Sudah berhari-hari, Charles mencari keberadaan Miskha tapi tidak satupun informasi dia dapatkan. Rasa bersalah dan rasa frustasi bercampur menjadi satu. Charles menyesali perbuatannya kepada Miskha, tidak mempercayai ucapan bahkan sampai berbuat kasar kepada Miskha.Entah sudah berapa gelas alkohol yang Charles minum sampai wajahnya memerah. Seorang barista dengan sopan memberitahunya untuk berhenti minum karena sudah mabuk. Tapi, Charles malah memarahinya dan meminta untuk terus menuangkan minuman itu."Miskha.. dimanakan kamu berada? Seperti inikah caramu menghukumku?" Charles mengacak rambutnya frustasi. "Kembalilah kemari sayangku, Koko sangat merindukanmu." Dari arah lain, Wanita cantik yang sedari tadi memperhatikan Charles mulai perlahan mendekatinya. Wanita itu memakai gaun berwarna merah mengkilap dengan rambut panjang terurai dan bergelombang. Bibirnya yang merona merah tersenyum penuh arti."Sudah cukup minumnya, kamu sudah mabuk." Wanita itu mengambil gelas di tangan Char
Hal yang Marco ceritakan kepadanya seolah hal yang mustahil tapi membuat hari Bella bahagia. Dimana sekitar satu bulan yang lalu, Bella baru saja merasakan kehilangan Ethan. Kini, Bella tahu bahwa putranya itu masih hidup. "Dimana Ethan berada, Mas?" Bella menatap suaminya penuh harap. "Aku sudah begitu merindukan putraku itu.""Ethan belum di temukan, entah kemana Franky itu membawa Ethan.""Kenapa.. kenapa dia membawa Ethan kita? Apa salahku hingga dia tega membawa putraku yang masih kecil, Mas?" "Baby, tenangkan dirimu." Marco mencoba untuk menenangkan Bella yang mulai tersulut emosi. "Percayalah, Mas akan mencari Ethan sampai ketemu."Kepala Bella terasa begitu pening. Ada hal bahagia yang ia ketahui di barengi dengan hal buruk. Di satu sisi hal bahagia setelah tahu anaknya masih hidup, hal buruknya Ethan di culik oleh orang yang cukup berbahaya. Marco mencoba untuk memeluk sang istri dan membawanya ke kamar hotel. "Baby! Baiknya kita kembali ke kamar saja."Hotel bintang lima
Marco menggertakkan rahangnya, wajahnya memerah dan matanya membulat kala Nathalia menyerahkan alat tes kehamilan di tangannya. Tatapan tajam seolah hendak menghunus Charles, sahabatnya, yang sudah menghamili adik perempuan satu-satunya. Tangan Marco menggenggam erat alat tes kehamilan untuk karena melampiaskan kemarahannya."Br*ngsek kamu, Char!" Suara bariton Marco tajam, "Kenapa harus adikku, hah?" Charles mengacak rambutnya frustasi, "Aku tidak pernah menyangka untuk menghamili Nathalia, Co.""Semuanya terjadi begitu saja, bahkan aku sudah berhati-hati agar Nathalia tidak hamil." Mendengar alasan Charles malah semakin membuat Marco naik pitam, "Kurang ajar kau, Charles! Kau kira adikku itu wanita murahan, hah!" Marco meninju wajah Charles, "Jauhi adikku mulai sekarang!" "Hentikan kak Marco! Jangan pukuli Charles lagi," Nathalia mencoba mengehentikan Marco memukuli Charles, "Aku mencintai Charles, kak!" Seketika Marco berhenti memiliki Charles setelah Nathalia mengucapkan kata
Melihat suaminya tengah gusar, Bella mencoba untuk menghiburnya, "Mas, tenanglah. Masalah Nathalia dan Charles sudah terselesaikan. Meraka akan menikah.""Baby, walaupun Nath dan Charles menikah tetap saja itu membuat kakek marah." Marco mengurut keningnya, "Mas tidak menyangka jika Charles bisa berbuat seperti itu kepada adikku." "Pasti berat untuk Mas karena sudah begitu mempercayai Charles bisa menjaga Nathalia, tapi Nathalia mencintainya. Biarlah mereka hidup bahagia."Bella memeluk suaminya dengan penuh kasih sayang. Seketika ketenangan menjalar di hati Marco seolah kerisauan itu telah sirna begitu saja. Kelembutan Bella selalu menjadi penawar kegelisahan Marco."Kamu selalu membuatku tenang, Baby," tatapan Marco dan Bella bertemu. "I Love You, Baby Girl." Kecupan manis mendarat di bibir sensual Bella. Pagutan yang semula lembut berubah menjadi panas seiring percikan hasrat yang mulai bergelora. Deru nafas dua pasangan yang saling mencintai itu kian berat dan bergairah. Marco
Suasana khidmat dengan alunan musik yang lembut, membuat acara pernikahan yang sakral menjadi begitu indah. Bunga melati putih memenuhi seisi gereja. Nathalia berjalan bersama Ayahnya menghampiri Charles yang sudah menunggu.Seulas senyuman terukir di wajah Charles, tangannya terulur untuk menyambut calon istrinya. Nathalia meraih genggaman tangan Charles dan berjalan bersama ke hadapan pastor. Untuk saling mengucapkan janji suci di hadapan Tuhan. Kakek Yulius yang tadinya tidak merestui, kini mau bermurah hati memaafkan kesalahan cucu perempuan satu-satunya. Menerima pernikahan ini dan merestui. Kedua netra pria yang sudah lanjut usia itu membasah kala menyaksikan janji suci cucunya Semua orang yang berada di dalam gereja yang menyaksikan pernikahan itu turut terharu. Kini, Nathalia dan Charles sudah resmi menjadi suami istri. Perlahan Charles membuka penutup wajah yang Nathalia pakai lalu mencium bibirnya. Menunjukkan kepada semua orang bahwa mereka sudah sah sebagai suami istri
Bella menatap senang ke kamar hotel yang telah di hias oleh Marco. Berbagai mawar merah tertata rapih dan cantik di kamar itu. Di lantai bahkan di atas ranjang besar."Mas? Kenapa kamar kita di hias seperti ini?" Bella menatap suaminya, "kita bukan pengantin baru." "Bagiku kita selalu menjadi pengantin baru, Baby." Marco melingkarkan tangannya di pinggang sang istri lalu berbisik, "Mas merindukan sensasi malam pertama yang kamu berikan, Baby."Seolah merasa tertantang, Bella mendorong perlahan Marco ke atas ranjang, "Kalau begitu, nikmatilah hal yang akan kita berikan."Marco begitu merasakan senang, gairah Bella yang begitu membara membuatnya selalu tunduk. Mengharapkan kejutan apalagi yang akan istrinya berikan. Sensasi yang mendebarkan seperti apalagi yang istrinya siapkan.Bella perlahan mulai membuka kancing kemeja putih milik Marco. Lalu membuka sabuk dan resleting celana. Hingga membuat Marco hanya memakai boxer saja. "Kali ini, aku yang akan memegang permainan, kamu harus tu
"Maaf Tuan, kami tetap tidak bisa melacak dimana keberadaan Franky dan anggotanya," ucap seorang detektif yang Marco bayar bernama Stefan itu. "Bodoh! Bagaimana bisa kalian tidak menemukan Tua Bangka itu, hah?" Sentak Marco sembari memukul kerja kerjanya, " kerja kalian apa saja hah? Mencari satu orang saja kalian tidak becus!""Sudah berapa banyak uang yang aku keluarkan untuk membayar kalian, dasar tidak berguna!”Stefan berusaha menjelaskan pada Marco dengan lebih tenang, "Kami sudah semaksimal mungkin mencari mereka dengan mengirim orang kami ke beberapa negara di Eropa, hasilnya nihil." "Kami memiliki pendapat, jika Franky dan orangnya tidak pergi ke Eropa.""Jika Meraka tidak ke Eropa, lantas dimana mereka sekarang?" Marco begitu emosi, pikirnya dengan menyewa detektif terkenal akan memudahkan pencariannya. "Tugas kalian menemukan mereka!"Stefan menundukkan kepalanya, "Kami mengerti. Kami akan segera mencari tahu." Setelah melaporkan hasil kerjanya, Stefan segera bergegas da
Rapat selesei dengan baik, sejumlah uang bisa menyeleseikan masalah perusahaannya. Lalu, gegas Marco tidak sabar untuk segera pulang dan bertemu Bella. Foto alat tes kehamilan yang Bella kirimkan terbayang di pelupuk matanya.Marco sudah mengendarai mobilnya membelah jalanan ibu kota. Sebelum sampai rumah, Marco berhenti terlebih dahulu di pusat perbelanjaan yang cukup elit. Tentu kabar kehamilan Bella harus di rayakan dengan benar, hadiah yang mahal dan mewah kayak Bella dapatkan.Marco memilih kalung berlian seharga 3 milyar dan anting berlian senilai 2 milyar. Tidak lupa Marco juga membelikan tas branded mahal senilai 1 milyar. Hadiah-hadiah itu seolah tidak sebanding dengan kado yang Bella berikan padanya, yaitu anak.Semua hadiah itu di kemas dengan begitu bagus dan mewah. Semua staff menundukkan kepala kepada Marco. Keluarga Marco sudah begitu terkenal di pusat perbelanjaan itu , terkenal sebagai keluarga konglomerat.Setelah beberapa saat mengendarai mobilnya. Marco tiba di rum
Bugh... Tubuh Claire terhuyung karena seseorang mendorongnya ke pinggir jalan. Hampir saja Claire tertabrak oleh pengemudi mobil yang ngebut. "Claire!" pekikan teman-teman di sebrang jalan terdengar panik. Perasaan terkejut dan juga takut masih menguasai Claire, sampai dia tidak melihat siapa yang telah menolongnya. Perlahan Claire membalikkan tubuhnya dan melihat Tristan tidak sadarkan, gadis itu lebih terkejut lagi saat melihat darah mengalir di kening Bosnya itu. "Pak Tristan!" pekik Claire kaget. Spontan Claire memegang wajah Tristan dan mencoba untuk membuat pria itu tersadar. Alvin, Rendi dan Eva juga segera berlari ke sebrang jalan untuk menolong Tristan. "Bagaimana keadaanmu, Claire?" Alvin nampak sangat khawatir pada Claire, lalu pandangannya beralih kepada Tristan. "Aku baik-baik saja, Vin." Claire nampak sangat panik. "Karena Pak Tristan menolongku, akhirnya dia yang malah terluka!" Claire terlihat ketakutan, bahkan sampai menangis. Segera Alvin m
Claire memegangi perutnya, hari ini adalah hari pertama dia datang bulan. Kram dan nyeri perut sering di rasakannya di saat hari pertama. Berbeda dari bulan kemarin, kali iki rasanya lebih nyeri, tapi Claire tahan karena setelah makan siang nanti akan ada rapat penting dan dia harus datang mendampingi Bosnya. Alvin, Eva dan Rendi datang untuk mengajak Claire makan siang di restoran chiken di dekat kantor. "Hai Claire, pekerjaanmu sudah selesei?" tanya Alvin sembari menepuk pundak Claire. "Sudah ini, oya kalian mau makan siang, bukan?" "Tentu, makannya kami kemari untuk mengajakmu." sahut Eva. "Ayo kita makan di restoran chiken dekat kantor, di sana ada menu spesial." ajak Rendi. "Sepertinya kalian pergi makan tanpaku. Aku sedang tidak enak badan." Tolak Claire lirih sembari meringis menahan nyeri haidnya. "Kamu sedang sakit?" Tanya Eva lagi. Belum sempat Claire menjawab, suara bariton milik Tristan mengagetkan mereka bertempat. "Siapa yang sakit?" Sont
Di atas Sofa dekat kolam renang, dengan Bella berada di dekapan suaminya, Marco. Mereka menikmati malam yang cerah dengan bertabur bintang. Setelah pertempuran panas mereka tadi, dengan tubuh hanya tertutup selimut, Marco dan Bella menikmati keindahan malam. "Jika berada di apartemen ini membuatku senang karena banyak kenangan indah yang kita lalui bersama, Baby." Bella terkekeh, susah 20 tahun lebih, tapi suaminya itu masih memanggilnya Baby. Tentu panggilan itu hanya akan di lakukan jika mereka tengah berdua saja. "Iya Mas, di tempat ini pertama kali kita bersama dan aku pertama kali menjadi Sugar Baby mu." Marco mengecup kening Bella. "Aku beruntung memilikimu, Baby." Pandangan Marco lalu tertuju ke arah kolam renang. "Lihatlah kolam renang itu, di sana kita menghabiskan waktu untuk bercinta." Sejurus kemudian Bella juga memandang kolam renang yang berwarna biru dengan airnya yang hangat. Dulu dia dan Marco bercinta di dalam kolam renang dengan begitu berg
"Mas, kenapa kamu mengajakku kemari?" Protes Bella pada Marco yang membawanya ke Apartemen lotus. "Aku merindukanmu, Sayang." Jawab Marco sembari mengecup lembut bibir Bella."Ish kamu ini Mas." Wajah Bella merona merah. "Kita sedang sibuk loh mengurus pernikahan Axel dan Sandra.""Oleh karena itu, Mas ingin mencuri waktu sibuk kita untuk menghabiskan waktu bersama." Kembali Marco menyesap bibir lembut Bella, walau hampir berusia kepala 5, Bella masih terlihat muda dan cantik.Perlahan Marco bahkan mengecupi leher jenjang Bella. Tawa kecil terdengar dari bibir Bella. "Mas, kamu ini gak sabaran terus."Tidak memperdulikan protes Istrinya, Marco justru membawa Bella ke atas ranjang mewah yang sudah dia siapkan.Tanpa melepaskan pagutannya, Marco mulai menindih tubuh Bella. Perlahan mulai membuka kancing kemeja berwarna skyblue yang di pakai Bella satu per satu. Menikmati Aroma bargamot dan lavender di setiap inci tubuh Bella.Perlahan Marco mulai melepas penutup kedua gunung kembar
Axel memanggil Claire berulang kali tapi tidak menyahut, gadis itu tengah melihat ke arah kolam koi sambil tersenyum. Pikiran Claire melayang ke tempat lain, pertemuan dengan Tristan di pagi hari tadi saat jogging membuatnya berbunga-bunga. Wajah tampan Tristan yang seolah menjadi daya tarik tersendiri untuknya. Entah perasaan apa yang menguasai Claire, gadis itu belum memahami betul yang terjadi kepadanya. Kesal adiknya tidak menyahut terus, Axel mendekati Claire yang masih saja asyik menatap ke arah kolam koi sembari tersenyum itu. "Claire.. Kakak panggil kamu dari tadi, sedang melamunin apa sih!" keluh Axel pada adiknya itu. Claire sontak kembali ke alam nyata dan menatap kakak laki-lakinya itu. "Kakak manggil aku?" "Iya, tapi kamu malah asyik melamun disini." Axel pura-pura sebal. "Kakak mau minta tolong sama kamu." "Iya maaf ka, Claire sedang memikirkan sesuatu tapi sudah lupakan saja, tidak penting kok. Kakak mau minta tolong apa?" Beruntung Axel tidak be
Jam dinding sudah menunjukkan pukul 10 malam, tapi Claire belum bisa tidur juga. Pikirannya teringat saat makan malam bersama Tristan. Dari waktu yang mereka habiskan, tampak sisi lain dari Tristan yang Baik dan hangat. Jantung Claire kembali berdetak lebih cepat, apalagi teringat saat Tristan membersihkan nasi yang menempel di bibir Claire. Claire segera menepuki kepalanya perlahan. "Apa yang kamu pikirkan, Claire!" Selimut tebal berwarna ivory itu segera di tariknya untuk menutupi seluruh tubuhnya, agar berhenti membayangkan tentang Tristan.Claire akhirnya tertidur begitu saja tanpa sengaja. Waktu berlalu begitu cepat, pagi segera menampakkan sinar matahari yang hangat dan cerah. Gadis cantik itu menggeliat, lalu terdiam sejenak dan berdecak. "Bahkan di mimpiku pun, Aku memimpikannya!" gerutu Claire merasa kesal pada dirinya sendiri. Claire memimpikan Tristan, pria itu sekarang seolah melekat dalam pikirannya. "Lebih baik Aku mandi lalu pergi berolahraga sa
Axel memeluk tubuh indah Anjani yang tanpa memakai sehelai baju dan hanya tertutup selimut. Setelah lelah, Keduanya menghabiskan waktu untuk bercerita. "Mas minta maaf, karna tetap tidak bisa membatalkan pernikahan dengan Sandra." Mendengar itu Anjani hanya terdiam, pandangannya menerawang langit-langit rumahnya. Axel tahu jika Istri tercintanya itu kecewa, tetapi tidak mau mengungkapkan isi hatinya. "Andai kami menikah secara Sah negara mungkin Aku bisa mencegah pernikahan kedua suamiku. Tidak ada wanita yang mau berbagi suami. Posisiku hanya istri siri." batin Anjani. "Sayang... Aku tahu ini berat, tapi aku janji tidak akan pernah berpaling darimu. Ini hanya pernikahan Bisnis," bujuk Axel lalu mengecup pipi mulus Anjani. "Benarkah?" Anjani mengerlingkan matanya. "Tentu, Kamulah wanita satu-satunya di hatiku." Axel hendak mencium bibir ranum Anjani, namun istri sirinya itu malah menjauh. "Bagaimana jika kamu jatuh cinta kepada Wanita itu setelah melakukan mala
Malam ini, Axel pulang ke Apartemen Anjani. Pikirannya benar-benar sangat kusut kali ini, permasalahan perusahaannya sudah berakhir. Tapi dia tetap harus menikah dengan Sandra dan hari H menuju pernikahan mereka tinggal 7 hari lagi. Bagaimana tidak? Undangan sudah di sebar, gedung sudah di pesan, terlebih Sandra sudah begitu mengharap. Dalam dunia ini memang yang paling kerjam adalah sebuah harapan. "Mas, mandilah dulu, Aku sudah menyiapkan air hangat untuk kamu berendam." celetuk Anjani membuyarkan segala macam pikirannya. Axel berjalan mendekati Anjani, lalu memegang tangannya mesra lalu berbisik di telinga Anjani. "Ikut aku mandi." "Aku sudah mandi, Mas." Tidak ingin mendapatkan penolakan dari Anjani, Axel mendekatkan wajahnya ke ceruk leher Anjani lalu menciuminya. Hal yang Axel lakukan itu membuat Anjani memdesah pelan. "Sayang.. saat ini aku membutuhkanmu, jangan menolak permintaanku." bisiknya. "Baiklah kalau begitu." Setelah mendapat persetuju
"Pak Tristan, Maaf, saya ingin minta izin untuk pulang sekarang."Jono, Supir pribadi Tristan terlihat sangat panik. "Sa.. saya baru di kabari oleh ibu saya jika Istri saya jatuh dari tangga dan tidak sadarkan diri." Claire yang mendengarnya ikut khawatir dan kasihan. Namun, Wajah Tristan nampak tidak senang. "Bukankah saya sudah bilang jika saya tidak suka pekerja yang meminta izin di saat sedang bekerja!" Rasa kagum Claire saat di ruangan meeting tadi seolah sirna. Bosnya itu tetaplah pria dingin tak berperasaan. "Ma..Maafkan saya, Pak! Tapi ini sangat darurat, istri saya sedang mengandung 9 bulan, saya sangat khawatir dengan keadaan mereka berdua." Tristan nampak menimbang-nimbang, setelah mendengar istrinya Jono tengah mengandung masih ada sedikit rasa belas kasih di hati Tristan. "Baiklah, hanya kali ini saya menginzinkanmu." Awalnya Claire sangat tidak suka saat Tristan tidak mengizinkan Jono untuk pergi, tapi gadis itu juga ikut merasakan lega saat akhirnya