Charles langsung menuju ke alamat rumah Miskha yang di berikan oleh Zoya padanya. Seolah ada yang menuntunnya untuk kerumah Miskha, padahal baru satu kali bertemu dengan wanita itu tapi Charles begitu tergoda kepadanya."Rumah yang sederhana. Pantas saja dia mau menjadi Sugar Baby karena menginginkan hidup enak dengan mudah. Jadi Mudah saja mendapatkan wanita m u r a h a n seperti dia." Seloroh Charles.Charles mengamati rumah Miskha yang hanya berukuran 36x36 itu, rumah bercat putih, namun sangat terlihat asri dengan berbagai tanaman hias di depan rumahnya.Tak lama Mikha keluar dengan baju yang terlihat sangat sopan, menutup tubuhnya, berbanding terbalik dengan pakaian saat dia bertemu di kantor, super sexy.Mikha terlihat tertawa bersama dua anak remaja berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Lalu dengan memakai motor beatnya, Miskha membawa kedua anak remaja itu."Dua anak remaja itu siapa? Apakah dia anak itu anaknya wanita itu? Tapi, tidak mungkin."Charles segera mengikuti mo
Beberapa episode kali ini menceritakan tentang kedekatan Charles dan Miskha dulu, kisah Marco dan Bella akan dilanjut setelahnya..Warning!!Konten dewasa, harap bijak menyikapinya (+21)------------------------------------------------------------------------------Suasana di ruangan kantor Charles semakin panas, gairah Charles dan Miskha seolah menyatu dan bergelora. Cumbuan demi cumbuan dari Charles membuat Miskha terbuaindan tidak bisa lagi menahan gejolak hasratnya. Sebagai wanita yang berpengalaman soal hubungan intim, Miskha merindukan sentuhan pria kaya yang bisa memuaskan hasrat sekaligus kebutuhannya.Posisi Miskha duduk di kursi kerja milik Charles, dengan lihai Charles memainkan pinggulnya ke dalam Miskha. "Mulai hari ini kamu bukan hanya sekedar sekretarisku, melainkan sugar babyku, Miskha! Eehhh..." Ucap Charles di sela-sela erangannya."Tentu Tuan... Aku menerimanya. Aahhh." Charles semakin mempercepat tempo permainannya, mengingat saat ini masih mereka masih berada d
Gelas berisi minuman alkohol itu Charles mainakan dengan tangan kirinya, sedang pikirannya entah sedang berada dimana, hanya seulas senyuman yang menghiasi wajahnya."Char? Kamu mendengarkan Saya atau tidak?" Seru Marco saat melihat sahabatnya itu justru melamun."Eh.. oh.. iya iya.. Aku mendengar kamu, kok." Charles tergagap karena terciduk tengah melamun."Kalau begitu apa saranmu untuk masalah pengiriman ekspor yang sedang bermasalah ini?" Charles menggaruk kepalanya yang tidak gatal, dirinya memang sedang melamun dan tidak fokus bahwa dia tengah rapat bersama Marco dan dua rekan bisnis lainnya."Maaf... Saya tidak mendengarkan pembicaraan tadi." Akui Charles akan kesalahannya."Ck... Kita sedang rapat, Charles. Disini juga ada rekan bisnis kita, tidak seharusnya kamu melamun seperti itu!" "Maaf, Co. Aku sedang tidak enak badan." "Sepertinya rapat ini sampai disini dulu, Pak Marco. Kami akan melakukan apa yang Anda perintahkan." Ujar seorang pria paruh baya tapi masih terlihat g
Setelah mendapat telepon dari Sardi semalam, Marco kini sudah berada di ruang meeting bersama Sardi dan anak buahnya."Apakah kamu sudah yakin tentang hal itu, Sardi?" Suara bariton Marco kembali menanyakan hal yang sama. Tentang kebenaran yang di sampaikan oleh Sardi."Dengan sangat yakin saya mengatakan hal yang sesungguhnya. Penyelidikan dilakukan dengan sangat ketat dan hati-hati. Miskha adalah seorang Ratu Mafia yang memiliki kekuatan cukup besar terutama untuk mengambil alih kekayaan orang lain yang terjebak dengan rayuannya." "Wanita itu ternyata begitu berbahaya! Beruntung saya bisa mengusirnya.""Anda memang sudah mengusirnya, Taun. Tapi kini anda serta keluarga Anda berada dalam ancamannya, Miskha tipe wanita yang pendendam." Seru Sardi memperingati Marco."Saya tidak akan membiarkan wanita itu menyentuh keluargaku." Marco mengepalkan kedua tangannya, kini Marco memiliki permusuhan dengan kelompok Mafia yang cukup terkenal."Lalu.. bagaimana dengan Mr. X? Apakah kalian sud
Di sebuah ruangan mewah, beberapa pria dengan perawakan tinggi besar dan macho tengah duduk melingkar di meja rapat. Miskha sebagai pemimpin dari kelompok Mafia itu tampak berwibawa dan mendominasi. Siapapun tidak akan menyangka jika wanita secantik dan terlihat lugu sebenarnya adalah seorang Ratu Mafia. "Kita harus segera bertindak untuk mendapatkan perusahaan Group Yohoma milik Charles Alexander. Sebelum dia mengetahui penyamaran Anda Bos," ujar seorang pria yang berada di sisi kanan Miskha. "Apa yang di katakan oleh Paul ada benarnya, Bos. Kita harus bergerak cepat, sudah satu bulan lebih Anda menyamar sebagai Sugar Babynya?" ujar Pria di sebelah Kiri Miskha yang bernama Glenn. Miskha mengangkat tangan tangannya untuk menginterupsi semua saran dari para anak buahnya. Kelompok Mafia Miskha adalah Mafia yang suka merampas perusahaan besar untuk kekayaan mereka dengan menggunakan tipu daya kecantikan dan keseksian yang Miskha miliki. "Saya tidak suka mendapat perintah dari siapap
Bella telah sampai di rumah tempatnya dulu pernah menghabiskan malam dan menjadi istri dari Ferry. Masa lalu yang pahit untuknya. Dari masalalu yang pahit itu setidaknya lahir sebuah kebahagiaan untuknya, yaitu Ethan.Dengan langkah pasti Bella memasuki rumah itu, pintu itu sedikit terbuka, seolah dengan sengaja meminta Bella untuk segera masuk.Begitu Bella masuk, pintu itu segera tertutup sendiri. Tenyata Ferry telah menunggu di belakang pintu dan menutup pintu itu serta menguncinya. "Selamat datang Isabella, Mantan istriku." Sambut Ferry sok akrab. "Langsung saja, berapa yang kamu mau, hah? Agar kamu melupakan Ethan selama-lamanya?" "Aku tidak tergiur tawaranmu, Bella." "Lalu? Apa yang kamu inginkan, bukankah kamu dulu tidak mengakui Ethan sebagai anakmu?" Ferry berjalan mengitari Bella sembari memegang janggutnya dan menelan salivanya, Bella masih terlihat begitu seksi dan cantik. "Aku hanya ingin memiliki Anak, Bella. Benihku hanya bisa tumbuh di Rahimmu." "Hamili Alexa
Di sebuah gedung yang tinggi dan mewah, Miskha tengah berada di atas atap gedung itu, menatap berbagai bentuk awan yang sangat indah karena hari itu cerah."Bos, pak Ferry tengah mengabari kita, bahwasannya Bapak Marco Pratama sudah mulai menyerangnya. Kita ditagih janji untuk membantu pak Ferry untuk mendapatkan putranya.""Bilang pada si Ferry itu, putranya akan segera dia dapatkan.""Tapi Bos, kita juga harus segera melancarkan rencana untuk merebut perusahaan Yahoma sesegera mungkin." Ucap lagi seorang pegawai perempuan yang selalu mengikuti kemanapun Miskha pergi."Ssstttt... Kali ini kamu tidak perlu ikut campur masalah perusahaan Yahoma, untuk itu biarlah menjadi urusan saya!" "Baiklah Bos, kami mengerti." Hati Miskha kini terikat dengan Charles. Selama ini dia menipu, berbagai pria kaya raya, tapi kali ini Charles berbeda dari semuanya.Ketika tahu sedang di ikuti oleh Charles saat itu, Miskha menyusun rencana di goda oleh seorang satpam, Miskha ingin tahu bagaimana Charles
Warning!Adegan ini berisi kekerasan dan agedan berdarah, harap bijak membacanya.---------------------------------------------Seorang Wanita, ibu dari teman sekolah Ethan harus tertembak karena posisinya yang menutupi Bella saat mereka tengah berbincang.Suasana di taman bermain itu menjadi begitu mencekam, deru bunyi peluru yang di tembakkan seolah menambah kengerian di siang itu.Bella mematung dengan memegangi Ethan sangat erat di dekapannya, wajah dan baju Bella yang berlumuran darah begitu berbau anyir. Kaki Bella menjadi tidak bisa di gerakkan karena terlalu takut jika peluru itu akan mengenai dirinya ataupun anaknya."Tolong... Ku Mohon, tolong kami..." Lirih Bella dengan putus asa akan situasi saat ini.Ethan begitu ketakutan hingga mendekap tubuh Bella begitu erat. Di suatu sisi, seorang penembak dari kelompok Mafia tengah bersiap untuk membidik tepat di kepala Bella, hanya dengan hitungan detik penembak itu menarik pelatuknya.Tiba-tiba, Marco datang dan menarik Bella dan
Axel memeluk tubuh indah Anjani yang tanpa memakai sehelai baju dan hanya tertutup selimut. Setelah lelah, Keduanya menghabiskan waktu untuk bercerita. "Mas minta maaf, karna tetap tidak bisa membatalkan pernikahan dengan Sandra." Mendengar itu Anjani hanya terdiam, pandangannya menerawang langit-langit rumahnya. Axel tahu jika Istri tercintanya itu kecewa, tetapi tidak mau mengungkapkan isi hatinya. "Andai kami menikah secara Sah negara mungkin Aku bisa mencegah pernikahan kedua suamiku. Tidak ada wanita yang mau berbagi suami. Posisiku hanya istri siri." batin Anjani. "Sayang... Aku tahu ini berat, tapi aku janji tidak akan pernah berpaling darimu. Ini hanya pernikahan Bisnis," bujuk Axel lalu mengecup pipi mulus Anjani. "Benarkah?" Anjani mengerlingkan matanya. "Tentu, Kamulah wanita satu-satunya di hatiku." Axel hendak mencium bibir ranum Anjani, namun istri sirinya itu malah menjauh. "Bagaimana jika kamu jatuh cinta kepada Wanita itu setelah melakukan mala
Malam ini, Axel pulang ke Apartemen Anjani. Pikirannya benar-benar sangat kusut kali ini, permasalahan perusahaannya sudah berakhir. Tapi dia tetap harus menikah dengan Sandra dan hari H menuju pernikahan mereka tinggal 7 hari lagi. Bagaimana tidak? Undangan sudah di sebar, gedung sudah di pesan, terlebih Sandra sudah begitu mengharap. Dalam dunia ini memang yang paling kerjam adalah sebuah harapan. "Mas, mandilah dulu, Aku sudah menyiapkan air hangat untuk kamu berendam." celetuk Anjani membuyarkan segala macam pikirannya. Axel berjalan mendekati Anjani, lalu memegang tangannya mesra lalu berbisik di telinga Anjani. "Ikut aku mandi." "Aku sudah mandi, Mas." Tidak ingin mendapatkan penolakan dari Anjani, Axel mendekatkan wajahnya ke ceruk leher Anjani lalu menciuminya. Hal yang Axel lakukan itu membuat Anjani memdesah pelan. "Sayang.. saat ini aku membutuhkanmu, jangan menolak permintaanku." bisiknya. "Baiklah kalau begitu." Setelah mendapat persetuju
"Pak Tristan, Maaf, saya ingin minta izin untuk pulang sekarang."Jono, Supir pribadi Tristan terlihat sangat panik. "Sa.. saya baru di kabari oleh ibu saya jika Istri saya jatuh dari tangga dan tidak sadarkan diri." Claire yang mendengarnya ikut khawatir dan kasihan. Namun, Wajah Tristan nampak tidak senang. "Bukankah saya sudah bilang jika saya tidak suka pekerja yang meminta izin di saat sedang bekerja!" Rasa kagum Claire saat di ruangan meeting tadi seolah sirna. Bosnya itu tetaplah pria dingin tak berperasaan. "Ma..Maafkan saya, Pak! Tapi ini sangat darurat, istri saya sedang mengandung 9 bulan, saya sangat khawatir dengan keadaan mereka berdua." Tristan nampak menimbang-nimbang, setelah mendengar istrinya Jono tengah mengandung masih ada sedikit rasa belas kasih di hati Tristan. "Baiklah, hanya kali ini saya menginzinkanmu." Awalnya Claire sangat tidak suka saat Tristan tidak mengizinkan Jono untuk pergi, tapi gadis itu juga ikut merasakan lega saat akhirnya
Pagi itu, Claire berjalan dengan cepat menghampiri ruangan CEO. Sorot matanya tajam penuh kemarahan dan tangannya mengepal karena menahan amarah. Baru hari ini Claire tahu masalah kedua orangtuanya tentang perusahaan mereka yang hampir bangkrut karena tender yang di rebut paksa oleh perusahaan Titan Corp, tempatnya bekerja. Bella dan Marco memang sengaja tidak memberitahukan keadaan mereka kepada Claire. Bagi mereka, Claire masih lah putri kecil yang tidak harus tahu segala permasalahan keluarganya. Ruangan Tristan yang memang berhadapan dengan meja kerja Claire sebagai sekretarisnya seolah tidak bisa menghentikan niat Claire untuk meluapkan emosinya. Tristan sedikit terkejut karena Claire membuka pintu ruangannya begitu saja. "Kenapa Anda melakukannya?" seru Claire tanpa rasa takut pada atasannya itu dan tanpa basa basi. "Rupanya kamu sudah mendengarnya?" Tristan tampak begitu santai menanggapi Claire. "Permasalahan sudah selesei, kamu tidak perlu khawatir lagi!"
Tristan duduk di depan sang ayah dengan perasaan berkecamuk. Pasalnya, sang Ayah telah mengambil langkah di luar perkiraannya, Franky langsung menyerang perusahaan Marco tanpa membicarakannya dengan Tristan terlebih dahulu. "Segera hentikan tindakan Papi!" Suara bariton Tristan berbicara santun namun tegas. "Bukan balas dendam seperti ini yang Aku inginkan, Pi." "Lalu seperti apa, Tan?" Franky menyesap rokoknya lalu menghembuskan asapnya. "Kamu terlalu lama dalam bertindak, sedangkan Aku sudah ingin melihat Marco dan keluarganya menderita." "Hal paling mudah untuk menyerang Marco memang langsung menyerang perushaannya." Tristan menyandarkan punggungnya dan menatap sang Ayah, "Hal itu pasti sudah Aku lakukan dari dulu, Pi. Tapi aku menginginkan hal yang lebih menyakitkan untuk mereka." "Hal seperti apa? Nyatanya, Papi belum melihat kamu melakukan tindakan apapun." "Aku ingin membuat Marco lebih menderita dengan memanfaatkan putri kesayangan mereka!" Tristan menatap taja
"A...Axel sudah menikah?" pekik Sandra terkejut dengan apa yang baru saja dia dengar. Bella segera mengajak Sandra ke dalam kamar Axel agar tidak membuat keributan dan terdengar oleh Tuan Chandra. Axel juga terkejut melihat kedatangan Mamanya bersama Sandra. "Ada apa ini, Ma?" "Sepertinya kamu harus menjelaskan saat ini juga yang sebenarnya kepada Sandra, Axel." Melihat tatapan Sandra yang penuh tanda tanya dan juga kesedihan Axel mengerti maksud Mamanya. Mungkin tadi Sandra mendengar apa yang Bella dan Axel katakan. "Jelaskan semuanya kepadaku, Xel." Sandra duduk di samping Axel. "Aku butuh kejelasan untuk apa yang aku dengar." Axel menghembuskan nafasnya, sebenarnya Axel tidak tega jika menceritakan yang sebenernya kepada Sandra, tapi Sandra sudah mendengar kebenarannya. "Baiklah, Aku akan menceritakan semuanya kepadamu." Dengan penuh perhatian Sandra memperhatikan Axel yang tengah membicarakan tentang hubungannya dengan Anjani. Berulang kali Sandra memejamkam mat
"Axel , putraku." Seru Marco, "Kamu akan segera menikah dengan Casandra, ini sudah keputusan kami semua." Bagaikan petir di siang bolong, ucapan Ayahnya mampu membuatnya tidak bisa berkata apapun. "Papa dan Om Chandra sudah sepakat untuk menikahkan kamu dengan Casandra, satu bulan lagi." Lanjut Marco menjelaskan. "Pernikahan!" Pekik Axel tercekat. "Iya Axel, pernikahan kamu dan Casandra," Ulang Marco saat melihat putranya tercengang, "Papa sudah yakin bahwa kamu dan Casandra sangat cocok." "Tapi pa.." Marco segera memotong ucapan Axel, "Jika kamu ingin protes, kita bisa bicarakan nanti, sekarang ajak Casandra berbicara agar kalian jadi lebih dekat." Marco memberikan kode kepada Axel untuk berhenti tidak mengucapkan hal yang ingin dia katakan. "Tentang Anjani akan kita bicarakan setelah para tamu ini pulang. Sekarang, patuhi saja apa kata Papa." Tekan Marco dengan membisikkan pada putranya. Tidak ingin membuat malu Ayahnya, Axel terpaksa menuruti permintaannya.
"A...Apa?" Marco seolah tidak yakin dengan apa yang di dengarnya, "Kenapa Titan Excelent seolah menyerang perusahaanku?" Untuk pertama kalinya, perusahaan Marco mengalami kesulitan. Media yang terus 'menggoreng' berita menjadikan semakin runyam. Marco berupaya untuk menyelesaikan masalah ini dengan mengadakan konferensi pers. Bermaksud agar kesalahpahaman menjadi terang. Marco membuat keputusan, "Segera adakan konferensi pers, agar masalah ini tidak berlarut dan semakin runyam." "Tapi pak, apakah kita tidak seharusnya mencari dalang di balik ini semua? Baru kita melakukan konferensi pers." ujar Axel memberi masukan. "Kita tidak punya waktu lagi, sebelum saham kita semakin merosot turun, kita harus memberikan penjelasan kepada khalayak." Saran Axel tidak di hiraukan oleh Marco. Konferensi pers itu akan segera di adakan. Besok siang adalah waktu yang tepat untuk meluruskan semua kesalahpahaman tersebut. Axel masuk ke ruangan ayahnya dengan raut wajah sedikit gusar, "Pah
Hubungan Marco dan Axel menjadi merenggang pasca Marco mengetahui, putranya telah menikahi seorang muslim. Marco tidak mempermasalahkan latar belakang Anjani, bukan soal harta. Hanya saja sebuah pernikahan harus berlandaskan pada pandasi yang kuat. Yang satu keyakinan saja masih sering mengalami cekcok , apalagi yang berbeda keyakinan. Marco hanya tidak ingin Putranya gagal. Bella yang tidak tahan melihat suami dan putranya saling mendiamkan merasa sangat jengah, "Sampai kapan kalian akan saling mendiamkan seperti ini?" "Sampai Axel memutuskan hubungan dengan Anjani." Seru Marco tanpa keraguan sembari melahap makanannya. Axel tidak terima dengan ucapan ayahnya, "Dan Sampai kapanpun aku tidak akan melepaskan Anjani, Pah." Brakk... Marco menggebrak meja makan dan membuat Bella serta Claire terkejut. "Apa kamu mau menghancurkan keluarga ini, Axel!" pekik Marco dengan suara baritonnya. "Tidak ada yang ingin menghancurkan keluarga ini, Anjani wanita yang sangat baik.