Mulai MembaikKarena berkat usaha dan kegigihannya. Marwah kini sudah bisa meraup keuntungan yang berlimpah, dari usaha yang ia jalani. Begitupun Seno, bahkan dia di promosikan untuk naik jabatan.Mereka dari awal dekat dengan Najwa bukan karena, uang. Tapi itu hasil dari kebaikan mereka, yang tulus selama ini. Bahkan Marwah dan Seni sudah berencana, pindah untuk membeli rumah dua lantai. Selama ini Marwah juga menjaga jarak dari keluarga suaminya, apalagi mereka juga menjauhi Marwah dan Seno. Waktunya ia manfaatkan untuk mengembangkan usaha. Rumah yang akan mereka beli, juga akan di bayar secara cash. Seno juga rutin mengirim Ibunya uang setiap bulan, Marwah tak pernah menghalangi. **Husna sudah seminggu bekerja di toko Marwah. Ia bekerja dengan baik, tak pernah mencari masalah. Walaupun kadang karyawan toko lain sinis padanya. Husna diam saja dan tetap bekerja, dia harus tahan dari pada nanti menjadi keributan. Sesekali Husna mendengar beberapa karyawan itu bilang dia wanita mu
Berhenti Jadi Ibu PeriSemenjak kejadian malam itu Belinda semakin dekat dengan Tari. Najwa merasa jika Tari adalah penyebab sifatnya neneknya, yang kadang tiba-tiba ketus pada dirinya. Najwa ingin mengajak neneknya untuk jalan ke mall, atau kemanapun yang diinginkan sang nenek agar mereka bisa dekat kembali seperti sebelum kedatangan Tari. Dia juga janjian, Nathan akan ikut bersamanya. "Ayo kita jalan yuk, Nek!" ajak Najwa sambil memeluk neneknya dari belakang, kemudian mencium pipi Belinda dengan hangat. Belinda tersenyum."Besok aja ya Najwa Nenek hari ini mau pergi sama Tari, ucap Belinda."Emangnya, Kalian mau pergi kemana?" tanya Najwa melepaskan pelukannya dari sang nenek, dengan raut wajah kecewa."Nenek mau pergi ke rumah orang tua tari. Bapaknya lagi sakit, jadi nenek mau menjenguknya," jelas Belinda. "Ya udah aku ikut ya, Nek!" pinta Najwa. "Bukannya kamu, harus kerja ya?" ucap Belinda. "Tapi kalau kamu mau ikut, nenek justru seneng!" ujar Belinda kembali."Sekarang t
Bab 46Aku sangat kesal dengan ucapan Tari barusan. Dia bilang bercanda dan setelah itu tertawa."Kita pergi saja dari sini!" aku beranjak dari duduk dan menarik tangan Nathan untuk berdiri juga. Nathan menuruti dan berdiri. Aku menariknya untuk berjalan keluar rumah orang tua Tari."Kamu cemburu?" tanya Nathan padaku saat kami tiba didepan.Pertanyaan barusan semakin membuatku kesal dan jengkel. Nathan kadang juga bersikap menyebalkan, disaat seperti ini dia masih saja bercanda padaku. "Enggak lah kenapa aku cemburu, jadi kamu suka mendengar Tari berbicara seperti itu!" cecarku padanya. "Geli, aku sama dia!" jawab Nathan. Bagus Nathan menjawab seperti itu. Aku senang mendengar jawabannya, berarti wanita seperti Tari tidak termasuk tipenya. Tapi aku tidak boleh lupa jika selera Nathan juga aneh, dia pernah menjadi pacar Sania wanita matre itu.Aku berjalan. Nathan memanggilku."Kemana?" tanya Nathan."Mau ke mobil!" sahutku."Tunggu jangan tinggalkan aku dong, kamu mengajakku kelu
Hampir Saja LarasSudah 1 minggu ini Sania pulang dari rehabilitasi, keadaannya mulai membaik l, badannya tidak kurus seperti dulu saat dia akan direhabilitasi. Kini mereka tidak tinggal di kontrakan lagi. Tapi Seno telah membelikan rumah baru, untuk Ibunya dan Sania. Tapi Arkan dan Gista yang sudah menikah ikut tinggal disana. Ya, Gista wanita yang saat itu mencoba memfitnah Husna di depan Marwah. Sampai sekarang Arkan tidak mempunyai pekerjaan, saat awal dia menikah dengan Gista Arkan sempat bekerja menjadi ojek online, namun dia hanya bertahan 1 bulan saja. Arkan bilang dia capek dan tidak sanggup lagi, dia lebih nyaman di rumah dan bisa bermain game. Belum lagi Gista selalu mengambil uang jatah bulanan dari Seno, yang ia rampas dari Laras, sang Ibu mertua. Laras sekarang lemah, sering sakit dan menuruti semua ucapan Gista. Tanpa berani melapor pada Seno. Gista membuka tudung saji, dia melihat belum ada makanan yang tersaji."Bu..!" teriak Gista memanggil Ibu mertuanya. Gista
Terkena Jebakan"Aku yakin sekali. Jika Mbak Gista yang telah meracuni ibu, sudahlah Mbak kamu mengaku saja..!" desak Sania yang memaksa Gista untuk mengakui perbuatannya."Sania, kamu tidak boleh seperti itu pada istri Mas. Dia tidak akan melakukan hal sejahat itu pada ibu," ucap Arkan. Mas kamu ini gimana sih, tidak bisa membedakan mana yang baik dan benar. Sadar Mas l, dokter sendiri bilang Ibu keracunan makanan, ibu habis memakan bubur yang diberikan oleh Mbak Gista, masa iya kamu masih mau mengelak lagi tentang fakta ini!" ujar Sania yang geram pada Arkan, tidak mau mempercayainya justru terus saja membela Gista."Mas kita pulang saja, aku takut Mas, di sini. Seperti di intimidasi keluargamu!" Gista memohon pada Arkan untuk mengajaknya pulang."Kenapa, kamu ketakutan kan jika ketahuan kita, kamu jangan pulang dulu tunggu hasilnya!" cegah Seno agar ia tidak pergi.Gista tertegun ia ketakutan, sepertinya sulit untuk dia pulang atau pergi dari tempat itu. Apalagi Seno sudah berbic
Beni Mulai Darting Melihat Gista yang kesakitan, membuat Arkan merasa panik. "Kamu, kenapa?" tanya Arkan cemas.Gista tak bisa bicara, karena menahan kesakitan.Mulutnya mengeluarkan buih. Dengan cepat Arkan menggendong Gista, kembali meminjam mobil tetangga yang tadi sudah ia kembalikan.Gista mulai pucat, Arkan khawatir saat melihatnya."Bertahanlah!" ujar Amran. Gista mendelik dia ingin menjawab ucapan Arkan, tapi dia tidak sanggup lagi untuk berbicara.Akhirnya Gista merasa lemas, dan tidak sadarkan diri. Setibanya di rumah sakit, ia dibawa ke ruang IGD untuk mendapatkan penanganan dari Dokter. Arkan membawa Gista ke rumah sakit yang sama di mana ibunya dirawat. Arkan memegangi dahinya yang merasa panik, dia takut jika Gista tidak tertolong, karena keadaannya tadi sangat mengkhawatirkan."Semoga istriku, selamat." gumam Arkan. Ia merasa lemas dan duduk di bangku ruang tunggu. Marwah melihat Arkan. Dia melewati lorong dekat ruang IGD, kebetulan Marwah dari kantin untuk membel
Merasakan BahagiaBeni kemudian membuka undangan itu, ternyata pernikahan Najwa akan dilangsungkan pada tanggal 8. Berarti 2 hari lagi. Seno dan Marwah datang, dengan cepat Beni mengembalikan undangan itu pada tempat semula." Apakah kamu diundang, oleh Najwa?" tanya Marwah. Saat sadar jika Beni memperhatikan undangan itu.Beni menggeleng "Tidak Mbak, aku tidak diundang oleh Najwa!" jawab Beni. Kemudian Seno memberi isyarat Beni untuk duduk. "Tumben sekali kamu main ke sini malam, pasti ada hal penting," ujar Seno, yang seakan tahu jika Beni datang pasti ada maunya. "Iya Mas, ada hal yang penting. Aku ingin meminta bantuan Mas Seno untuk menolongku,' ucap Beni." Memangnya ada apa, Ben, katakanlah !"ucap Seno."Begini Mas, aku ingin membuka usaha dan aku butuh modal. Jadi aku ingin meminjam pada kalian," ujar Beni. "Kamu butuh berapa?" tanya Seno to the point."Ya nggak banyak sih Mas, sekitar 500 juta aja!" jawab Beni. Marwah sedikit tercengang mendengar pinjaman yang Beni kata
Meraih CintamuNathan mengajak Najwa untuk meminum kopi. Dia juga membawa beberapa cemilan. Malam kedua mereka habiskan, untuk menonton film.Mereka kini berada dirumah Najwa. Sebenarnya Nathan, sudah membelikan rumah untuk Najwa. Tapi Najwa meminta untuk mereka tinggal di sana, menemani neneknya. Nanthan mengikuti permintaan istrinya, ia tidak keberatan dengan itu. Nathan merangkul Najwa, kemudian mengecup dahi Najwa dengan lembut. Najwa menatap Nathan, ia merasa kaget dengan perlakuan suaminya barusan."Kenapa, kamu sekarang sudah jadi, istriku!" ujar Nathan tersenyum."Aku hanya perlu terbiasa!" jawab Najwa."Apakah malam ini, benar-benar kita habiskan untuk menonton film?" tanya Nathan."Kenapa tidak, apalagi yang akan kita lakukan," sahut Najwa. "Oke baiklah, aku akan menemanimu," ucap Nathan.**Sudah beberapa hari ini Clarissa bertengkar dengan Beni, karena Beni tidak bisa memenuhi keinginannya dan melunasi semua hutang. Clarissa melihat foto pada sosial media milik Najwa, d