Untuk menenangkan dirinya, Claire memilih untuk ke ruang istirahat khusus untuk karyawan wanita. Dirinya butuh waktu untuk mencerna semua sikap dari Tristan padanya tadi. Pintu ruangan di buka oleh seseorang, nampak Noura memasuki ruangan dan mendekati Claire yang tengah berbaring di sofa panjang. "Siapa kamu!" ucap Noura dengan nada tidak suka. Sontak Claire terkejut, diruangan itu hanya ada dirinya dan Noura saja. Claire menunjuk dirinya sendiri, "Saya?" "Hal apa yang kamu lakukan hingga pak Tristan mendekati dan begitu marah padamu seperti itu!" "Maksud Bu Noura, bagaimana?" Claire masih bingung maksud dari ucapan Noura. "Saya tidak melakukan apapun pada Pak Tristan." "Jika kamu tidak berbuat salah, kenapa pak Tristan mesti memegang tanganmu, hah!" Suara Noura semakin meninggi, "Apakah kamu 'gatal' kepadanya? "Apa ini? masalah lain belum selesei kenapa harus ada masalah baru?" Batin Claire. "Sepertinya ibu Wakil manajer telah salah paham kepadaku, Saya tidak p
Liukan tubuh seksi Anjani yang berbalut lingerie berwarna merah maroon tampak begitu menggoda, Anjani sengaja memakai pakaian seksi tersebut untuk menggoda suaminya yang masih saja sibuk bekerja. Padahal mereka tengah berbulan madu di Singapura. Sebenarnya, Axel dan Anjani tengah mengadakan perjalanan bisnis ke Singapura. Sekali dayung dua tiga pulau terlampaui, Axel merencanakan bulan madu juga. Memesan kamar dengan Connector room, agar mereka bisa leluasa bergairah bersama. Di kantor Axel dan Anjani saling menutupi pernikahan mereka, diam-diam saling pandang dan berkirim pesan mesra. Hingga orang kantor dan orangtua Axel tidak mengetahui pernikahan mereka. Kedua netra Axel tidak berkedip sama sekali saat melihat istrinya mendatangi dirinya dengan dandanan yang begitu menggoda. "Apa ini? Aku masih bekerja." seru Axel dengan menatap sayu kearah Anjani. Lalu Anjani dengan berani menaikkan satu kakinya dan memperlihatkan 'miliknya' pada Axel. Melihat pemandangan indah itu, Axel
Anjani tengah bersiap memakai blouse berwarna Pink dengan jilbab yang berwarna senada. Axel yang melihat istrinya begitu menjaga martabatnya sebagai seorang wanita sangat bangga telah memiliki Anjani. Wanita yang menutupi keindahan tubuhnya dari pandangan laki-laki lain dan hanya di persembahkan untuk suaminya saja, Axel sangat bangga untuk hal itu. Saat Axel melakukan hubungan intim untuk pertama kali juga Anjani masih perawan dan masih malu-malu ketika di sentuh. Membuat Axel begitu gemas dibuatnya. Tapi, setelah menjalani pernikahan selama 3 bulan, Anjani menjadi wanita yang sangat nakal saat di ranjang untuk suaminya. Axel mendekati istrinya yang tengah berkaca, lalu membisikkan sesuatu, "Kamu sangat cantik, sayang." "Tentu. Istrinya siapa dulu?" Jawab Anjani dengan bangga. "Sudah pasti istriku, terpenting aku sangat mencintaimu." Anjani membalikkan tubuhnya dan melingkarkan kedua tangannya di leher Axel, "Cintamu sebesar apa?" "Tidak bisa di sebutkan, karen
POV - Anjani Safeeya Anjani Safeeya adalah Seorang gadis kampung yang berasal dari salah satu tempat di Jogjakarta, yatim piatu yang di rawat oleh Paman dan Bibinya. Gadis itu adalah Aku. Dari kecil aku sudah kehilangan kedua orangtuaku karena kecelakaan. Anak berusia 5 Tahun yang belum bisa hidup mandiri, terpaksa harus hidup bersama Paman dan bibiku. Pamanku bernama Robby adalah adik dari ibuku, Beliau sangat baik dan sayang kepadaku. Sangat prihatin dengan kondisiku. Tetapi, bibiku sama sekali tidak menyukaiku, Bibi Ria bersikap baik hanya saat di depan Pamanku saja. "ish... Dasar benalu! Kenapa kamu tidak ikut mati saja bersama kedua orangtuamu. hah!" ucap bibi Ria saat memandikan diriku. Cubitan bahkan pukulan sering Aku terima. Bibi Ria selalu bersikap buruk ketika Paman pergi bekerja. Aku hanya bisa diam dan menangis ketika bibi memarahiku dan mencubitku tanpa sebab. Paman dan Bibiku juga memiliki seorang putri, Usia kami hanya berbeda satu tahun, sepupuku berna
Hubungan Marco dan Axel menjadi merenggang pasca Marco mengetahui, putranya telah menikahi seorang muslim. Marco tidak mempermasalahkan latar belakang Anjani, bukan soal harta. Hanya saja sebuah pernikahan harus berlandaskan pada pandasi yang kuat. Yang satu keyakinan saja masih sering mengalami cekcok , apalagi yang berbeda keyakinan. Marco hanya tidak ingin Putranya gagal. Bella yang tidak tahan melihat suami dan putranya saling mendiamkan merasa sangat jengah, "Sampai kapan kalian akan saling mendiamkan seperti ini?" "Sampai Axel memutuskan hubungan dengan Anjani." Seru Marco tanpa keraguan sembari melahap makanannya. Axel tidak terima dengan ucapan ayahnya, "Dan Sampai kapanpun aku tidak akan melepaskan Anjani, Pah." Brakk... Marco menggebrak meja makan dan membuat Bella serta Claire terkejut. "Apa kamu mau menghancurkan keluarga ini, Axel!" pekik Marco dengan suara baritonnya. "Tidak ada yang ingin menghancurkan keluarga ini, Anjani wanita yang sangat baik.
"A...Apa?" Marco seolah tidak yakin dengan apa yang di dengarnya, "Kenapa Titan Excelent seolah menyerang perusahaanku?" Untuk pertama kalinya, perusahaan Marco mengalami kesulitan. Media yang terus 'menggoreng' berita menjadikan semakin runyam. Marco berupaya untuk menyelesaikan masalah ini dengan mengadakan konferensi pers. Bermaksud agar kesalahpahaman menjadi terang. Marco membuat keputusan, "Segera adakan konferensi pers, agar masalah ini tidak berlarut dan semakin runyam." "Tapi pak, apakah kita tidak seharusnya mencari dalang di balik ini semua? Baru kita melakukan konferensi pers." ujar Axel memberi masukan. "Kita tidak punya waktu lagi, sebelum saham kita semakin merosot turun, kita harus memberikan penjelasan kepada khalayak." Saran Axel tidak di hiraukan oleh Marco. Konferensi pers itu akan segera di adakan. Besok siang adalah waktu yang tepat untuk meluruskan semua kesalahpahaman tersebut. Axel masuk ke ruangan ayahnya dengan raut wajah sedikit gusar, "Pah
"Axel , putraku." Seru Marco, "Kamu akan segera menikah dengan Casandra, ini sudah keputusan kami semua." Bagaikan petir di siang bolong, ucapan Ayahnya mampu membuatnya tidak bisa berkata apapun. "Papa dan Om Chandra sudah sepakat untuk menikahkan kamu dengan Casandra, satu bulan lagi." Lanjut Marco menjelaskan. "Pernikahan!" Pekik Axel tercekat. "Iya Axel, pernikahan kamu dan Casandra," Ulang Marco saat melihat putranya tercengang, "Papa sudah yakin bahwa kamu dan Casandra sangat cocok." "Tapi pa.." Marco segera memotong ucapan Axel, "Jika kamu ingin protes, kita bisa bicarakan nanti, sekarang ajak Casandra berbicara agar kalian jadi lebih dekat." Marco memberikan kode kepada Axel untuk berhenti tidak mengucapkan hal yang ingin dia katakan. "Tentang Anjani akan kita bicarakan setelah para tamu ini pulang. Sekarang, patuhi saja apa kata Papa." Tekan Marco dengan membisikkan pada putranya. Tidak ingin membuat malu Ayahnya, Axel terpaksa menuruti permintaannya.
"A...Axel sudah menikah?" pekik Sandra terkejut dengan apa yang baru saja dia dengar. Bella segera mengajak Sandra ke dalam kamar Axel agar tidak membuat keributan dan terdengar oleh Tuan Chandra. Axel juga terkejut melihat kedatangan Mamanya bersama Sandra. "Ada apa ini, Ma?" "Sepertinya kamu harus menjelaskan saat ini juga yang sebenarnya kepada Sandra, Axel." Melihat tatapan Sandra yang penuh tanda tanya dan juga kesedihan Axel mengerti maksud Mamanya. Mungkin tadi Sandra mendengar apa yang Bella dan Axel katakan. "Jelaskan semuanya kepadaku, Xel." Sandra duduk di samping Axel. "Aku butuh kejelasan untuk apa yang aku dengar." Axel menghembuskan nafasnya, sebenarnya Axel tidak tega jika menceritakan yang sebenernya kepada Sandra, tapi Sandra sudah mendengar kebenarannya. "Baiklah, Aku akan menceritakan semuanya kepadamu." Dengan penuh perhatian Sandra memperhatikan Axel yang tengah membicarakan tentang hubungannya dengan Anjani. Berulang kali Sandra memejamkam mat
Gedung di salah satu hotel bintang 5 itu terlihat begitu mewah dan mahal. Berhiaskan berbagai macam bunga serta aksesoris pernikahan mewah yang menampakkan bahwa yang akan menikah adalah orang yang berkelas. Pernikahan Axelo dan Sandra sedang berlangsung dengan di saksikan oleh para orang penting seperti pemimpin perusahaan, pejabat serta para Artis ternama. Setelah mengucapkan janji setia untuk bisa sehidup semati tanpa ada yang bisa memisahkan, kecuali kematian. Axelo dan Sandra kini resmi menjadi suami istri, yang di restui kedua belah pihak keluarga konglomerat. Para tamu bergantian untuk menyalami sang pengantin baru. "Selamat untuk pernikahannya Pak CEO, semoga selalu bahagia," ucap seorang tamu dari golongan pengusaha. "Terima kasih." Axelo menjawab dengan lugas dan tersenyum. Walau terpaksa menikahi Sandra, tentu dia tidak bisa menampakkan ketidaksukaannya itu, bukan? Axel dan Sandra harus terlihat bahagia di pernikahan mereka. Rangkaian acara sudah t
Pagi itu Claire duduk di dekat Tristan, sambil memegang lengan kanan Tristan lembut. "Pak, Aku harap Bapak bisa segera sadarkan diri." lirih Claire lalu mengecup lembut tangan Tristan. Entah dari kapan Claire memiliki perasaan kepada Tristan, nyatanya perasaan itu kini mulai timbul di hatinya. Ada kekhawatiran melihat kondisi Tristan yang lemah. Lama Claire mengecup tangan Tristan sambil memejamkan mata, sampai Gadis itu tidak sadar jika pemilik tangan itu tengah menatapnya. "Claire." Panggil Tristan dengan suara parau. Sontak Claire membulatkan kedua mata indahnya dan melepas genggaman tangannya. "Pak Tristan! Anda sudah sadar?" Melihat Claire yang terkejut dan pipinya merona merah, Tristan malah terkekeh. "Saya sudah sadar diri semalam, Claire." Claire sontak terkejut, kenapa jika ia sudah sadar kenapa tidak membangunkannya? "Kenapa Bapak tidak membangunkanku?" "Saya tidak tega," Tristan mencoba untuk duduk, Claire lalu membantunya. "Kamu terlihat begitu
Di depan ruang ICU, Claire duduk dengan gelisah. Sudah 2 jam berlalu, sedangkan Tristan masih dalam penanganan dokter. "Tenanglah Claire, dokter sedang menangani Pak Tristan," Alvin mencoba menenangkan Claire yang gelisah. Gadis itu kembali menitikkan airmata. "Bagaimana Aku bisa tenang, Vin. Pak Tristan seperti ini karena menolongku!" Alvin mendesah, temannya itu memang berhati lembut. Jelas semua itu terjadi karena kecelakaan. Tapi Claire masih saja menyalahkan dirinya begitu. Hal itu lah yang membuat Alvin menaruh hati kepadanya. Sejak duduk di bangku SMA, Alvin sudah menyukai Claire. Alvin yang berasal dari keluarga sederhana bisa beruntung mendapatkan beasiswa untuk sekolah di bangku SMA yang ternama. Tak sedikit kala itu yang memandang Alvin sebelah mata karena status sosialnya. Tapi ada satu gadis yang cantik, ceria dan juga kaya begitu baik dan tak memandang status sosial seseorang. Gadis itu adalah Claire, dia mau berteman dengan Alvin di saat teman lai
Bugh... Tubuh Claire terhuyung karena seseorang mendorongnya ke pinggir jalan. Hampir saja Claire tertabrak oleh pengemudi mobil yang ngebut. "Claire!" pekikan teman-teman di sebrang jalan terdengar panik. Perasaan terkejut dan juga takut masih menguasai Claire, sampai dia tidak melihat siapa yang telah menolongnya. Perlahan Claire membalikkan tubuhnya dan melihat Tristan tidak sadarkan, gadis itu lebih terkejut lagi saat melihat darah mengalir di kening Bosnya itu. "Pak Tristan!" pekik Claire kaget. Spontan Claire memegang wajah Tristan dan mencoba untuk membuat pria itu tersadar. Alvin, Rendi dan Eva juga segera berlari ke sebrang jalan untuk menolong Tristan. "Bagaimana keadaanmu, Claire?" Alvin nampak sangat khawatir pada Claire, lalu pandangannya beralih kepada Tristan. "Aku baik-baik saja, Vin." Claire nampak sangat panik. "Karena Pak Tristan menolongku, akhirnya dia yang malah terluka!" Claire terlihat ketakutan, bahkan sampai menangis. Segera Alvin m
Claire memegangi perutnya, hari ini adalah hari pertama dia datang bulan. Kram dan nyeri perut sering di rasakannya di saat hari pertama. Berbeda dari bulan kemarin, kali iki rasanya lebih nyeri, tapi Claire tahan karena setelah makan siang nanti akan ada rapat penting dan dia harus datang mendampingi Bosnya. Alvin, Eva dan Rendi datang untuk mengajak Claire makan siang di restoran chiken di dekat kantor. "Hai Claire, pekerjaanmu sudah selesei?" tanya Alvin sembari menepuk pundak Claire. "Sudah ini, oya kalian mau makan siang, bukan?" "Tentu, makannya kami kemari untuk mengajakmu." sahut Eva. "Ayo kita makan di restoran chiken dekat kantor, di sana ada menu spesial." ajak Rendi. "Sepertinya kalian pergi makan tanpaku. Aku sedang tidak enak badan." Tolak Claire lirih sembari meringis menahan nyeri haidnya. "Kamu sedang sakit?" Tanya Eva lagi. Belum sempat Claire menjawab, suara bariton milik Tristan mengagetkan mereka bertempat. "Siapa yang sakit?" Sont
Di atas Sofa dekat kolam renang, dengan Bella berada di dekapan suaminya, Marco. Mereka menikmati malam yang cerah dengan bertabur bintang. Setelah pertempuran panas mereka tadi, dengan tubuh hanya tertutup selimut, Marco dan Bella menikmati keindahan malam. "Jika berada di apartemen ini membuatku senang karena banyak kenangan indah yang kita lalui bersama, Baby." Bella terkekeh, susah 20 tahun lebih, tapi suaminya itu masih memanggilnya Baby. Tentu panggilan itu hanya akan di lakukan jika mereka tengah berdua saja. "Iya Mas, di tempat ini pertama kali kita bersama dan aku pertama kali menjadi Sugar Baby mu." Marco mengecup kening Bella. "Aku beruntung memilikimu, Baby." Pandangan Marco lalu tertuju ke arah kolam renang. "Lihatlah kolam renang itu, di sana kita menghabiskan waktu untuk bercinta." Sejurus kemudian Bella juga memandang kolam renang yang berwarna biru dengan airnya yang hangat. Dulu dia dan Marco bercinta di dalam kolam renang dengan begitu berg
"Mas, kenapa kamu mengajakku kemari?" Protes Bella pada Marco yang membawanya ke Apartemen lotus. "Aku merindukanmu, Sayang." Jawab Marco sembari mengecup lembut bibir Bella."Ish kamu ini Mas." Wajah Bella merona merah. "Kita sedang sibuk loh mengurus pernikahan Axel dan Sandra.""Oleh karena itu, Mas ingin mencuri waktu sibuk kita untuk menghabiskan waktu bersama." Kembali Marco menyesap bibir lembut Bella, walau hampir berusia kepala 5, Bella masih terlihat muda dan cantik.Perlahan Marco bahkan mengecupi leher jenjang Bella. Tawa kecil terdengar dari bibir Bella. "Mas, kamu ini gak sabaran terus."Tidak memperdulikan protes Istrinya, Marco justru membawa Bella ke atas ranjang mewah yang sudah dia siapkan.Tanpa melepaskan pagutannya, Marco mulai menindih tubuh Bella. Perlahan mulai membuka kancing kemeja berwarna skyblue yang di pakai Bella satu per satu. Menikmati Aroma bargamot dan lavender di setiap inci tubuh Bella.Perlahan Marco mulai melepas penutup kedua gunung kembar
Axel memanggil Claire berulang kali tapi tidak menyahut, gadis itu tengah melihat ke arah kolam koi sambil tersenyum. Pikiran Claire melayang ke tempat lain, pertemuan dengan Tristan di pagi hari tadi saat jogging membuatnya berbunga-bunga. Wajah tampan Tristan yang seolah menjadi daya tarik tersendiri untuknya. Entah perasaan apa yang menguasai Claire, gadis itu belum memahami betul yang terjadi kepadanya. Kesal adiknya tidak menyahut terus, Axel mendekati Claire yang masih saja asyik menatap ke arah kolam koi sembari tersenyum itu. "Claire.. Kakak panggil kamu dari tadi, sedang melamunin apa sih!" keluh Axel pada adiknya itu. Claire sontak kembali ke alam nyata dan menatap kakak laki-lakinya itu. "Kakak manggil aku?" "Iya, tapi kamu malah asyik melamun disini." Axel pura-pura sebal. "Kakak mau minta tolong sama kamu." "Iya maaf ka, Claire sedang memikirkan sesuatu tapi sudah lupakan saja, tidak penting kok. Kakak mau minta tolong apa?" Beruntung Axel tidak be
Jam dinding sudah menunjukkan pukul 10 malam, tapi Claire belum bisa tidur juga. Pikirannya teringat saat makan malam bersama Tristan. Dari waktu yang mereka habiskan, tampak sisi lain dari Tristan yang Baik dan hangat. Jantung Claire kembali berdetak lebih cepat, apalagi teringat saat Tristan membersihkan nasi yang menempel di bibir Claire. Claire segera menepuki kepalanya perlahan. "Apa yang kamu pikirkan, Claire!" Selimut tebal berwarna ivory itu segera di tariknya untuk menutupi seluruh tubuhnya, agar berhenti membayangkan tentang Tristan.Claire akhirnya tertidur begitu saja tanpa sengaja. Waktu berlalu begitu cepat, pagi segera menampakkan sinar matahari yang hangat dan cerah. Gadis cantik itu menggeliat, lalu terdiam sejenak dan berdecak. "Bahkan di mimpiku pun, Aku memimpikannya!" gerutu Claire merasa kesal pada dirinya sendiri. Claire memimpikan Tristan, pria itu sekarang seolah melekat dalam pikirannya. "Lebih baik Aku mandi lalu pergi berolahraga sa