Gelas berisi minuman alkohol itu Charles mainakan dengan tangan kirinya, sedang pikirannya entah sedang berada dimana, hanya seulas senyuman yang menghiasi wajahnya."Char? Kamu mendengarkan Saya atau tidak?" Seru Marco saat melihat sahabatnya itu justru melamun."Eh.. oh.. iya iya.. Aku mendengar kamu, kok." Charles tergagap karena terciduk tengah melamun."Kalau begitu apa saranmu untuk masalah pengiriman ekspor yang sedang bermasalah ini?" Charles menggaruk kepalanya yang tidak gatal, dirinya memang sedang melamun dan tidak fokus bahwa dia tengah rapat bersama Marco dan dua rekan bisnis lainnya."Maaf... Saya tidak mendengarkan pembicaraan tadi." Akui Charles akan kesalahannya."Ck... Kita sedang rapat, Charles. Disini juga ada rekan bisnis kita, tidak seharusnya kamu melamun seperti itu!" "Maaf, Co. Aku sedang tidak enak badan." "Sepertinya rapat ini sampai disini dulu, Pak Marco. Kami akan melakukan apa yang Anda perintahkan." Ujar seorang pria paruh baya tapi masih terlihat g
Setelah mendapat telepon dari Sardi semalam, Marco kini sudah berada di ruang meeting bersama Sardi dan anak buahnya."Apakah kamu sudah yakin tentang hal itu, Sardi?" Suara bariton Marco kembali menanyakan hal yang sama. Tentang kebenaran yang di sampaikan oleh Sardi."Dengan sangat yakin saya mengatakan hal yang sesungguhnya. Penyelidikan dilakukan dengan sangat ketat dan hati-hati. Miskha adalah seorang Ratu Mafia yang memiliki kekuatan cukup besar terutama untuk mengambil alih kekayaan orang lain yang terjebak dengan rayuannya." "Wanita itu ternyata begitu berbahaya! Beruntung saya bisa mengusirnya.""Anda memang sudah mengusirnya, Taun. Tapi kini anda serta keluarga Anda berada dalam ancamannya, Miskha tipe wanita yang pendendam." Seru Sardi memperingati Marco."Saya tidak akan membiarkan wanita itu menyentuh keluargaku." Marco mengepalkan kedua tangannya, kini Marco memiliki permusuhan dengan kelompok Mafia yang cukup terkenal."Lalu.. bagaimana dengan Mr. X? Apakah kalian sud
Di sebuah ruangan mewah, beberapa pria dengan perawakan tinggi besar dan macho tengah duduk melingkar di meja rapat. Miskha sebagai pemimpin dari kelompok Mafia itu tampak berwibawa dan mendominasi. Siapapun tidak akan menyangka jika wanita secantik dan terlihat lugu sebenarnya adalah seorang Ratu Mafia. "Kita harus segera bertindak untuk mendapatkan perusahaan Group Yohoma milik Charles Alexander. Sebelum dia mengetahui penyamaran Anda Bos," ujar seorang pria yang berada di sisi kanan Miskha. "Apa yang di katakan oleh Paul ada benarnya, Bos. Kita harus bergerak cepat, sudah satu bulan lebih Anda menyamar sebagai Sugar Babynya?" ujar Pria di sebelah Kiri Miskha yang bernama Glenn. Miskha mengangkat tangan tangannya untuk menginterupsi semua saran dari para anak buahnya. Kelompok Mafia Miskha adalah Mafia yang suka merampas perusahaan besar untuk kekayaan mereka dengan menggunakan tipu daya kecantikan dan keseksian yang Miskha miliki. "Saya tidak suka mendapat perintah dari siapap
Bella telah sampai di rumah tempatnya dulu pernah menghabiskan malam dan menjadi istri dari Ferry. Masa lalu yang pahit untuknya. Dari masalalu yang pahit itu setidaknya lahir sebuah kebahagiaan untuknya, yaitu Ethan.Dengan langkah pasti Bella memasuki rumah itu, pintu itu sedikit terbuka, seolah dengan sengaja meminta Bella untuk segera masuk.Begitu Bella masuk, pintu itu segera tertutup sendiri. Tenyata Ferry telah menunggu di belakang pintu dan menutup pintu itu serta menguncinya. "Selamat datang Isabella, Mantan istriku." Sambut Ferry sok akrab. "Langsung saja, berapa yang kamu mau, hah? Agar kamu melupakan Ethan selama-lamanya?" "Aku tidak tergiur tawaranmu, Bella." "Lalu? Apa yang kamu inginkan, bukankah kamu dulu tidak mengakui Ethan sebagai anakmu?" Ferry berjalan mengitari Bella sembari memegang janggutnya dan menelan salivanya, Bella masih terlihat begitu seksi dan cantik. "Aku hanya ingin memiliki Anak, Bella. Benihku hanya bisa tumbuh di Rahimmu." "Hamili Alexa
Di sebuah gedung yang tinggi dan mewah, Miskha tengah berada di atas atap gedung itu, menatap berbagai bentuk awan yang sangat indah karena hari itu cerah."Bos, pak Ferry tengah mengabari kita, bahwasannya Bapak Marco Pratama sudah mulai menyerangnya. Kita ditagih janji untuk membantu pak Ferry untuk mendapatkan putranya.""Bilang pada si Ferry itu, putranya akan segera dia dapatkan.""Tapi Bos, kita juga harus segera melancarkan rencana untuk merebut perusahaan Yahoma sesegera mungkin." Ucap lagi seorang pegawai perempuan yang selalu mengikuti kemanapun Miskha pergi."Ssstttt... Kali ini kamu tidak perlu ikut campur masalah perusahaan Yahoma, untuk itu biarlah menjadi urusan saya!" "Baiklah Bos, kami mengerti." Hati Miskha kini terikat dengan Charles. Selama ini dia menipu, berbagai pria kaya raya, tapi kali ini Charles berbeda dari semuanya.Ketika tahu sedang di ikuti oleh Charles saat itu, Miskha menyusun rencana di goda oleh seorang satpam, Miskha ingin tahu bagaimana Charles
Warning!Adegan ini berisi kekerasan dan agedan berdarah, harap bijak membacanya.---------------------------------------------Seorang Wanita, ibu dari teman sekolah Ethan harus tertembak karena posisinya yang menutupi Bella saat mereka tengah berbincang.Suasana di taman bermain itu menjadi begitu mencekam, deru bunyi peluru yang di tembakkan seolah menambah kengerian di siang itu.Bella mematung dengan memegangi Ethan sangat erat di dekapannya, wajah dan baju Bella yang berlumuran darah begitu berbau anyir. Kaki Bella menjadi tidak bisa di gerakkan karena terlalu takut jika peluru itu akan mengenai dirinya ataupun anaknya."Tolong... Ku Mohon, tolong kami..." Lirih Bella dengan putus asa akan situasi saat ini.Ethan begitu ketakutan hingga mendekap tubuh Bella begitu erat. Di suatu sisi, seorang penembak dari kelompok Mafia tengah bersiap untuk membidik tepat di kepala Bella, hanya dengan hitungan detik penembak itu menarik pelatuknya.Tiba-tiba, Marco datang dan menarik Bella dan
48 jam sebelum penyerangan penembakan di taman...Charles dengan wajah memerah karena marah menatap Miskha dengan tatapan yang tajam. "Jadi, kau selama ini menipuku?" Miskha yang sudah terbongkar rahasianya oleh Charles sudah tidak dapat mengelak dan harus berani mengakuinya. "Apa yang Koko tahu itu benar, Aku memang berasal dari kelompok Mafia. Tapi cintaku padamu itu sebuah ketulusan." Seulas senyuman menghina menyungging di wajah Charles atas ucapan Miska. "Cinta? Omong kosong tentang kata cintamu itu!" Kekecewaan nampak begitu kentara di wajah Charles, Miskha mengerti jika saat ini pria yang dia cintai tidak akan percaya sepatah katapun apa yang Miskha ucapkan. "Baiklah jika Koko tidak mempercayaiku, Aku akan pergi dari sini." Tangan Charles memberikan kode untuk Miskha pergi tanpa berniat mencegahnya sekalipun. "Pergilah dan jangan sekali-kali kamu muncul di hadapanku, dan jangan pula kamu mengusik kehidupan Marco dan Bella lagi."Sebuah anggukan dari Misha menjadi tanda bawa
Walau sudah berusaha untuk menutupi kenyataan tentang Ethan tapi cepat atau lambat ,Bella akan tahu. Lebih baik Marco menyiapkan diri untuk mencoba memberitahu Bella yang sebenarnya. Itu yang terbaik untuk istrinya kini."Mas, apa kita sudah boleh menengok Ethan? Aku sudah tidak sabar untuk melihat putraku." Bella kembali mengunyah apel yang sedang di suapi oleh Marco. "Mas, antarkan Aku kepada Ethan sekarang." "Ada yang ingin Aku bicarakan kepadamu, Baby." Marco menarik kursinya lebih dekat dengan Bella. "Dan Mas harap kamu sanggup menerima hal ini."Bella menatap suaminya bingung, hal apakah yang akan suaminya katakan. "Ada apa sebenarnya, Mas?" Genggaman lembur dan erat langsung Marco berikan kepada tangan lembut Bella. "Kita harus bisa menerima, jika Ethan sudah tiada." Marco menelan salivanya untuk melanjutkan kalimatnya. "Ethan meninggal karena tembakan itu." Mendengar kabar itu, sontak membuat Bella mematung dan berhenti mengunyah apel yang berada di mulutnya. Tubuhnya seola
Bugh... Tubuh Claire terhuyung karena seseorang mendorongnya ke pinggir jalan. Hampir saja Claire tertabrak oleh pengemudi mobil yang ngebut. "Claire!" pekikan teman-teman di sebrang jalan terdengar panik. Perasaan terkejut dan juga takut masih menguasai Claire, sampai dia tidak melihat siapa yang telah menolongnya. Perlahan Claire membalikkan tubuhnya dan melihat Tristan tidak sadarkan, gadis itu lebih terkejut lagi saat melihat darah mengalir di kening Bosnya itu. "Pak Tristan!" pekik Claire kaget. Spontan Claire memegang wajah Tristan dan mencoba untuk membuat pria itu tersadar. Alvin, Rendi dan Eva juga segera berlari ke sebrang jalan untuk menolong Tristan. "Bagaimana keadaanmu, Claire?" Alvin nampak sangat khawatir pada Claire, lalu pandangannya beralih kepada Tristan. "Aku baik-baik saja, Vin." Claire nampak sangat panik. "Karena Pak Tristan menolongku, akhirnya dia yang malah terluka!" Claire terlihat ketakutan, bahkan sampai menangis. Segera Alvin m
Claire memegangi perutnya, hari ini adalah hari pertama dia datang bulan. Kram dan nyeri perut sering di rasakannya di saat hari pertama. Berbeda dari bulan kemarin, kali iki rasanya lebih nyeri, tapi Claire tahan karena setelah makan siang nanti akan ada rapat penting dan dia harus datang mendampingi Bosnya. Alvin, Eva dan Rendi datang untuk mengajak Claire makan siang di restoran chiken di dekat kantor. "Hai Claire, pekerjaanmu sudah selesei?" tanya Alvin sembari menepuk pundak Claire. "Sudah ini, oya kalian mau makan siang, bukan?" "Tentu, makannya kami kemari untuk mengajakmu." sahut Eva. "Ayo kita makan di restoran chiken dekat kantor, di sana ada menu spesial." ajak Rendi. "Sepertinya kalian pergi makan tanpaku. Aku sedang tidak enak badan." Tolak Claire lirih sembari meringis menahan nyeri haidnya. "Kamu sedang sakit?" Tanya Eva lagi. Belum sempat Claire menjawab, suara bariton milik Tristan mengagetkan mereka bertempat. "Siapa yang sakit?" Sont
Di atas Sofa dekat kolam renang, dengan Bella berada di dekapan suaminya, Marco. Mereka menikmati malam yang cerah dengan bertabur bintang. Setelah pertempuran panas mereka tadi, dengan tubuh hanya tertutup selimut, Marco dan Bella menikmati keindahan malam. "Jika berada di apartemen ini membuatku senang karena banyak kenangan indah yang kita lalui bersama, Baby." Bella terkekeh, susah 20 tahun lebih, tapi suaminya itu masih memanggilnya Baby. Tentu panggilan itu hanya akan di lakukan jika mereka tengah berdua saja. "Iya Mas, di tempat ini pertama kali kita bersama dan aku pertama kali menjadi Sugar Baby mu." Marco mengecup kening Bella. "Aku beruntung memilikimu, Baby." Pandangan Marco lalu tertuju ke arah kolam renang. "Lihatlah kolam renang itu, di sana kita menghabiskan waktu untuk bercinta." Sejurus kemudian Bella juga memandang kolam renang yang berwarna biru dengan airnya yang hangat. Dulu dia dan Marco bercinta di dalam kolam renang dengan begitu berg
"Mas, kenapa kamu mengajakku kemari?" Protes Bella pada Marco yang membawanya ke Apartemen lotus. "Aku merindukanmu, Sayang." Jawab Marco sembari mengecup lembut bibir Bella."Ish kamu ini Mas." Wajah Bella merona merah. "Kita sedang sibuk loh mengurus pernikahan Axel dan Sandra.""Oleh karena itu, Mas ingin mencuri waktu sibuk kita untuk menghabiskan waktu bersama." Kembali Marco menyesap bibir lembut Bella, walau hampir berusia kepala 5, Bella masih terlihat muda dan cantik.Perlahan Marco bahkan mengecupi leher jenjang Bella. Tawa kecil terdengar dari bibir Bella. "Mas, kamu ini gak sabaran terus."Tidak memperdulikan protes Istrinya, Marco justru membawa Bella ke atas ranjang mewah yang sudah dia siapkan.Tanpa melepaskan pagutannya, Marco mulai menindih tubuh Bella. Perlahan mulai membuka kancing kemeja berwarna skyblue yang di pakai Bella satu per satu. Menikmati Aroma bargamot dan lavender di setiap inci tubuh Bella.Perlahan Marco mulai melepas penutup kedua gunung kembar
Axel memanggil Claire berulang kali tapi tidak menyahut, gadis itu tengah melihat ke arah kolam koi sambil tersenyum. Pikiran Claire melayang ke tempat lain, pertemuan dengan Tristan di pagi hari tadi saat jogging membuatnya berbunga-bunga. Wajah tampan Tristan yang seolah menjadi daya tarik tersendiri untuknya. Entah perasaan apa yang menguasai Claire, gadis itu belum memahami betul yang terjadi kepadanya. Kesal adiknya tidak menyahut terus, Axel mendekati Claire yang masih saja asyik menatap ke arah kolam koi sembari tersenyum itu. "Claire.. Kakak panggil kamu dari tadi, sedang melamunin apa sih!" keluh Axel pada adiknya itu. Claire sontak kembali ke alam nyata dan menatap kakak laki-lakinya itu. "Kakak manggil aku?" "Iya, tapi kamu malah asyik melamun disini." Axel pura-pura sebal. "Kakak mau minta tolong sama kamu." "Iya maaf ka, Claire sedang memikirkan sesuatu tapi sudah lupakan saja, tidak penting kok. Kakak mau minta tolong apa?" Beruntung Axel tidak be
Jam dinding sudah menunjukkan pukul 10 malam, tapi Claire belum bisa tidur juga. Pikirannya teringat saat makan malam bersama Tristan. Dari waktu yang mereka habiskan, tampak sisi lain dari Tristan yang Baik dan hangat. Jantung Claire kembali berdetak lebih cepat, apalagi teringat saat Tristan membersihkan nasi yang menempel di bibir Claire. Claire segera menepuki kepalanya perlahan. "Apa yang kamu pikirkan, Claire!" Selimut tebal berwarna ivory itu segera di tariknya untuk menutupi seluruh tubuhnya, agar berhenti membayangkan tentang Tristan.Claire akhirnya tertidur begitu saja tanpa sengaja. Waktu berlalu begitu cepat, pagi segera menampakkan sinar matahari yang hangat dan cerah. Gadis cantik itu menggeliat, lalu terdiam sejenak dan berdecak. "Bahkan di mimpiku pun, Aku memimpikannya!" gerutu Claire merasa kesal pada dirinya sendiri. Claire memimpikan Tristan, pria itu sekarang seolah melekat dalam pikirannya. "Lebih baik Aku mandi lalu pergi berolahraga sa
Axel memeluk tubuh indah Anjani yang tanpa memakai sehelai baju dan hanya tertutup selimut. Setelah lelah, Keduanya menghabiskan waktu untuk bercerita. "Mas minta maaf, karna tetap tidak bisa membatalkan pernikahan dengan Sandra." Mendengar itu Anjani hanya terdiam, pandangannya menerawang langit-langit rumahnya. Axel tahu jika Istri tercintanya itu kecewa, tetapi tidak mau mengungkapkan isi hatinya. "Andai kami menikah secara Sah negara mungkin Aku bisa mencegah pernikahan kedua suamiku. Tidak ada wanita yang mau berbagi suami. Posisiku hanya istri siri." batin Anjani. "Sayang... Aku tahu ini berat, tapi aku janji tidak akan pernah berpaling darimu. Ini hanya pernikahan Bisnis," bujuk Axel lalu mengecup pipi mulus Anjani. "Benarkah?" Anjani mengerlingkan matanya. "Tentu, Kamulah wanita satu-satunya di hatiku." Axel hendak mencium bibir ranum Anjani, namun istri sirinya itu malah menjauh. "Bagaimana jika kamu jatuh cinta kepada Wanita itu setelah melakukan mala
Malam ini, Axel pulang ke Apartemen Anjani. Pikirannya benar-benar sangat kusut kali ini, permasalahan perusahaannya sudah berakhir. Tapi dia tetap harus menikah dengan Sandra dan hari H menuju pernikahan mereka tinggal 7 hari lagi. Bagaimana tidak? Undangan sudah di sebar, gedung sudah di pesan, terlebih Sandra sudah begitu mengharap. Dalam dunia ini memang yang paling kerjam adalah sebuah harapan. "Mas, mandilah dulu, Aku sudah menyiapkan air hangat untuk kamu berendam." celetuk Anjani membuyarkan segala macam pikirannya. Axel berjalan mendekati Anjani, lalu memegang tangannya mesra lalu berbisik di telinga Anjani. "Ikut aku mandi." "Aku sudah mandi, Mas." Tidak ingin mendapatkan penolakan dari Anjani, Axel mendekatkan wajahnya ke ceruk leher Anjani lalu menciuminya. Hal yang Axel lakukan itu membuat Anjani memdesah pelan. "Sayang.. saat ini aku membutuhkanmu, jangan menolak permintaanku." bisiknya. "Baiklah kalau begitu." Setelah mendapat persetuju
"Pak Tristan, Maaf, saya ingin minta izin untuk pulang sekarang."Jono, Supir pribadi Tristan terlihat sangat panik. "Sa.. saya baru di kabari oleh ibu saya jika Istri saya jatuh dari tangga dan tidak sadarkan diri." Claire yang mendengarnya ikut khawatir dan kasihan. Namun, Wajah Tristan nampak tidak senang. "Bukankah saya sudah bilang jika saya tidak suka pekerja yang meminta izin di saat sedang bekerja!" Rasa kagum Claire saat di ruangan meeting tadi seolah sirna. Bosnya itu tetaplah pria dingin tak berperasaan. "Ma..Maafkan saya, Pak! Tapi ini sangat darurat, istri saya sedang mengandung 9 bulan, saya sangat khawatir dengan keadaan mereka berdua." Tristan nampak menimbang-nimbang, setelah mendengar istrinya Jono tengah mengandung masih ada sedikit rasa belas kasih di hati Tristan. "Baiklah, hanya kali ini saya menginzinkanmu." Awalnya Claire sangat tidak suka saat Tristan tidak mengizinkan Jono untuk pergi, tapi gadis itu juga ikut merasakan lega saat akhirnya