saya dan mengobrak-abrik barang-barang saya?" Terdengar suara pria sedang marah dan juga penasaran atas apa yang terjadi di dalam ruangannya."Kami hanya menjalankan perintah, tolong anda minggir." Ucap salah satu pria yang ikut dalam acara penggeledahan itu."Siapa yang nyuruh kalian? Di mana keamanan perusahaan ini? Kenapa orang-orang ini bisa masuk?" Dengan gusar pemilik ruangan itu memanggil satpam yang bertugas."M-maaf pak, kami sudah berusaha menghalangi mereka. Tapi kekuatan mereka lebih besar dari kamu." Ucap satpam menghampiri bos mereka itu sambil gemetaran."Panggil polisi sekarang juga." Perintahnya pada satpam tersebut."Percuma kamu panggil polisi Reyhan. Kamu tidak akan menang." Terdengar suara yang tidak asing lagi di telinga pemilik ruangan itu, yang ternyata adalah Reyhan.Reyhan melihat sosok gadis memb
Hari ini langit tampak cerah, awan terlihat tidak ada yang berani menutupi matahari. Orang di gedung ini juga semua bergembira dengan gelas berisi wine di dalamnya. Mereka mengikuti irama musik yang menenangkan hati. Terlihat dari cara berpakaian mereka, mereka merupakan orang-orang kaya dengan mengenakan busana bermerk.Di atas pelaminan juga terlihat sepasang pengantin yang memberikan senyuman kepada para tamu.Pengantin pria tampak cocok dengan setelan jas hitam yang dikenakannya. Tinggi pria itu sekitar 182 cm dengan wajahnya yang putih bersih semakin menambah ketampanan pria ini. Para tamu juga tak henti-hentinya memuji ketampanan pengantin pria itu.Di sampingnya juga terlihat seorang pengantin wanita dengan mengenakan gaun putih mewah. Wanita itu terlihat sangat bahagia. Dari tadi senyumannya tidak pernah lepas dari bibirnya.Tanpa mereka sadari di sudut ruangan gedung ruangan tersebut, seorang gadis bergaun merah dengan usia sekitar 28
Setelah Amel membawa Maria keluar dari gedung mewah tempat pernikahan mantan Maria yang sekarang sudah sangat dibenci oleh Maria, mereka langsung menuju mobil mewah keluaran merk terbaru milik Maria.Mobil ini merupakan hadiah ulang tahun Maria yang dibelikan oleh papa Maria seminggu sebelum papanya meninggal. Mobil ini merupakan hadiah terakhir untuk Maria sebelum Papanya pergi meninggalkan dia untuk selama-lamanya.Di dalam mobil sudah menunggu sopir pribadi Maria dengan senyuman di wajahnya yang mulai menunjukkan tanda-tanda penuaan, yaitu pak Heri.Pak Heri sudah bertahun-tahun ikut bekerja dengan keluarga Maria. Pak Heri juga merupakan orang kepercayaan papa Maria yang bertugas untuk antar dan jemput Maria kemanapun Maria pergi.Pak Heri sangat setia, bahkan sepeninggalan papa Maria juga pak Heri masih tetap bertahan dengan Maria, sehingga Maria sudah menggangap pak Heri seperti keluarga sendiri.Dari dalam gedung tampak Reyhan men
"Kalian siapa? Kenapa kalian bisa ada di ruangan saya dan mengobrak-abrik barang-barang saya?" Terdengar suara pria sedang marah dan juga penasaran atas apa yang terjadi di dalam ruangannya."Kami hanya menjalankan perintah, tolong anda minggir." Ucap salah satu pria yang ikut dalam acara penggeledahan itu."Siapa yang nyuruh kalian? Di mana keamanan perusahaan ini? Kenapa orang-orang ini bisa masuk?" Dengan gusar pemilik ruangan itu memanggil satpam yang bertugas."M-maaf pak, kami sudah berusaha menghalangi mereka. Tapi kekuatan mereka lebih besar dari kamu." Ucap satpam menghampiri bos mereka itu sambil gemetaran."Panggil polisi sekarang juga." Perintahnya pada satpam tersebut."Percuma kamu panggil polisi Reyhan. Kamu tidak akan menang." Terdengar suara yang tidak asing lagi di telinga pemilik ruangan itu, yang ternyata adalah Reyhan.Reyhan melihat sosok gadis memb
"Kalian siapa? Kenapa kalian bisa ada di ruangan saya dan mengobrak-abrik barang-barang saya?" Terdengar suara pria sedang marah dan juga penasaran atas apa yang terjadi di dalam ruangannya."Kami hanya menjalankan perintah, tolong anda minggir." Ucap salah satu pria yang ikut dalam acara penggeledahan itu."Siapa yang nyuruh kalian? Di mana keamanan perusahaan ini? Kenapa orang-orang ini bisa masuk?" Dengan gusar pemilik ruangan itu memanggil satpam yang bertugas."M-maaf pak, kami sudah berusaha menghalangi mereka. Tapi kekuatan mereka lebih besar dari kamu." Ucap satpam menghampiri bos mereka itu sambil gemetaran."Panggil polisi sekarang juga." Perintahnya pada satpam tersebut."Percuma kamu panggil polisi Reyhan. Kamu tidak akan menang." Terdengar suara yang tidak asing lagi di telinga pemilik ruangan itu, yang ternyata adalah Reyhan.Reyhan melihat sosok gadis memb
Semenjak kematian papanya dua tahun lalu, Maria berubah menjadi gadis pendiam, cuek dan dingin.Maria mulai merencanakan balas dendam apa yang akan dia buat untuk keluarga Reyhan yang telah mempermalukan dan menyakiti hati Maria.Setelah pernikahan Reyhan dan Aila, dendam di hati Maria semakin membara. Apa pun alan dilakukan oleh Maria asalkan dendamnya bisa terbalaskan.Setiap hari Maria semakin belajar dan bekerja keras untuk perusahaan yang telah ditinggalkan oleh Brema. Maria menyibukkan diri supaya bisa lupa dengan kesedihan yang dia alami.Maria juga berpikir, dengan perusahaan yang semakin maju, maka Maria akan semakin mudah untuk menghancurkan keluarga Reyhan.Satu per satu kolega yang bekerjasama dengan perusahaan Reyhan mulai ditarik oleh Maria. Perusahaan Maria berkembang pesat. Para pengusaha banyak mengajukan kerjasama dengan Maria. Di mana-mana nama perusahaan Maria semakin harum.***Hari ini merup
Semenjak hari itu, Reyhan tidak pernah lagi mendengar kabar tentang Maria. Dia sudah berusaha mencari ke mana-mana tapi Maria bagai hilang di telan bumi. Setiap malam, jaket Maria yang selalu dipeluk oleh Reyhan. Reyhan tidak akan bisa tidur jika jaket itu tidak ada di dekatnya. Tapi beberapa bulan setelah mereka tidak bertemu, satu negara heboh oleh kejadian yang tidak terduga. Setiap saluran TV memberitakan, "Brema Santoso telah meninggal dunia." Reyhan yang kebetulan sedang duduk di ruang tamu syok melihat berita itu. Tentu saja mereka tidak percaya. "Tidak mungkin." ucap Reyhan. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana kesedihan Maria sekarang. Reyhan langsung pergi ke luar. Orang tuanya juga tidak berani mencegah Reyhan yang sedang terburu-buru. Reyhan pergi menuju rumah Maria, keadaan rumah Maria sangat ramai dan janur kuning sudah melengkung di depan rumah Maria. Reyhan menerobos kerumunan orang-orang itu. Tapi tida
Pagi-pagi sekali Amel sudah datang lagi ke rumah sakit menjenguk Maria."Maria, ya ampun. Apa yang kamu lakukan? Maria, jangan seperti ini lagi. Banyak yang sayang sama kamu. Laki-laki brengsek itu tidak pantas ditangisi. Apalagi kamu sampai mencoba bunuh diri gara-gara pria bajing*n itu, nanti dia merasa sangat dicintai." Amel langsung memeluk Maria."Tapi nyatanya aku memang sangat mencintai dia Amel. Tapi setelah melakukan ini, sekarang aku menyesal. Aku terlalu bodoh mengorbankan hidupku untuk orang-orang seperti mereka. Aku benci Reyhan, aku benci keluarganya. Mamanya tega nyuruh aku datang untuk menyaksikan kebejatan mereka. Sekarang aku sadar, aku benar-benar buta oleh cinta yang dijanjikan oleh Reyhan." Maria menggertakkan giginya. Terpancar rasa benci di matanya."Amel, tolong jaga Maria ya. Om ada urusan sebentar. Om titip Maria, bentar lagi tante juga akan datang kok." Pinta papa Maria melihat Amel sudah ada di kamar putrinya.
Dengan perasaan berkecamuk di hati Brema, dia langsung memeluk Maria putri kesayangannya itu.Darah segar mengalir dari pergelangan tangan Maria. Maria memotong urat nadinya. Dia mencoba untuk bunuh diri."Pak Heri, cepat ambil mobil. Kita harus cepat-cepat pergi ke rumah sakit." Brema berteriak keras dan tanpa di suruh sekali lagi, pak Heri langsung turun.Brema menggendong tubuh tak berdaya putri semata wayangnya itu. Mama tiri Maria juga berlari di belakang Maria. Mereka semua panik."Bangun sayang, kamu harus kuat. Ada papa sama mama di samping kamu. Kami akan mendukung kamu sayang. Bangun. Kamu harus bertahan ya, sebentar lagi kita sampai." Brema menangis sambil menyentuh wajah cantik Maria."Jika terjadi apa-apa sama Maria, saya tidak akan memaafkan kamu Reyhan." Brema mengutuk Reyhan, ingin sekali rasanya dia bertemu dengan anak itu untuk memberikan pelajaran karena telah membuat Maria jadi seperti ini.
Maria berjalan tanpa arah dan tujuan menjauhi rumah Reyhan. Dia hanya ingin berjalan sebisa dan sejauh yang dia mampu. Air mata di pipinya terus mengalir. Tubuh sempurna itu sekarang berubah menjadi orang paling tidak berdaya. Setelah berjalan cukup jauh, Maria duduk di halte bus, dia tidak sanggup lagi meneruskan langkah kakinya. Dia tampak mengambil ponsel dari kantongnya. Dia mencari nama seseorang. Dia mencari nama papanya. Papanya akan selalu menjadi tempat dia kembali sejauh apapun langkah kaki Maria membawa dirinya. "Pa... Huaaaa..." Tangis Maria pecah, Maria tidak peduli lagi dengan tatapan orang-orang di sekelilingnya yang penuh dengan tanya tanya dan rasa penasaran. "Kenapa sayang? Ini papa baru sampai kantor. Tadi sebelum berangkat kerja, papa cek ke dalam kamar, kamu tidak ada. Papa bertanya sama pak Heri katanya kamu pergi ke rumah Reyhan. Sekarang kok putri papa menangis? Ayo cerita sama papa." Terdengar kekuatiran dibalik suar
"Siang sayang, aku kangen banget sama kamu. Kamu kok gak pernah hubungi aku sih? Kan jadi aku yang datang ke Indonesia nemui kamu."Reyhan kaget melihat Aila sudah ada di dalam ruang kerjanya. Dia tidak sadar kapan Aila masuk. Dari tadi Reyhan sangat sibuk memeriksa dokumen-dokumen yang akan ditandatangani nya."Kapan kamu masuk? Kamu perlu apa nemui aku?" Rasa kaget Reyhan masih belum reda."Ihh sayang,, kok bicaranya gitu sih? Kamu gak senang aku datang? Aku sebenarnya udah dari pagi sih sampai Indonesia, tapi aku jumpai Maria dulu. Soalnya aku dengar dari orang-orang Maria dekati kamu ya? Berani-beraninya dia. Aku tadi kasih pelajaran buat dia, aku tunjukkin aja foto kita dulu waktu di bar." Jawab Aila dengan manja dan senyum genit di bibirnya."APA?? KAMU JUMPAI MARIA, APA KAMU SUDAH KEHILANGAN AKAL?? MARIA ITU PACAR AKU AILA DAN AKU HANYA MENCINTAI MARIA??"Reyhan kaget atau pengakuan Aila. Reyhan marah atas perbuatan Aila.
Maria juga ikut melihat ke arah datangnya suara itu, dia melihat sosok laki-laki yang dikenalinya. Dia adalah orang yang dari tadi dicari-cari oleh Maria.Reyhan maju sambil tetap memainkan gitar yang dipegangnya. Dia membawakan lagu Ed Sheeran yang berjudul "Perfect""Darling, you look perfect tonight"Mendengar lirik lagu yang dibawakan oleh Reyhan, sorakan keras terdengar sangat meriah di dalam gedung hotel ini. Maria tampak malu-malu dan kagum atas keberanian Reyhan."Cieee.." bisik Brema ke telinga putrinya itu.Brema makin menggoda Maria, karena melihat pipi putrinya merah. Brema adalah sosok papa yang sangat pengertian, dia selalu mendukung keputusan putrinya. Karena dia percaya Putrinya sudah dewasa dan sudah waktunya untuk mencari kebahagiaan nya sendiri walaupun Brema tetap mengawasi Maria.Reyhan yang sudah sampai di depan Maria tiba-tiba tertegun. Dia terkejut melihat kecantikan Maria malam ini. Lagu yang dia ba