Jam 1 siang Merri baru pulang ke rumah. "Kenapa kamu pulang lagi kemari!" sinis Bu Laras ketika melihat menantunya itu masuk ke dalam rumah, dengan santainya. "Ada apa Bu? Kenapa Ibu marah?" tanya Meri. "Bagaimana Ibu tidak marah, apa yang kamu lakukan semalam?""Demalam aku menghadiri acara ulang tahun Melly, dan aku menginap di sana. Aku sudah memberitahu Mas Arkan," "Pandai sekali ya kamu berbohong pada kami, kamu sedang dugem bersama pria dan teman-temanmu itu!" "Apa maksud ibu, aku tidak paham," Merri masih tak mengakui. "Kamu tidak bisa lagi membohongi ibu, ibu sudah tahu bagaimana perilakumu di luar sana. Kamu berfoto mesra dengan pria lain tanpa memikirkan Arkan, semalam Ibu mengawatirkanmu tapi kamu sendiri, jahat sekali kamu Merri. Kamu telah menipu kami semua!" ucap Bu Laras. Merri syok. Bagaimana Ibu mertuanya tahu tentang foto semalam, apakah Arkan yang menunjukkan nya tapi dia telah memprivasi foto itu dari Arkan. Sania, ya ia baru ingat dia lupa mau memprivasi s
Para pekerja di rumah Delia pergi, mereka mengemas pakaian tapi sebelum itu mereka mencoba mengecek kamar yang dulu tidak boleh dibuka oleh Marcel. Dan bensr saja yang dikatakan Silvi saat itu kamar itu penuh dengan barang yang sangat aneh, sepertinya memang Marcell itu melakukan pesugihan untuk menambah pundi-pundi kekayaannya, mereka semua bergidik ngeri menyaksikan semua itu. Padahal Marcel dan Delia seperti pasangan modern yang mungkin tidak akan percaya hal seperti itu, tapi buktinya kamar ini menunjukkan jika mereka telah berbuat cara kotor untuk mendapatkan uang.Marcell memang menerima aliran dana dari Pak Purnomo. Ia dulu adalah seorang pejabat dan dia melakukan korupsi besar-besaran, sehingga mengajak Marcell melakukan pencucian uang agar kekayaannya tidak terlacak tapi sepandai-pandainya tupai melompat pasti akan jatuh juga, itulah peribahasa yang tepat untuk pak Purnomo Marcel dan Delia. Sebagian orang yang terlibat mereka diperiksa, dan akhirnya sekarang menjadi tersangk
Bab 1Grup WA Keluarga Suamiku[Istrimu itu kapan kirim Ibu duit?] pesan dari Ibu mertuaku.[Nanti ya Bu, aku minta pada Najwa] balas Mas Beni.[Kak, aku juga mau belanja ke Mall. Mintain 2 juta ya!] pesan dari Sania adik Mas Beni.Ternyata di grup keluarga, ini yang mereka bahas. Untung saja Kak Marwah, Kakak sulung Mas Beni peduli padaku. Ia menscreenshot semua percakapan ini dan mengirimnya padaku. Sebuah pesan masuk lagi. Kini Ibu mengirim foto wanita cantik, menggunakan hijab putih dan gamis berwarna Lilac.[Ben, ini namanya Ririn. Dia mau taaruf denganmu, Ibu udah cerita tentang kerjaan dan gajimu.] tulis Ibu di pesan terbaru. Ibu ternyata juga sibuk menjodohkan Mas Beni, dengan wanita lain.[MasyaAllah cantiknya...] balas Sania memuji foto wanita bernama Ririn.[Kapan kita ke rumahnya, Bu?] Mas Beni kembali membalas.[Insyaallah dua hari lagi. Kamu suka tidak?] balas Ibu.[Suka Bu, sangat elok parasnya. Cantik dan tampaknya berakhlak baik] balas Mas Deni memuji wanita itu.
Bab 2Manis Didepan Tapi Busuk DibelakangPikiranku kacau karena kejadian tadi, berusaha tetap profesional saat bekerja. Kini aku kembali ke ruangan kerja, setelah makan siang. Tring..! Kembali gawaiku berbunyi. Pesan dari Kak Marwah pasti ada hal mengejutkan lagi, screenshot status WA Mas Beni. Dia memposting foto wanita berhijab putih tadi dengan caption "Bidadari dunia".[Main tenang, jangan gegabah.] pesan baru dari Kak Marwah.Aku mencoba mengehela nafas dan menghembuskan perlahan. Iya aku harus tenang, aku akan memberi pelajaran Mas Beni di waktu yang tepat. Bisa saja wanita itu menjadi juga korban Mas Beni.Mungkin saja, ia tidak tahu Mas Beni sudah menikah. Kasihan juga kan, cantik-cantik di bohongi.Kembali Kak Marwah mengirim pesan story terbaru Mas Beni, berupa rekaman layar video. Pada video itu, Mas Beni mengaji dengan suara yang lumayan merdu. Wajah tampan nya tampak sesekali melirik kamera.Jelas sekali, dia pasti sudah sekontak dengan wanita itu. Dan sekarang, sed
Bab 3Pesan Delia"Gak ada, Mbak!" ucapku lantang tanpa berbasa-basi."Masa gak ada sih, cuma lima ratus ribu. Kamu itu kaya tapi pelitnya!" cerca Mbak Husna padaku sambil menatapku menandakan ketidak sukaannya pada penolakanku barusan. Biasanya mereka memang datang padaku saat butuh uang, dan aku selalu memberi pinjaman. Tapi sekarang setelah tahu kebusukannya, jangan harap aku berbaik hati."Tega sekali pada keponakan sendiri!" ujarnya menatap tajam."Boleh aku ke rumah, Mbak?" tanyaku."Untuk apa!" ketusnya."Mau lihat keadaan Airin. Katanya sakit, nanti aku bantu bawa ke klinik untuk periksa," jawabku. "Enggak usah, sama aja kamu gak percaya sama, Mbak!" Kemudian Mbak Husna berlalu pergi sambil ngedumel. "Tidak punya hati, pantas suaminya gak betah!" ucapannya yang masih bisa ku dengar.Pasti dia berbohong dengan alasan Airin sakit. Apalagi suaminya Mbak Husna itu kan sekarang pengangguran, karena kena PHK saat pengurangan karyawan. Aku kembali masuk kedalam rumah. Terdengar s
Bab 4 "Najwa..!" terdengar seperti suara teriakan Ibu mertuaku menggema di dalam rumah. Aku yang baru saja usai menata kembali barang yang di curi Mbak Husna ke dalam kulkas. Ibu dan Mbak Husana muncul masuk ke dapur. "Eh Najwa! Kenapa kamu mencuri di rumahku!" cecar Mbak Husna berkacak pinggang."Apa maksud Mbak!" sahutku berdiri dan balas menatapnya tak takut sama sekali dengan ipar munafik seperti dia. Mbak Husna berjalan menuju kulkas milikku dan membuka nya. "Benar kan Bu, di ambil oleh Najwa!" tunjuk Mbak Husna dan ingin kembali mengambil kembali.Aku mendekat dengan cepat menutup pintu kulkas."Sadar diri dong Mbak! Kamu yang mencuri, isi kulkasku." ujarku dengan dada yang bergemuruh menahan emosi. Sungguh tidak tahu diri."Beni yang memberikannya padaku dan sudah ku ambil, sekarang menjadi hakku! Lagian yang belanja pakai uang Beni bukan kamu!" jawab Mbak Husna bagiku sangat lancang."Mas Beni tak pernah sepersen pun mengeluarkan uang untuk membeli kebutuhan ini. Jadi se
Bab 5Terkirim, aku mengedarkan pandangan kemudian membuka pintu kamar. Masih gelap mungkin Ibu dan Sania belum berhasil atau takut menaikkan saklar. "Aku takut Mas, gak bisa caranya!" terdengar suara Sania sedang berbicara dengan Mas Beni. Mereka baru saja kembali masuk ke dalam rumah. Aku kembali meletakkan ponsel itu di atas meja, dengan posisi semula. Kembali mengambil posisi sembunyi, sembari menikmati raut wajah mereka. Terutama Mas Beni, bagaimana ya jika dia tahu uang seratus juta berhasil masuk ke dalam rekeningku. "Mas, aku belum jadi transfer loh tadi. Mas aja deh yang transferin!" ucap Sania.Mas Beni mengambil ponsel. Drrrt... Ponselku bergetar ternyata ada pesan masuk dari Kak Marwah. Ternyata screenshot chat dari WhatsApp Grup keluarga mereka.[Om Beni, jangan lupa bagian Airin ya besok untuk beli tas sekolah baru. Cukup 5 juta aja!] pesan dari Mbak Husna. Emang gak tahu malu ini orang, di WhatsApp masih ngemis duit pada suamiku. Tahu aja, dia sedang dapat bonus kat
Bab 6 Memori Masa LaluPoV Najwa NatasiyaMas Beni kembali, aku memasukkan ponsel ke dalam saku piyama yang kukenakan. Setelah tadi ku pasti kan menyimpan video rekaman itu."Najwa, kita ke kamar," ajak Mas Beni.Aku menuruti ucapannya. Kami berdua masuk ke dalam kamar, ia memintaku untuk duduk di tepian ranjang. Mas Beni menepuk tempat di sebelahnya, agar aku duduk.Aku mengikuti kemauan Mas Beni dan menatap ke depan. Rasanya enggan, untuk menoleh padanya. "Najwa, Mas mohon banget! Tolong kamu kembalikan uang itu, karena uang itu mau Mas pakai modal untuk-" "Untuk kawin lagi!" selaku. Mas Beni belum mengetahui jika aku sudah tahu semua rencananya, dan berniat menikah lagi."Apa yang kamu katakan sih, Najwa!" tukas Mas Beni menatapku suaranya menjadi kesal."Terus, untuk modal apa?" tanyaku masih pura-pura belum tahu rencana Mas Beni. Rahang Mas Beni mengeras, dan menaikan sebelah alisnya. "Untuk modal usaha, jangan banyak tanya. Kamu juga akan tahu," ujar Mas Beni."Aku tidak mau