48 jam sebelum penyerangan penembakan di taman...Charles dengan wajah memerah karena marah menatap Miskha dengan tatapan yang tajam. "Jadi, kau selama ini menipuku?" Miskha yang sudah terbongkar rahasianya oleh Charles sudah tidak dapat mengelak dan harus berani mengakuinya. "Apa yang Koko tahu itu benar, Aku memang berasal dari kelompok Mafia. Tapi cintaku padamu itu sebuah ketulusan." Seulas senyuman menghina menyungging di wajah Charles atas ucapan Miska. "Cinta? Omong kosong tentang kata cintamu itu!" Kekecewaan nampak begitu kentara di wajah Charles, Miskha mengerti jika saat ini pria yang dia cintai tidak akan percaya sepatah katapun apa yang Miskha ucapkan. "Baiklah jika Koko tidak mempercayaiku, Aku akan pergi dari sini." Tangan Charles memberikan kode untuk Miskha pergi tanpa berniat mencegahnya sekalipun. "Pergilah dan jangan sekali-kali kamu muncul di hadapanku, dan jangan pula kamu mengusik kehidupan Marco dan Bella lagi."Sebuah anggukan dari Misha menjadi tanda bawa
Walau sudah berusaha untuk menutupi kenyataan tentang Ethan tapi cepat atau lambat ,Bella akan tahu. Lebih baik Marco menyiapkan diri untuk mencoba memberitahu Bella yang sebenarnya. Itu yang terbaik untuk istrinya kini."Mas, apa kita sudah boleh menengok Ethan? Aku sudah tidak sabar untuk melihat putraku." Bella kembali mengunyah apel yang sedang di suapi oleh Marco. "Mas, antarkan Aku kepada Ethan sekarang." "Ada yang ingin Aku bicarakan kepadamu, Baby." Marco menarik kursinya lebih dekat dengan Bella. "Dan Mas harap kamu sanggup menerima hal ini."Bella menatap suaminya bingung, hal apakah yang akan suaminya katakan. "Ada apa sebenarnya, Mas?" Genggaman lembur dan erat langsung Marco berikan kepada tangan lembut Bella. "Kita harus bisa menerima, jika Ethan sudah tiada." Marco menelan salivanya untuk melanjutkan kalimatnya. "Ethan meninggal karena tembakan itu." Mendengar kabar itu, sontak membuat Bella mematung dan berhenti mengunyah apel yang berada di mulutnya. Tubuhnya seola
Kesedihan yang mendalam di rasakan oleh Bella. Kehilangan anaknya sangat menyakitkan hatinya. Semangat untuk hiduppun seolah tidak ada, Bella sungguh terpuruk."Baby, makanlah sedikit saja, sejak kemarin kamu tidak mau makan apapun." Sesendok nasi dengan lauk di atasnya Marco berusaha menyuapinya. "Makanlah walau hanya sedikit saja."Gelengan lemah kembali Bella berikan, nafsu makannya sama sekali tidak ada. "Bagaimana Aku bisa makan jika ujian ini begitu berat?" Marco meletakkan piring berisi makanan itu di atas nakas dan memeluk istrinya erat. "Baby, bukan hanya kamu yang merasakan sakit ini, Aku juga merasakannya. Aku pun juga sangat kehilangan Ethan." "Aku berjanji akan membalas orang yang telah memberikan kita luka yang begitu dalam ini." Suara Marco bergetar karena menahan amarah. "Aku yang akan membalas mereka semua.""Jangan biarkan mereka semua hidup tenang setelah merenggut Ethan dari kita." Sorot mata kebencian penuh dendam begitu terpancar dari kedua netra Bella. "Mereka
Wajah Miskha pias, pemberitaan di media sosial akan menghancurkan kelompok mereka. Hampir semua bisnis akan di tutup dan Meraka akan di cekal. Di pikiran Miskha hanya ada Charles yang akan mampu membantunya.Charles yang melihat kedatangan Miskha seorang diri dengan wajah kebingungannya, segera menyudahi rapat yang tengah dia jalani. Charles mengadakan rapat di rumah dengan para pegawai inti perusahannya. "Baiklah, rapat kali ini sepertinya sudah selesei. Kita akan membahasnya lagi besok." "Baiklah pak, kami permisi." Ketiga orang kepercayaan Charles segera memberi hormat dan berlalu pergi. "Ada hal apa? Hingga kamu nekat menemuiku di rumahku?" Charles mendekati Miskha dengan tatapan datarnya. "Bukankah kita sudah selesei? Tidak ada lagi hubungan apapun di antara kita." "Tolong.. hentikan Marco melakukan balas dendamnya." Suara Miskha seolah tercekat. "Marco salah sasaran, bukan kelompok Mafia kami yang membvnvh anaknya." Charles memegang janggutnya dan memandang Miskha remeh. "Un
Marco menatap kepada Charles dengan tatapan tidak suka. Terlebih Marco tahu, jika sahabatnya itu mencintai Miskha. Pasti dia akan berusaha untuk menghalangi rencananya."Kali ini , saya tidak meminta pendapat darimu, Char!" Marco berbicara ketus dan mendekati Charles lalu memegang pundaknya. "Aku tahu kamu mencintai wanita itu, tapi dia sudah bertindak sejauh ini. Mereka harus mendapatkan balasannya.""Tidak Marco, kali ini dengarkan saya dulu." "Saya tahu kamu akan memintaku untuk menghentikan balas dendam ini. Tapi saya tidak bisa!" Marco sekali lagi menekan bahu Charles lebih kuat. "Kamu diamlah jika tidak pergi dari sini." "Marco, Saya mohon dengarkan saya dulu...""Cukup! Berhenti membujukku, orang yang bersalah harus menerima akibatnya." Dengan sikapnya yang dingin dan tegas menolak untuk mendengarkan alasan dari Charles. "Masalah hatimu dengan wanita itu bukan urusanku."Charles tanpa putus asa tetap mencoba untuk memberi Marco tentang sebuah kebenaran. "Marco, dengarkan saya
Marco , Diego dan Charles merayap menelusuri pintu rahasia yang terbentuk menjadi sebuah lorong panjang yang gelap. "Kita harus tetap bersama, jangan sampai kita terpencar." Ucap Marco dan langsung di anggukkan oleh Diego dan Charles.Lorong itu sebenarnya tidak gelap gulita, walau tidak memakai lampu tapi di sepanjang lorong itu tertempel batu-batuan hackmanite yang bisa menyala di kegelapan. Lorong yang cukup panjang dan entah dimana ujungnya. Mereka bertiga masih bersama menyusuri lorong itu."Bagaimana jika lorong ini tidak berujung?" Tanya Diego dengan sedikit panik. "Apakah lebih baik kita kembali saja dan mencari si Franky itu di luar?" Marco segera menatap saudaranya itu. "Tidak! Kita akan tetap menyusuri lorong ini, Franky pasti menyembunyikan sesuatu di lorong ini, sekecil apapun infomasi dapat membantu kita menemukan Franky." Charles juga mulai berpendapat karena sudah beberapa saat mereka melewati lorong tapi tidak ada ujungnya. "Sepertinya apa yang di ucapkan oleh Diego
Segera, setelah tahu bahwa Tuan Franky hendak meninggalkan Indonesia, Marco segera mengutus orangnya untuk melacak Tuan Franky. Dengan cepat mereka semua menyebar ke bandara maupun pelabuhan. Namun, hasilnya nihil, Tuan Franky tidak ada tanda-tanda kepergiannya.Marco yang tahu akan hal itu lewat laporan dari para orangnya merasa sangat kesal. "Shit! Kemana pria br*ngsek itu!" "Seperti yang sudah kami sampaikan pak, tidak ada bukti kepergian mereka dimanapun." Seorang pria gagah yang memakai name tag Rizal itu menjelaskan. "Sepertinya mereka merubah identitasnya dan menghapus segala jejak kepergian mereka.""Saya tidak mau tahu! Cari keberadaan mereka sampai ketemu." Marco benar-benar murka. "Jika kalian tidak menemukan sedikitpun petunjuk tentang Franky itu, kalian akan mendapatkan masalah!""Baik Pak, kami akan mengulangi pencarian." Pak Rizal kembali menundukkan kepala di hadapan Marco. "Kamu permisi untuk kembali bekerja." Charles menepuk pundak Marco yang nampak sangat frustasi
Sudah berhari-hari, Charles mencari keberadaan Miskha tapi tidak satupun informasi dia dapatkan. Rasa bersalah dan rasa frustasi bercampur menjadi satu. Charles menyesali perbuatannya kepada Miskha, tidak mempercayai ucapan bahkan sampai berbuat kasar kepada Miskha.Entah sudah berapa gelas alkohol yang Charles minum sampai wajahnya memerah. Seorang barista dengan sopan memberitahunya untuk berhenti minum karena sudah mabuk. Tapi, Charles malah memarahinya dan meminta untuk terus menuangkan minuman itu."Miskha.. dimanakan kamu berada? Seperti inikah caramu menghukumku?" Charles mengacak rambutnya frustasi. "Kembalilah kemari sayangku, Koko sangat merindukanmu." Dari arah lain, Wanita cantik yang sedari tadi memperhatikan Charles mulai perlahan mendekatinya. Wanita itu memakai gaun berwarna merah mengkilap dengan rambut panjang terurai dan bergelombang. Bibirnya yang merona merah tersenyum penuh arti."Sudah cukup minumnya, kamu sudah mabuk." Wanita itu mengambil gelas di tangan Char