Marco menggertakkan rahangnya, wajahnya memerah dan matanya membulat kala Nathalia menyerahkan alat tes kehamilan di tangannya. Tatapan tajam seolah hendak menghunus Charles, sahabatnya, yang sudah menghamili adik perempuan satu-satunya. Tangan Marco menggenggam erat alat tes kehamilan untuk karena melampiaskan kemarahannya."Br*ngsek kamu, Char!" Suara bariton Marco tajam, "Kenapa harus adikku, hah?" Charles mengacak rambutnya frustasi, "Aku tidak pernah menyangka untuk menghamili Nathalia, Co.""Semuanya terjadi begitu saja, bahkan aku sudah berhati-hati agar Nathalia tidak hamil." Mendengar alasan Charles malah semakin membuat Marco naik pitam, "Kurang ajar kau, Charles! Kau kira adikku itu wanita murahan, hah!" Marco meninju wajah Charles, "Jauhi adikku mulai sekarang!" "Hentikan kak Marco! Jangan pukuli Charles lagi," Nathalia mencoba mengehentikan Marco memukuli Charles, "Aku mencintai Charles, kak!" Seketika Marco berhenti memiliki Charles setelah Nathalia mengucapkan kata
Melihat suaminya tengah gusar, Bella mencoba untuk menghiburnya, "Mas, tenanglah. Masalah Nathalia dan Charles sudah terselesaikan. Meraka akan menikah.""Baby, walaupun Nath dan Charles menikah tetap saja itu membuat kakek marah." Marco mengurut keningnya, "Mas tidak menyangka jika Charles bisa berbuat seperti itu kepada adikku." "Pasti berat untuk Mas karena sudah begitu mempercayai Charles bisa menjaga Nathalia, tapi Nathalia mencintainya. Biarlah mereka hidup bahagia."Bella memeluk suaminya dengan penuh kasih sayang. Seketika ketenangan menjalar di hati Marco seolah kerisauan itu telah sirna begitu saja. Kelembutan Bella selalu menjadi penawar kegelisahan Marco."Kamu selalu membuatku tenang, Baby," tatapan Marco dan Bella bertemu. "I Love You, Baby Girl." Kecupan manis mendarat di bibir sensual Bella. Pagutan yang semula lembut berubah menjadi panas seiring percikan hasrat yang mulai bergelora. Deru nafas dua pasangan yang saling mencintai itu kian berat dan bergairah. Marco
Suasana khidmat dengan alunan musik yang lembut, membuat acara pernikahan yang sakral menjadi begitu indah. Bunga melati putih memenuhi seisi gereja. Nathalia berjalan bersama Ayahnya menghampiri Charles yang sudah menunggu.Seulas senyuman terukir di wajah Charles, tangannya terulur untuk menyambut calon istrinya. Nathalia meraih genggaman tangan Charles dan berjalan bersama ke hadapan pastor. Untuk saling mengucapkan janji suci di hadapan Tuhan. Kakek Yulius yang tadinya tidak merestui, kini mau bermurah hati memaafkan kesalahan cucu perempuan satu-satunya. Menerima pernikahan ini dan merestui. Kedua netra pria yang sudah lanjut usia itu membasah kala menyaksikan janji suci cucunya Semua orang yang berada di dalam gereja yang menyaksikan pernikahan itu turut terharu. Kini, Nathalia dan Charles sudah resmi menjadi suami istri. Perlahan Charles membuka penutup wajah yang Nathalia pakai lalu mencium bibirnya. Menunjukkan kepada semua orang bahwa mereka sudah sah sebagai suami istri
Bella menatap senang ke kamar hotel yang telah di hias oleh Marco. Berbagai mawar merah tertata rapih dan cantik di kamar itu. Di lantai bahkan di atas ranjang besar."Mas? Kenapa kamar kita di hias seperti ini?" Bella menatap suaminya, "kita bukan pengantin baru." "Bagiku kita selalu menjadi pengantin baru, Baby." Marco melingkarkan tangannya di pinggang sang istri lalu berbisik, "Mas merindukan sensasi malam pertama yang kamu berikan, Baby."Seolah merasa tertantang, Bella mendorong perlahan Marco ke atas ranjang, "Kalau begitu, nikmatilah hal yang akan kita berikan."Marco begitu merasakan senang, gairah Bella yang begitu membara membuatnya selalu tunduk. Mengharapkan kejutan apalagi yang akan istrinya berikan. Sensasi yang mendebarkan seperti apalagi yang istrinya siapkan.Bella perlahan mulai membuka kancing kemeja putih milik Marco. Lalu membuka sabuk dan resleting celana. Hingga membuat Marco hanya memakai boxer saja. "Kali ini, aku yang akan memegang permainan, kamu harus tu
"Maaf Tuan, kami tetap tidak bisa melacak dimana keberadaan Franky dan anggotanya," ucap seorang detektif yang Marco bayar bernama Stefan itu. "Bodoh! Bagaimana bisa kalian tidak menemukan Tua Bangka itu, hah?" Sentak Marco sembari memukul kerja kerjanya, " kerja kalian apa saja hah? Mencari satu orang saja kalian tidak becus!""Sudah berapa banyak uang yang aku keluarkan untuk membayar kalian, dasar tidak berguna!”Stefan berusaha menjelaskan pada Marco dengan lebih tenang, "Kami sudah semaksimal mungkin mencari mereka dengan mengirim orang kami ke beberapa negara di Eropa, hasilnya nihil." "Kami memiliki pendapat, jika Franky dan orangnya tidak pergi ke Eropa.""Jika Meraka tidak ke Eropa, lantas dimana mereka sekarang?" Marco begitu emosi, pikirnya dengan menyewa detektif terkenal akan memudahkan pencariannya. "Tugas kalian menemukan mereka!"Stefan menundukkan kepalanya, "Kami mengerti. Kami akan segera mencari tahu." Setelah melaporkan hasil kerjanya, Stefan segera bergegas da
Rapat selesei dengan baik, sejumlah uang bisa menyeleseikan masalah perusahaannya. Lalu, gegas Marco tidak sabar untuk segera pulang dan bertemu Bella. Foto alat tes kehamilan yang Bella kirimkan terbayang di pelupuk matanya.Marco sudah mengendarai mobilnya membelah jalanan ibu kota. Sebelum sampai rumah, Marco berhenti terlebih dahulu di pusat perbelanjaan yang cukup elit. Tentu kabar kehamilan Bella harus di rayakan dengan benar, hadiah yang mahal dan mewah kayak Bella dapatkan.Marco memilih kalung berlian seharga 3 milyar dan anting berlian senilai 2 milyar. Tidak lupa Marco juga membelikan tas branded mahal senilai 1 milyar. Hadiah-hadiah itu seolah tidak sebanding dengan kado yang Bella berikan padanya, yaitu anak.Semua hadiah itu di kemas dengan begitu bagus dan mewah. Semua staff menundukkan kepala kepada Marco. Keluarga Marco sudah begitu terkenal di pusat perbelanjaan itu , terkenal sebagai keluarga konglomerat.Setelah beberapa saat mengendarai mobilnya. Marco tiba di rum
Empat bulan yang lalu,,,,Charles tengah menyiapkan baju ke dalam koper. Nathalia bergelayut di pundak Charles seolah tidak rela jika sang suami pergi meninggalkannya. Saat itu kehamilan Nathalia sudah menginjak bulan ke 5, bayi di dalam perutnya begitu aktif bergerak."Tidak bisakah kamu tidak pergi, Char?" ucap Nathalia sembari mengelus perutnya yang sudah membuncit, "Bayi kita tidak ingin jauh dari ayahnya."Charles memegang kedua tangan Nathalia dan mengecup lembut bibirnya, "Aku hanya pergi sebentar untuk keperluan perusahaan, ingin sekali mengajakmu tapi kondisimu sedang hamil, Aku tidak tega jika kamu kelelahan." "Bisakah di wakilkan saja oleh orang kepercayaanmu?" Rajuk Nathalia dengan mengerucutkan bibirnya.Melihat istrinya cemberut, Charles membujuknya, "Tidak bisa, Nath. Perjalanan ini harus aku yang lakukan agar klien mempercayai tendernya pada kita." "Aku akan segera pulang jika urusan pekerjaan sudah selesei, kita akan pergi bersama jika kamu telah melahirkan nanti."
"Pergilah, saya tidak akan membunuhmu," Ujar Miskha dengan tatapan merendahkan Charles, "Aku mengampuni nyawamu!" Miskha berbalik menjauhi Charles, namun langkahnya terhenti ketika Charles memanggil namanya, "Miskha , sayangku."Sontak Miskha seolah terbakar emosi. Kedua matanya membelalak sangat tidak sudi di panggil sayang oleh Charles. Miskha berbalik dan kembali menodongkan pistolnya. "Lancang sekali, kamu!" Tegas Miskha dengan tatapan tajam, "jangan sebut namaku dengan mulut kotormu itu!"Bukannya berhenti, Charles justru melangkah semakin mendekati Miskha, seolah tidak perduli jika Miskha bisa saja menembaknya. "Aku begitu merindukanmu, sayang. Berilah aku kesempatan sekali lagi untuk memperbaiki hubungan kita." "Berhenti di sana! Jangan melangkah lagi!" Tidak memperdulikan ancaman Miskha, Charles terus saja mendekati Miskha, "hidupku menderita karena tidak mempercayaimu, jika kamu tidak memaafkan Aku, lebih baik kau tembak saja aku!" Dooorrr... Suara tembakan berbunyi nya