"Maaf Tuan, kami tetap tidak bisa melacak dimana keberadaan Franky dan anggotanya," ucap seorang detektif yang Marco bayar bernama Stefan itu. "Bodoh! Bagaimana bisa kalian tidak menemukan Tua Bangka itu, hah?" Sentak Marco sembari memukul kerja kerjanya, " kerja kalian apa saja hah? Mencari satu orang saja kalian tidak becus!""Sudah berapa banyak uang yang aku keluarkan untuk membayar kalian, dasar tidak berguna!”Stefan berusaha menjelaskan pada Marco dengan lebih tenang, "Kami sudah semaksimal mungkin mencari mereka dengan mengirim orang kami ke beberapa negara di Eropa, hasilnya nihil." "Kami memiliki pendapat, jika Franky dan orangnya tidak pergi ke Eropa.""Jika Meraka tidak ke Eropa, lantas dimana mereka sekarang?" Marco begitu emosi, pikirnya dengan menyewa detektif terkenal akan memudahkan pencariannya. "Tugas kalian menemukan mereka!"Stefan menundukkan kepalanya, "Kami mengerti. Kami akan segera mencari tahu." Setelah melaporkan hasil kerjanya, Stefan segera bergegas da
Rapat selesei dengan baik, sejumlah uang bisa menyeleseikan masalah perusahaannya. Lalu, gegas Marco tidak sabar untuk segera pulang dan bertemu Bella. Foto alat tes kehamilan yang Bella kirimkan terbayang di pelupuk matanya.Marco sudah mengendarai mobilnya membelah jalanan ibu kota. Sebelum sampai rumah, Marco berhenti terlebih dahulu di pusat perbelanjaan yang cukup elit. Tentu kabar kehamilan Bella harus di rayakan dengan benar, hadiah yang mahal dan mewah kayak Bella dapatkan.Marco memilih kalung berlian seharga 3 milyar dan anting berlian senilai 2 milyar. Tidak lupa Marco juga membelikan tas branded mahal senilai 1 milyar. Hadiah-hadiah itu seolah tidak sebanding dengan kado yang Bella berikan padanya, yaitu anak.Semua hadiah itu di kemas dengan begitu bagus dan mewah. Semua staff menundukkan kepala kepada Marco. Keluarga Marco sudah begitu terkenal di pusat perbelanjaan itu , terkenal sebagai keluarga konglomerat.Setelah beberapa saat mengendarai mobilnya. Marco tiba di rum
Empat bulan yang lalu,,,,Charles tengah menyiapkan baju ke dalam koper. Nathalia bergelayut di pundak Charles seolah tidak rela jika sang suami pergi meninggalkannya. Saat itu kehamilan Nathalia sudah menginjak bulan ke 5, bayi di dalam perutnya begitu aktif bergerak."Tidak bisakah kamu tidak pergi, Char?" ucap Nathalia sembari mengelus perutnya yang sudah membuncit, "Bayi kita tidak ingin jauh dari ayahnya."Charles memegang kedua tangan Nathalia dan mengecup lembut bibirnya, "Aku hanya pergi sebentar untuk keperluan perusahaan, ingin sekali mengajakmu tapi kondisimu sedang hamil, Aku tidak tega jika kamu kelelahan." "Bisakah di wakilkan saja oleh orang kepercayaanmu?" Rajuk Nathalia dengan mengerucutkan bibirnya.Melihat istrinya cemberut, Charles membujuknya, "Tidak bisa, Nath. Perjalanan ini harus aku yang lakukan agar klien mempercayai tendernya pada kita." "Aku akan segera pulang jika urusan pekerjaan sudah selesei, kita akan pergi bersama jika kamu telah melahirkan nanti."
"Pergilah, saya tidak akan membunuhmu," Ujar Miskha dengan tatapan merendahkan Charles, "Aku mengampuni nyawamu!" Miskha berbalik menjauhi Charles, namun langkahnya terhenti ketika Charles memanggil namanya, "Miskha , sayangku."Sontak Miskha seolah terbakar emosi. Kedua matanya membelalak sangat tidak sudi di panggil sayang oleh Charles. Miskha berbalik dan kembali menodongkan pistolnya. "Lancang sekali, kamu!" Tegas Miskha dengan tatapan tajam, "jangan sebut namaku dengan mulut kotormu itu!"Bukannya berhenti, Charles justru melangkah semakin mendekati Miskha, seolah tidak perduli jika Miskha bisa saja menembaknya. "Aku begitu merindukanmu, sayang. Berilah aku kesempatan sekali lagi untuk memperbaiki hubungan kita." "Berhenti di sana! Jangan melangkah lagi!" Tidak memperdulikan ancaman Miskha, Charles terus saja mendekati Miskha, "hidupku menderita karena tidak mempercayaimu, jika kamu tidak memaafkan Aku, lebih baik kau tembak saja aku!" Dooorrr... Suara tembakan berbunyi nya
Di istana kediaman Pratama, Bella dan Nathalia tengah asyik menikmati teh lemon di taman dengan bersenda gurau. Sudah 2 Minggu Nathalia tinggal bersama Marco dan Bella. Charles yang selalu sibuk untuk terbang ke luar negeri dengan alasan pekerjaan selalu menitipkan Nathalia. Terlebih di usia kandungan Nathalia yang sudah menginjakkan 9 bulan, bukannya menemani istrinya hingga melahirkan tapi Charles selalu sibuk dengan pekerjaannya. Nathalia sudah sempat memprotes suaminya namun tidak di indahkan. "Kamu mau teh lagi?" Bella menawarkan Nathalia yang tengah sibuk dengan pikirannya, "Teh di gelasmu sudah habis.""Oh... Tidak perlu kak Bella, sudah cukup." "Kamu sedang memikirkan suamimu?" Nathalia hanya mengangguk dan tersenyum getir membalas ucapan Bella."Sabarlah, dia sedang sibuk dengan pekerjaannya, nanti jika anak kalian telah lahir, suamimu itu akan tetap di sisimu."Nathalia mengiyakan, dengan ragu Nathalia mencoba mengutarakan isi hatinya, "Sebenarnya, Aku mencurigai suami
Bugh... Bughh...Marco tanpa ampun memukuli Charles dengan membabi buta. Begitu melihat kedatangan Charles, Marco sangat emosi melihat sahabatnya itu. Bogem mentah berulang kali di layangkan di wajah dan tubuh Charles, Bella yang berusaha mencegah suaminya seolah sia-sia, Marco sudah di penuhi oleh amarahnya."Hentikan ini Marco! Kenapa kamu memukuliku, hah!" Pekikan Charles seolah tidak menyurutkan kemarahan Marco.Wajah dan mata Marco begitu memerah, tenaga Marco seolah menjadi 2 kali lebih kuat. Charles bahkan tidak bisa mengimbangi tenaga Marco. Rasanya saat itu juga Marco hendak membuat Charles menjadi daging giling."Hentikan Mas! Jangan seperti ini, aku mohon." Bella masih berupaya menghentikan suaminya yang tengah membabi buta memukuli Charles. "Mas Marco, hentikan!"Perut Bella tidak sengaja terkena kibasan tangan Marco. "Aduuh.. perutku..!" Sontak Marco menghentikan pukulannya kepada Charles dan memperhatikan Bella. "Maaf baby, aku tidak sengaja mengenai perutmu!" Charles
Sikap Charles kepada Nathalia berubah menjadi lebih perhatian karena kehadiran bayi laki-lakinya. Itu membuat Nathalia senang, ucapan Bella ternyata benar. Jika anaknya telah lahir maka sikap Charles juga akan berubah."Kita beri nama putra kita Theodore, bagaimana menurutmu, Nath?" "Nama yang indah, aku menyukai nama itu."Charles mengecup bibir Nathalia mesra setelah meletakkan Theodore di boxnya. Gairahnya bangkit, Nathalia terlihat begitu seksi setelah melahirkan. Walau tidak ada cinta di hati Charles, jika sudah bersentuhan dengan tubuh wanita pasti akan bangkit gairahnya.Charles terus mendesak Nathalia dengan ciumannya yang panas. Namun, ponselnya berdering, membuat Charles mengurungkan niatnya dan mengambil ponselnya. Nathalia sedikit kecewa, gairahnya juga sudah mulai meningkat tapi ponsel itu mengganggu sekali, "Siapa yang menelepon? Kenapa kamu mengubah nada panggilannya?" "Ini panggilan dari proyek, dan ini ponsel khusus untuk pekerja proyek." Charles langsung pergi me
Diam-diam, Marco memperhatikan istrinya yang tengah terdiam sendiri sembari menyusut air matanya. Hal seperti itu sering kali terjadi saat Bella teringat Ethan. "Kamu masih sangat merindukannya, Baby. Tapi menutupi hal itu dari diriku." Gumam Marco sendiri. Marco memanggil Bella seolah mencarinya. Agar Bella segera menghapus jejak tangisan itu. "Baby.. Baby.. dimana kamu?" Bella segera menghapus air matanya agar tidak terlihat oleh suaminya, "Iya mas, Aku ada di sini." Marco mendekati Bella dengan tersenyum, "ku cari-cari ternyata disini, Cantikku." Bella tersenyum, "Iya Mas, aku hanya ingin menghirup nafas segar pegunungan, ada apa, Mas?" "Mas kangen sama kamu, begitu Mas terbangun kamu tidak ada di sisiku," Marco lalu pura-pura terkejut, "tapi tunggu... matamu kenapa sembab begitu, Baby?" "Ahh.. ini bukan apa-apa, Mas. Aku hanya kelilipan." "kamu memikirkan Ethan lagi?" Bella terdiam lalu menundukkan kepala, "Hanya rindu, Mas." Segera Marco meraih Istrinya