Segera, setelah tahu bahwa Tuan Franky hendak meninggalkan Indonesia, Marco segera mengutus orangnya untuk melacak Tuan Franky. Dengan cepat mereka semua menyebar ke bandara maupun pelabuhan. Namun, hasilnya nihil, Tuan Franky tidak ada tanda-tanda kepergiannya.Marco yang tahu akan hal itu lewat laporan dari para orangnya merasa sangat kesal. "Shit! Kemana pria br*ngsek itu!" "Seperti yang sudah kami sampaikan pak, tidak ada bukti kepergian mereka dimanapun." Seorang pria gagah yang memakai name tag Rizal itu menjelaskan. "Sepertinya mereka merubah identitasnya dan menghapus segala jejak kepergian mereka.""Saya tidak mau tahu! Cari keberadaan mereka sampai ketemu." Marco benar-benar murka. "Jika kalian tidak menemukan sedikitpun petunjuk tentang Franky itu, kalian akan mendapatkan masalah!""Baik Pak, kami akan mengulangi pencarian." Pak Rizal kembali menundukkan kepala di hadapan Marco. "Kamu permisi untuk kembali bekerja." Charles menepuk pundak Marco yang nampak sangat frustasi
Sudah berhari-hari, Charles mencari keberadaan Miskha tapi tidak satupun informasi dia dapatkan. Rasa bersalah dan rasa frustasi bercampur menjadi satu. Charles menyesali perbuatannya kepada Miskha, tidak mempercayai ucapan bahkan sampai berbuat kasar kepada Miskha.Entah sudah berapa gelas alkohol yang Charles minum sampai wajahnya memerah. Seorang barista dengan sopan memberitahunya untuk berhenti minum karena sudah mabuk. Tapi, Charles malah memarahinya dan meminta untuk terus menuangkan minuman itu."Miskha.. dimanakan kamu berada? Seperti inikah caramu menghukumku?" Charles mengacak rambutnya frustasi. "Kembalilah kemari sayangku, Koko sangat merindukanmu." Dari arah lain, Wanita cantik yang sedari tadi memperhatikan Charles mulai perlahan mendekatinya. Wanita itu memakai gaun berwarna merah mengkilap dengan rambut panjang terurai dan bergelombang. Bibirnya yang merona merah tersenyum penuh arti."Sudah cukup minumnya, kamu sudah mabuk." Wanita itu mengambil gelas di tangan Char
Hal yang Marco ceritakan kepadanya seolah hal yang mustahil tapi membuat hari Bella bahagia. Dimana sekitar satu bulan yang lalu, Bella baru saja merasakan kehilangan Ethan. Kini, Bella tahu bahwa putranya itu masih hidup. "Dimana Ethan berada, Mas?" Bella menatap suaminya penuh harap. "Aku sudah begitu merindukan putraku itu.""Ethan belum di temukan, entah kemana Franky itu membawa Ethan.""Kenapa.. kenapa dia membawa Ethan kita? Apa salahku hingga dia tega membawa putraku yang masih kecil, Mas?" "Baby, tenangkan dirimu." Marco mencoba untuk menenangkan Bella yang mulai tersulut emosi. "Percayalah, Mas akan mencari Ethan sampai ketemu."Kepala Bella terasa begitu pening. Ada hal bahagia yang ia ketahui di barengi dengan hal buruk. Di satu sisi hal bahagia setelah tahu anaknya masih hidup, hal buruknya Ethan di culik oleh orang yang cukup berbahaya. Marco mencoba untuk memeluk sang istri dan membawanya ke kamar hotel. "Baby! Baiknya kita kembali ke kamar saja."Hotel bintang lima
Marco menggertakkan rahangnya, wajahnya memerah dan matanya membulat kala Nathalia menyerahkan alat tes kehamilan di tangannya. Tatapan tajam seolah hendak menghunus Charles, sahabatnya, yang sudah menghamili adik perempuan satu-satunya. Tangan Marco menggenggam erat alat tes kehamilan untuk karena melampiaskan kemarahannya."Br*ngsek kamu, Char!" Suara bariton Marco tajam, "Kenapa harus adikku, hah?" Charles mengacak rambutnya frustasi, "Aku tidak pernah menyangka untuk menghamili Nathalia, Co.""Semuanya terjadi begitu saja, bahkan aku sudah berhati-hati agar Nathalia tidak hamil." Mendengar alasan Charles malah semakin membuat Marco naik pitam, "Kurang ajar kau, Charles! Kau kira adikku itu wanita murahan, hah!" Marco meninju wajah Charles, "Jauhi adikku mulai sekarang!" "Hentikan kak Marco! Jangan pukuli Charles lagi," Nathalia mencoba mengehentikan Marco memukuli Charles, "Aku mencintai Charles, kak!" Seketika Marco berhenti memiliki Charles setelah Nathalia mengucapkan kata
Melihat suaminya tengah gusar, Bella mencoba untuk menghiburnya, "Mas, tenanglah. Masalah Nathalia dan Charles sudah terselesaikan. Meraka akan menikah.""Baby, walaupun Nath dan Charles menikah tetap saja itu membuat kakek marah." Marco mengurut keningnya, "Mas tidak menyangka jika Charles bisa berbuat seperti itu kepada adikku." "Pasti berat untuk Mas karena sudah begitu mempercayai Charles bisa menjaga Nathalia, tapi Nathalia mencintainya. Biarlah mereka hidup bahagia."Bella memeluk suaminya dengan penuh kasih sayang. Seketika ketenangan menjalar di hati Marco seolah kerisauan itu telah sirna begitu saja. Kelembutan Bella selalu menjadi penawar kegelisahan Marco."Kamu selalu membuatku tenang, Baby," tatapan Marco dan Bella bertemu. "I Love You, Baby Girl." Kecupan manis mendarat di bibir sensual Bella. Pagutan yang semula lembut berubah menjadi panas seiring percikan hasrat yang mulai bergelora. Deru nafas dua pasangan yang saling mencintai itu kian berat dan bergairah. Marco
Suasana khidmat dengan alunan musik yang lembut, membuat acara pernikahan yang sakral menjadi begitu indah. Bunga melati putih memenuhi seisi gereja. Nathalia berjalan bersama Ayahnya menghampiri Charles yang sudah menunggu.Seulas senyuman terukir di wajah Charles, tangannya terulur untuk menyambut calon istrinya. Nathalia meraih genggaman tangan Charles dan berjalan bersama ke hadapan pastor. Untuk saling mengucapkan janji suci di hadapan Tuhan. Kakek Yulius yang tadinya tidak merestui, kini mau bermurah hati memaafkan kesalahan cucu perempuan satu-satunya. Menerima pernikahan ini dan merestui. Kedua netra pria yang sudah lanjut usia itu membasah kala menyaksikan janji suci cucunya Semua orang yang berada di dalam gereja yang menyaksikan pernikahan itu turut terharu. Kini, Nathalia dan Charles sudah resmi menjadi suami istri. Perlahan Charles membuka penutup wajah yang Nathalia pakai lalu mencium bibirnya. Menunjukkan kepada semua orang bahwa mereka sudah sah sebagai suami istri
Bella menatap senang ke kamar hotel yang telah di hias oleh Marco. Berbagai mawar merah tertata rapih dan cantik di kamar itu. Di lantai bahkan di atas ranjang besar."Mas? Kenapa kamar kita di hias seperti ini?" Bella menatap suaminya, "kita bukan pengantin baru." "Bagiku kita selalu menjadi pengantin baru, Baby." Marco melingkarkan tangannya di pinggang sang istri lalu berbisik, "Mas merindukan sensasi malam pertama yang kamu berikan, Baby."Seolah merasa tertantang, Bella mendorong perlahan Marco ke atas ranjang, "Kalau begitu, nikmatilah hal yang akan kita berikan."Marco begitu merasakan senang, gairah Bella yang begitu membara membuatnya selalu tunduk. Mengharapkan kejutan apalagi yang akan istrinya berikan. Sensasi yang mendebarkan seperti apalagi yang istrinya siapkan.Bella perlahan mulai membuka kancing kemeja putih milik Marco. Lalu membuka sabuk dan resleting celana. Hingga membuat Marco hanya memakai boxer saja. "Kali ini, aku yang akan memegang permainan, kamu harus tu
"Maaf Tuan, kami tetap tidak bisa melacak dimana keberadaan Franky dan anggotanya," ucap seorang detektif yang Marco bayar bernama Stefan itu. "Bodoh! Bagaimana bisa kalian tidak menemukan Tua Bangka itu, hah?" Sentak Marco sembari memukul kerja kerjanya, " kerja kalian apa saja hah? Mencari satu orang saja kalian tidak becus!""Sudah berapa banyak uang yang aku keluarkan untuk membayar kalian, dasar tidak berguna!”Stefan berusaha menjelaskan pada Marco dengan lebih tenang, "Kami sudah semaksimal mungkin mencari mereka dengan mengirim orang kami ke beberapa negara di Eropa, hasilnya nihil." "Kami memiliki pendapat, jika Franky dan orangnya tidak pergi ke Eropa.""Jika Meraka tidak ke Eropa, lantas dimana mereka sekarang?" Marco begitu emosi, pikirnya dengan menyewa detektif terkenal akan memudahkan pencariannya. "Tugas kalian menemukan mereka!"Stefan menundukkan kepalanya, "Kami mengerti. Kami akan segera mencari tahu." Setelah melaporkan hasil kerjanya, Stefan segera bergegas da