Home / Romansa / Good Sister / 03 - Teman Pertama

Share

03 - Teman Pertama

Author: Erluthh
last update Last Updated: 2021-05-16 11:31:16

Setelah bergegas mendekati Eko yang sudah berkacak pinggang melihat Ghandara si bucin ini baru datang setelah ia selesai melakukan tugas yang seharusnya dilakukan berdua, Ghandara menaikkan alisnya dengan genit dan tak lupa mengangkat dua jari di samping kepala. Eko hanya bisa menghembus nafas kasar saja dengan kerjaan Ghandara. Memang tidak membantu sama sekali dan kenapa selalu dia yang dijadikan satu tim dengan Ghandara yang pada akhirnya ia selalu bekerja sendiri.

“Ghan, bisa gak sih kalo dikasih tanggung jawab itu kamu tanggung jawab dikit?”

“Ko, bukan gitu masalahnya aku—yaudah aku traktir makan siang ntar,” ucap Ghandara menyerah karena Eko masih merajuk. “Aku ajak Siska juga, gimana?” rayunya.

Wajah Eko langsung tertarik. Matanya berbinar menatap Ghandara yang tidak lain tidak bukan adalah lelaki yang disukai oleh Siska. Meski Ghandara sudah memiliki Tasya tak sedikit yang menyatakan bahwa Siska menyukai Ghandara, ya meskipun berakhir dengan kesedihan sebab Ghandara sudah sangat mencintai Tasya.

“Kalo gitu kamu lanjutin aja jagain ini dulu, aku ijin sebentar.” Ghandara kembali berlalu tak mau bekerja sama sekali. Eko ingin menghentikan tapi ia sadar ia bukan Tasya yang bisa mengendalikan lelaki itu, jadi ia hanya menghembus nafas sekali lagi sambil berpikir ia akan makan siang gratis ditambah duduk dengan Siska nanti. Si belahan hatinya.

Sedang Eko bertugas menjaga di belakang panggung, Ghandara berkeliling, matanya menyebar ke seluruh ruangan. Memang dia sama sekali tidak berniat untuk tebar pesona kepada adik-adik kelas siswa baru, tapi mau bagaimana lagi dia terlalu menarik untuk diabaikan. Bukan hanya wajah yang tampan, tapi pakaian yang tidak seperti murid sekolah elite menjadi daya tarik dari dirinya juga rambutnya yang tidak sesuai dengan siswa pada biasanya membuat ia semakin mencolok dimanapun dia berada.

Dan tentu saja Ghandara tidak peduli dengan itu, baginya tidak ada gadis yang cantiknya melebihi Tasya, pacarnya. Meskipun Syifa Hadju yang dijadikan perbandingan ia yakin hatinya akan tetap tertuju pada Tasya.

“Itu Kak Ghandara!”

“Sumpah gak kuat ganteng banget!”

“Keren bangett duuhhh!”

Sambil berjalan dengan keren Ghandara mendengar berbagai pujian untuknya. Pujian yang sudah tak asing di telinganya. Dan seperti biasa ia hanya santai saja, pujian itu tidak akan mampu meluluhkan hatinya yang sudah seutuhnya ia berikan kepada pacarnya.

“Eh Ghan!”

Seseorang menepuk pundaknya. Ghandara berbalik dengan wajah tak santai sama sekali. Ia mengenal suara ini. Tidak asing sama sekali.

Saat berbalik Ghandara langsung melayangkan tinju ke udara. Lelaki di belakangnya yang tertawa cengengesan itu beruntung bisa mengelak dengan benar.

“Sensi banget sih! Lagi PMS ya kamu?!” ucap Lelaki dengan rambut belah tengah ini dengan santai sambil merangkul Ghandara.

“Ngapain ngadu sama Tasya kalo aku main game sampai subuh? Gila, apa sogokan aku kurang banyak?”

Sejujurnya Riki ini adalah teman sekelas Tasya sejak SMP dulu, meski dia dekat dengan Tasya tapi sama sekali tidak membuat Ghandara cemburu dengan Riki sebab ia tahu mereka berdua hanya teman. Walau dulu pada awalnya ia menekankan bahwa tidak ada hubungan pertemanan antara lelaki dan perempuan tapi Tasya menyuruh Ghandara untuk percaya padanya.

Baiklah, Ghandara cinta Tasya, jadi ia harus percaya. Dan terbukti selama setahun lamanya pacaran mereka berdua tidak pernah bertengkar gara-gara Riki.

“Trus ini kenapa gak nemenin Eko?”

“Lah bukannya kamu juga harus kerja?”

“Aku udah selesain semua tugas. Ehh engga deh, Tasya yang kerjain, haha!”

Kali ini pukulan di puncak kepada Riki tidak meleset dilakukan oleh Ghandara. “Enak banget ya! Bisa-bisanya nyuruh pacar aku ngerjain tugas kamu!”

“Bukan gitu, Kang Bucin. Dia yang nyuruh aku ngawasin kamu soalnya dia tau kamu pasti tebar pesona kayak gini.”

Wajah Ghandara langsung berubah senang saat mendengar penjelasan Riki. Tasya menyuruh Riki mengawasinya agar tidak tebar pesona, itu artinya Tasya juga merasakan cinta yang sama seperti yang ia berikan kepada Tasya selama ini.

“Kalo kamu sampe nyakitin temen aku, tau sendiri,” ancam Riki yang sudah bosan didengar oleh Ghandara.

“Lagian siapa sih yang mau nyakitin dia, kalo aku nyakitin dia mending aku langsung dibunuh aja soalnya kalo aku nyakitin dia berarti aku gila dan harus dimusnahkan.”

Riki hanya tersenyum mesem mendengar kesungguhan yang diucapkan Ghandara. Awalnya Riki sama sekali tak suka jika Tasya berhubungan dengan lelaki macam Ghandara ini, nakal, brutal dan tidak taat aturan. Tapi yang membuat perlahan Riki menerima Ghandara adalah Ghandara tau betul cara menghormati dan menjaga wanita yang ia sayang. Setidaknya itu membuat Riki yakin bahwa Tasya tak akan tersakiti oleh Ghandara.

“Kamu tau sendiri cinta aku ke Tasya itu gak main-main.” Ghandara memukul bahu Riki pelan sebelum meninggalkan Riki yang bergeming di tempat.

****

Tidak seperti yang Bulan takuti, ternyata dunia sekolah umum itu tidak semenakutkan yang ada di pikirannya. Meskipun ini adalah sekolah elite dan rata-rata yang berada di sini hanya orang-orang kalangan atas, tapi mereka sangat baik. Terbukti saat gadis berambut sebahu itu menyapa Bulan yang kebingungan. Dia menarik tangan Bulan dengan lembut dan menyuruh Bulan duduk di sebelahnya.

Mungkin mereka sudah bisa dikatakan sebagai teman.

“Oh jadi kamu dulunya sekolah nonformal di yayasan ya?”

Bulan mengangguk ramah kepada gadis yang mengenalkan diri sebagai Rara. Gadis ramah dengan mata sayu dan sendu namun menarik.

“Kalau begitu bisa dibilang aku teman pertama kamu, ya?”

Bulan sangat bahagia saat mendengar perkataan Rara barusan. Teman? Bulan bahkan tidak berharap bisa mendapat teman di hari pertama sekolah. Tapi ia sangat bersyukur atas ini.

Bulan takut, jika nanti Rara tahu bahwa ia bukan orang kaya seperti yang lainnya, apa Rara akan meninggalkan Bulan? Hal itu menjadi alasan untuk Bulan tidak mengungkapkan latar belakangnya.

Tapi saat itu suara Awan terngiang kembali di telinganya. Lebih baik dijauhi sama orang lain tapi jadi diri sendiri, daripada berbohong untuk dicintai. Jika Awan berbohong tentang keluarga Awan itu artinya Awan gak sayang keluarga Awan.

Benar kata Awan. Bulan sangat menyayangi keluarganya, jadi ia harus bangga dan memberitahukan kepada Rara bahwa dirinya adalah tulang punggung keluarga.

“Ehh … Rara, aku mau bilang sama kamu kalo—“

Belum habis kalimat Bulan, suara bel bergema di seluruh sekolah membuat mereka mau tidak mau harus bergegas untuk segera kembali ke aula dan melanjutkan kegiatan MOS di sekolah baru mereka.

“Kamu tadi mau  bilang apa?” tanya Rara disela-sela kegiatan unjuk bakat yang dilakukan oleh murid baru yang sudah mendaftarkan diri.

“Ya?” ucap Bulan kebingungan. Tiba-tiba ia kehilangan kepercayaan dirinya saat melihat tatapan Rara yang sendu. “Emm, nanti saja deh,” ucapnya ditutup dengan senyum lembut.

Saat Rara hendak kembali mengatakan sesuatu, entah beruntung atau tidak, tangan Bulan ditarik oleh seseorang yang turun dari atas panggung dengan masih membawa gitar, Bulan kebingungan dengan apa yang terjadi. Pikirannya masih belum bisa bekerja, ia menatap semua mata yang menatap kepadanya.

“Bu .. Lan? Nama kamu indah sekali, Bulan, menerangi malamku yang sepi,” ucap seseorang yang menarik Bulan tadi dengan mikropon yang ada di sana secara terpatah-patah membaca nametag Bulan. 

Gemuruh suara mencie-ciekan mereka bermunculan membuat Bulan hanya bisa tersenyum canggung dengan bibir mungilnya.

“Kamu pasti bisa nyanyi, kan? Mau duet dengan aku, gadis cantik?” tawar lelaki yang sama sekali Bulan tak kenal awalnya tapi setelah ia ditarik ke atas ia jadi mengenal lelaki dengan nametag Aldo ini.

“Gak bisa nyanyi, Kak, maaf,” ucap Bulan dengan senyum menolak permintaan tak masuk akal dari orang ini. Bulan tau dia adalah anggota OSIS, jika dia murid baru maka tidak mungkin ia seberani ini melakukan sesuatu yang tidak terduga kepada murid baru. Jadi Bulan memanggilnya dengan embel-embel “kak”

“Heii ayolah, kamu pasti bohong, dari wajah cantikmu saja sudah terlihat suara kamu bagus, ya gak?” Lelaki bernama Aldo ini meminta persetujuan dari para murid baru yang bahkan tidak tahu betapa takutnya Bulan saat ini. Ia tidak suka menjadi pusat perhatian seperti ini.

“Ehh anu, Kak—Saya gak bisa nyanyi,” ucap Bulan sekali lagi. Tapi ucapannya tidak di dengar, dia dicekoki mikropon dengan paksa membuat matanya membulat saat musik tiba-tiba berbunyi dan itu mengharuskan ia mau tidak mau mebuka suara, melihat mata-mata di bawah sana sangat menantikan dirinya mengeluarkan suara.

Intro sudah dimainkan, sebentar lagi ia harus mengeluarkan suara meski terpaksa, selagi dia bisa mengeluarkan suara semua akan baik-baik saja. Ayolah! Pintanya pada dirinya sendiri jauh memohon di dalam hatinya.

Related chapters

  • Good Sister   04 - Suara

    “Awan!! Bintang! Langit!!” Bulan terburu masuk ke dalam rumah Mbok Intan. Ia sudah berteriak bahkan dari pagar rumah memanggil ketiga adiknya yang berada di dalam rumah Mbok Intan. “Assalamualaikum dulu, Neng,” tegur Mbok Intan yang disalami oleh Bulan. Bulan tersenyum cengengesan sambil mengucap salam yang ia lupakan saking tak sabarnya ia untuk bercerita kepada adik-adiknya. Mbok Intan menjawab salam sambil tersenyum senang. Bagaimana bisa seorang gadis yang masih butuh kasing sayang seperti Bulan menjadi tulang punggung keluarga, bagaimana bisa tangan mungil itu setiap harinya mengangkat berkilo-kilo gula jawa selama lebih dari dua tahun, bagaimana bisa ia tidak sama sekali mengeluh akan kehidupannya padahal hidupnya sungguh berat. Bagaimana bisa ia masih tersenyum manis seperti itu? Mungkin Mbok Intan yang bergeming di pintu memikirkan banyak hal itu di kepalanya. Ia menatap gadis itu dan hampir saja menangis karenanya. “Kak Bulan, a

    Last Updated : 2021-05-16
  • Good Sister   05 - Hadiah dari Pertengkaran

    Seorang lelaki berseragam SMA sama seperti gadis yang melipat tangan di depan dada, sedang menginjak-injak puntung rokok yang sebelumnya ia hisap hingga tak banyak lagi tersisa batang rokok itu. Raut menakutkan dari Tasya hanya dibalas dengan cengiran tak bersalah dari Ghandara. Ghandara punya banyak keburukan, tapi yang paling tidak bisa Tasya maafkan adalah rokok. Tasya benci melihat Ghandara yang sembunyi-sembunyi darinya untuk merokok. “Pacar, dengarkan aku dulu. Serius!!” Ghandara mencoba menahan tubuh Tasya yang hendak pergi dengan tubuh lebarnya ia memeluk gadis itu sembari mengelus lembut rambut hitam milik Tasya. “Dalam sebulan ini serius baru hari ini aku merokok lagi, serius, sumpah demi aku gak jodoh sama kamu, deh!” Dengan penuh khidmat Ghandara menjelaskan berharap Tasya percaya pada perkataannya, namun, sepertinya tatapan mata Tasya jelas mengatakan kalau dia tidak memaafkan Ghandara semudah itu. Jelas sekali. “Oke! Jadi aku harus ngapa

    Last Updated : 2021-06-14
  • Good Sister   06 - Entah Keajaiban atau Bencana

    Beruntungnya mereka berdua. Ghandara si pembuat onar dan Bulan yang tidak tahu apa-apa juga ikut terkena hukuman. Pasalnya Bulan tidak diberikan kesempatan untuk menjelaskan, guru BK itu sudah terlanjur menuduh bahwa Bulan merupakan kaki tangan dari Ghandara hanya karena kuas cat yang dia pungut dengan tujuan untuk dibuang itu ada di tangannya.“Kamu … siswa baru ya?”Bulan tak ambil pusing dan tidak berniat untuk angkat bicara, pasalnya setelah ini dia ada pelajaran olahraga yang gurunya super duper galak, bisa-bisa dia kehilangan kesan pertamanya pada guru olahraga yang ingin ia ambil hatinya itu. Kebetulan sama seperti Eko yang sekelas dengan pacar Ghandara, kelas Bulan memang mendapat jadwal olahraga bersama.“Maaf, tapi bisakah kau lakukan itu lebih cepat? Kita harus menghapus semua cat ini sebelum pelajaran keempat dimulai!” Dengan memberanikan diri Bulan angkat bicara, walau ia tidak berani secara langsung menatap mata lawan

    Last Updated : 2021-06-16
  • Good Sister   07 - Antara Keberuntungan dan Celaka

    Malam sendu dengan rintik hujan yang entah berniat turun atau tidak, Bulan di tempat favoritnya, duduk di depan pintu rumah, tersihir dengan dinginnya angin yang menyapa hingga ke tulangnya, namun sama sekali tak membuat dirinya merasakan kedinginan itu.Setelah selesai mengantar gula-gula jawa ke rumah pemesan, ia langsung pulang ke rumah tidak seperti biasa ia akan mengambil kerjaan lain agar dapat upah tambahan. Bukan karena ia lelah, hanya saja ia tidak fokus, ia terus memikirkan kalimat Ghandara siang tadi.Sampai saat ini pun, melihat kertas yang sudah remuk ada di tangannya itu, hatinya bergerak. Ia tidak yakin dan tidak setuju dengan apa yang ada di pikirannya saat ini, tapi ia sangat ingin untuk mencoba.“Coba aja, Kak!”Bulan buru-buru kembali melipat kertas itu dan memasukkan sembarang ke kantongnya setelah mendapati Awan ada di belakangnya. Awan memang masih berusia enam tahun, tapi anak kecil ini belajar dengan sangat baik dari an

    Last Updated : 2021-06-17
  • Good Sister   08 - Ekstrakulikuler

    Subuh tadi Langit menangis entah sebab apa. Anak lelaki itu menangis dengan cukup keras sampai membangunkan semua saudara tirinya. Awan, Bintang juga Bulan.“Apa badannya panas, Kak?” tanya Awan dengan nada cemas, Bintang juga ikut menunggu jawaban Bulan yang menggendong Langit sambil berusaha menidurkannya kembali.“Tidak, jangan khawatir, kalian tidur saja lagi, Langit sudah tidak nangis lagi, kok.” Bulan tersenyum sambil menyuruh Awan untuk menyelimuti Bintang sebab udara di subuh hari masih begitu dingin tapi tidak untuk dirinya.Lelah sekali rasanya, semakin hari Langit sudah semakin berat, dan untuk menggendong Langit butuh tenaga ekstra. Setelah Langit kembali tertidur, sambil merilekskan tulangnya Bulan melirik ke arah jam dinding yang sudah nampak usang namun masih berfungsi dengan baik.Tidak lama lagi, mungkin sekitar empat puluh lima menit lagi ia sudah harus bangun dan menyiapkan makanan untuk adik-adiknya sebab ia har

    Last Updated : 2021-06-19
  • Good Sister   09 - Keresahan

    Bulan tak seperti ini biasanya. Menyanyi bukan hal yang sulit bagi Bulan. Tapi mengapa berdiri di depan lelaki ini membuat keringat Bulan memaksa untuk terus keluar dari dahinya. Mengerikan sekali.“Lagu apa saja, aku hanya ingin denger nada kamu. Jangan bilang si Rey ngerekrut kamu cuman karena kamu cantik.”Cantik? Ya tentu saja Bulan, seorang wanita memang cantik, mana ada wanita yang tampan, jangan bercanda.“Aku hanya tau beberapa lagu lama,” ucap Bulan dengan keraguan.Ghandara tak bersuara dalam waktu sebentar, Bulan mendongak penasaran mengapa Ghandara tidak bersuara.“Apa aku semenakutkan itu?”Buru-buru Bulan kembali menundukkan pandangannya ke lantai, menggerak-gerakkan sepatu hitamnya dengan canggung sambil menggeleng pelan.“Kamu gadis aneh pertama yang aku jumpai,” ucap Ghandara. “Biasanya gadis-gadis akan berebut untuk melihat wajah tampanku, tapi kenapa kau malah ke

    Last Updated : 2021-06-19
  • Good Sister   10 - Latihan Pertama

    Minggu pagi. Tak di sangka bahwa setelah bersekolah di sekolah formal, Bulan menjadi sanat amat sibuk. Pagi tadi ia pergi ke rumah Mbok Intan, bukan untuk bekerja tapi untuk menghaturkan permohonan maaf karena harus ijin untuk tidak kerja hari ini.Klub musik mengadakan latihan di aula kota, jadi mau tidak mau Bulan yang sudah menjadi anggota dari klub itu juga harus hadir. Ia tidak mau di cap menjadi orang egois yang tidak menghargai kepentingan kelompok.Untungnya Mbok Intan bisa berbaik hati untuk memberinya hari libur untuk hari ini. Sebenarnya hari minggu adalah hari tersibuk Bulan karena ia harus bekerja ekstra di hari minggu sebab tak bisa bekerja maksimal di hari masuk sekolah.“Makasih ya, Mbok,” ucap Bulan, ia juga meminjam sepeda gayung Sari, anak Mbok Intan yang kuliah di luar kota. Karena ia jarang bekerja, jadi mau tidak mau ia harus menghemat uangnya pula. Naik sepeda adalah pilihan terbaik.“Nanti kalau pulangnya sa

    Last Updated : 2021-06-21
  • Good Sister   11 - Ghandara, Ini Bukan Dirimu!

    Firasat buruk selalu menjadi nyata. Setidaknya Bulan yakin itu sekarang. Ia berjanji tidak akan pernah berpikir hal negatif lagi.Malam itu, selepas Bulan menjemput adik-adiknya di rumah Mbok Intan, Bulan langsung panik. Bintang benar-benar terkena demam. Musim hujan memang menjadi yang Bulan khawatirkan. Pasalnya Bintang sangat sensitif terhadap air hujan."Wan, jaga Langit di rumah ya! Kak Bulan mau bawa Bintang ke puskesmas dulu! Tolong ambilkan kartu kesehatan Bintang di laci kamar!" perintah Bulan yang menggendong Bintang dan Awan dengan sigap bergerak menjalankan perintah kakaknya setelah menurunkan Langit dari gendongannya."Terima kasih, Wan, jaga Langit ya!!"Bulan dan Bintang pergi ke puskesmas, hari yang hampir menurunkan hujan. Langit malam tidak berbintang dan hanya gelap gulita tak berhias cahaya di atas sana. Bulan dengan kaki mungilnya berderap cepat menggendong Bintang di punggungnya lantaran sepeda gayung miliknya rusak dan sepeda Sari s

    Last Updated : 2021-06-21

Latest chapter

  • Good Sister   15 - Menjadi Orang Tengah

    Suasana canggung hidup di tengah-tengah kegiatan ini. Banyak hal yang harus disiapkan untuk kegiatan bulan bahasa. Anggota OSIS yang bekerja pun memerlukan bantuan hingga mereka membuat pengumuman bahwa setiap kelas wajib mengeluarkan tiga siswa sebagai sukarelawan dalam membantu pekerjaan OSIS yang lumayan banyak. Dari banyaknya anggota OSIS yang menyebar ke kelas-kelas untuk mengambil siswa, kenapa harus Ghandara yang mendapat tugas untuk datang ke kelas Bulan. Dan tatapan mata Ghandara saat masuk ke kelas Bulan, pertama kali adalah langsung tertuju kepada Bulan. Sebanyak apapun Bulan menghindari tatapan mata Ghandara ia tak bisa lari. Lelaki itu menatapnya terlalu intens. "Kalian sudah denger pengumumannya, kan?" tanya Ghandara berdiri di depan papan seperti guru biasanya. "Jadi siapa yang mau jadi sukarelawan?" tanya Ghandara lagi tapi matanya hanya menatap satu orang. "Kamu!!" Tunjuknya langsung tanpa memberi luang bagi yang lain mengan

  • Good Sister   14 - Salah Paham yang Berlanjut

    Pintu ruang kesenian terbuka secara tiba-tiba. Bulan yang memang cepat terkejut pun terlonjak dari kursi dan hampir jatuh jika tidak ada tangan Ghandara yang menangkap tangannya.Malangnya, kejadian itu disebabkan oleh seorang yang tidak seharusnya melihat hal ini.Tasya kaku di depan pintu. Menatap tepat ke dalam kornea mata Bulan. Secara cepat Bulan melepaskan tangan Ghandara."Kalau kamu mau mesra-mesraan setidaknya lakuin tugas dan tanggung jawab kamu dulu!" Tasya langsung membentak.Mengapa Bulan ada di sini? Sepertinya ia akan terkena masalah jika tetap berada diantara pasangan yang sedang terikat masalah ini.Dengan mengendap-endap, Bulan memundurkan kursi kemudian hendak bangkit sampai ia terkejut tangannya ditahan oleh tangan dingin dan sialnya tangan itu milik Ghandara."Kamu punya hutang latihan seminggu yang harus kamu bayar lunas hari ini."Bulan terkejut, ia sangat takut akan terlibat diantara mereka. Sedikit ia melirik

  • Good Sister   13 - Sikap Manis itu Membingungkan

    Hari ke-tujuh sekarang. Sudah tujuh hari lamanya Bulan tak masuk sekolah. Hari ini Bintang sudah diijinkan pulang. Hal yang paling Bulan bingungkan adalah saat ini. Saat dia berdiri di depan meja administrasi, melihat nominal angka yang terdapat di selembar kertas yang tertulis nama adiknya.Nominal yang katanya tidak besar itu, bagi Bulan sangat besar, butuh waktu dua bulan lamanya bekerja untuk mendapat uang itu. Tapi mau bagaimana lagi, Bulan tidak punya pilihan selain mengambil uang tabungan yang hendak ia gunakan untuk sekolah adik-adiknya."Kak Bulan hari ini sekolah, kan?" tanya Bintang. Ia resah juga karena Bulan sudah seminggu lamanya tak masuk sekolah, ia khawatir kakaknya akan tertinggal pelajaran. Meski ia menyuruh kakaknya untuk pergi sekolah, Bulan tetap ingin tinggal."Iya, Tang, Kak Bulan hari ini sekolah setelah

  • Good Sister   12 - Senyum yang Dipalsukan

    Rambut panjang yang tidak diikat, sepatu usang dan baju kaos kusut menjadi penampilan gadis bermata indah pada siang ini. Matanya cukup bengak, setelah mengakhiri panggilan dari Ghandara ia kembali masuk ke dalam bilik. Saat ini ia berada di ruang gawat darurat.Dilihatnya adiknya terkapar diatas ranjang. Kenapa ia baru menyadari betapa kurus adiknya yang divonis terkena tipes. Ia benar-benar merasa sangat bersalah melihat adiknya itu.Melihat kakaknya yang menyalahkan diri sendiri, Awan yang menganggandeng Langit menyentuh tangan Bulan dan mengelusnya dengan lembut. "Bintang akan baik-baik aja, Kak, gak usah khawatir, ya?"Bulan mengangguk meski hatinya tak benar-benar setuju dengan pernyataan Langit. Tapi saat ini ia ingin meyakini bahwa Bintang akan baik-baik saja. Semua akan baik-baik saja.

  • Good Sister   11 - Ghandara, Ini Bukan Dirimu!

    Firasat buruk selalu menjadi nyata. Setidaknya Bulan yakin itu sekarang. Ia berjanji tidak akan pernah berpikir hal negatif lagi.Malam itu, selepas Bulan menjemput adik-adiknya di rumah Mbok Intan, Bulan langsung panik. Bintang benar-benar terkena demam. Musim hujan memang menjadi yang Bulan khawatirkan. Pasalnya Bintang sangat sensitif terhadap air hujan."Wan, jaga Langit di rumah ya! Kak Bulan mau bawa Bintang ke puskesmas dulu! Tolong ambilkan kartu kesehatan Bintang di laci kamar!" perintah Bulan yang menggendong Bintang dan Awan dengan sigap bergerak menjalankan perintah kakaknya setelah menurunkan Langit dari gendongannya."Terima kasih, Wan, jaga Langit ya!!"Bulan dan Bintang pergi ke puskesmas, hari yang hampir menurunkan hujan. Langit malam tidak berbintang dan hanya gelap gulita tak berhias cahaya di atas sana. Bulan dengan kaki mungilnya berderap cepat menggendong Bintang di punggungnya lantaran sepeda gayung miliknya rusak dan sepeda Sari s

  • Good Sister   10 - Latihan Pertama

    Minggu pagi. Tak di sangka bahwa setelah bersekolah di sekolah formal, Bulan menjadi sanat amat sibuk. Pagi tadi ia pergi ke rumah Mbok Intan, bukan untuk bekerja tapi untuk menghaturkan permohonan maaf karena harus ijin untuk tidak kerja hari ini.Klub musik mengadakan latihan di aula kota, jadi mau tidak mau Bulan yang sudah menjadi anggota dari klub itu juga harus hadir. Ia tidak mau di cap menjadi orang egois yang tidak menghargai kepentingan kelompok.Untungnya Mbok Intan bisa berbaik hati untuk memberinya hari libur untuk hari ini. Sebenarnya hari minggu adalah hari tersibuk Bulan karena ia harus bekerja ekstra di hari minggu sebab tak bisa bekerja maksimal di hari masuk sekolah.“Makasih ya, Mbok,” ucap Bulan, ia juga meminjam sepeda gayung Sari, anak Mbok Intan yang kuliah di luar kota. Karena ia jarang bekerja, jadi mau tidak mau ia harus menghemat uangnya pula. Naik sepeda adalah pilihan terbaik.“Nanti kalau pulangnya sa

  • Good Sister   09 - Keresahan

    Bulan tak seperti ini biasanya. Menyanyi bukan hal yang sulit bagi Bulan. Tapi mengapa berdiri di depan lelaki ini membuat keringat Bulan memaksa untuk terus keluar dari dahinya. Mengerikan sekali.“Lagu apa saja, aku hanya ingin denger nada kamu. Jangan bilang si Rey ngerekrut kamu cuman karena kamu cantik.”Cantik? Ya tentu saja Bulan, seorang wanita memang cantik, mana ada wanita yang tampan, jangan bercanda.“Aku hanya tau beberapa lagu lama,” ucap Bulan dengan keraguan.Ghandara tak bersuara dalam waktu sebentar, Bulan mendongak penasaran mengapa Ghandara tidak bersuara.“Apa aku semenakutkan itu?”Buru-buru Bulan kembali menundukkan pandangannya ke lantai, menggerak-gerakkan sepatu hitamnya dengan canggung sambil menggeleng pelan.“Kamu gadis aneh pertama yang aku jumpai,” ucap Ghandara. “Biasanya gadis-gadis akan berebut untuk melihat wajah tampanku, tapi kenapa kau malah ke

  • Good Sister   08 - Ekstrakulikuler

    Subuh tadi Langit menangis entah sebab apa. Anak lelaki itu menangis dengan cukup keras sampai membangunkan semua saudara tirinya. Awan, Bintang juga Bulan.“Apa badannya panas, Kak?” tanya Awan dengan nada cemas, Bintang juga ikut menunggu jawaban Bulan yang menggendong Langit sambil berusaha menidurkannya kembali.“Tidak, jangan khawatir, kalian tidur saja lagi, Langit sudah tidak nangis lagi, kok.” Bulan tersenyum sambil menyuruh Awan untuk menyelimuti Bintang sebab udara di subuh hari masih begitu dingin tapi tidak untuk dirinya.Lelah sekali rasanya, semakin hari Langit sudah semakin berat, dan untuk menggendong Langit butuh tenaga ekstra. Setelah Langit kembali tertidur, sambil merilekskan tulangnya Bulan melirik ke arah jam dinding yang sudah nampak usang namun masih berfungsi dengan baik.Tidak lama lagi, mungkin sekitar empat puluh lima menit lagi ia sudah harus bangun dan menyiapkan makanan untuk adik-adiknya sebab ia har

  • Good Sister   07 - Antara Keberuntungan dan Celaka

    Malam sendu dengan rintik hujan yang entah berniat turun atau tidak, Bulan di tempat favoritnya, duduk di depan pintu rumah, tersihir dengan dinginnya angin yang menyapa hingga ke tulangnya, namun sama sekali tak membuat dirinya merasakan kedinginan itu.Setelah selesai mengantar gula-gula jawa ke rumah pemesan, ia langsung pulang ke rumah tidak seperti biasa ia akan mengambil kerjaan lain agar dapat upah tambahan. Bukan karena ia lelah, hanya saja ia tidak fokus, ia terus memikirkan kalimat Ghandara siang tadi.Sampai saat ini pun, melihat kertas yang sudah remuk ada di tangannya itu, hatinya bergerak. Ia tidak yakin dan tidak setuju dengan apa yang ada di pikirannya saat ini, tapi ia sangat ingin untuk mencoba.“Coba aja, Kak!”Bulan buru-buru kembali melipat kertas itu dan memasukkan sembarang ke kantongnya setelah mendapati Awan ada di belakangnya. Awan memang masih berusia enam tahun, tapi anak kecil ini belajar dengan sangat baik dari an

DMCA.com Protection Status