Di dalam Gedung Misi Sekte Yan, suasana tampak sibuk dengan para kultivator yang mengakses papan misi dan berdiskusi dengan sesama anggota sekte. Gu Lang dan ketiga temannya, yang telah menjadi akrab selama waktu mereka di sekte, memasuki ruang utama Gedung Misi. Ruangan tersebut dipenuhi dengan berbagai pengumuman misi yang tergantung di dinding, dan meja-meja di sekelilingnya dipenuhi dengan kultivator yang sedang mencari misi untuk diambil.Gu Lang memimpin kelompoknya menuju meja pendaftaran misi, di mana seorang petugas misi sedang duduk di belakang meja. Petugas tersebut, seorang pria berusia sekitar lima puluh tahun dengan aura tenang, memandang mereka dengan minat. Gu Lang memperlihatkan beberapa formulir yang telah diisi dan memulai percakapan.“Selamat pagi, kami ingin mengambil misi yang tertera di papan,” kata Gu Lang dengan suara tegas. “Kami tertarik pada misi menuju Xuanzhong.”Petugas itu memeriksa formulir dan kemudian melihat daftar misi yang tersedia. “Misi ke Xuanz
Setelah menghadapi berbagai tantangan selama perjalanan, Gu Lang dan dua temannya, Wang Jun dan dua teman lainnya, akhirnya tiba di Xuanzhong. Kota ini terkenal dengan arsitekturnya yang megah dan suasana yang sibuk. Mereka langsung menuju Paviliun Baibao, tempat yang dikenal sebagai pusat informasi.Wang Jun, salah satu teman Gu Lang yang merupakan anak dari pemilik Paviliun Baibao di kota Xuanzhong, memandu mereka ke dalam gedung besar yang dipenuhi rak-rak berisi gulungan dan buku. Di meja-meja, orang-orang sibuk berdiskusi sambil mencari informasi."Selamat datang di Paviliun Baibao," kata Wang Jun sambil memperkenalkan Gu Lang dan teman-temannya. "Kita bisa mencari informasi yang kita butuhkan di sini."Gu Lang menjelaskan pencariannya dan menggambarkan ayahnya. Wang Jun mendengarkan dengan penuh perhatian. "Ada sebuah acara penting yang diadakan di kompleks istana beberapa bulan lalu," katanya. "Tamu pada acara itu tampaknya mirip dengan deskripsi tentang ayah Anda."Wang Jun ke
Gu Lang, yang tidak bisa lagi menahan kemarahan dan kesedihannya melihat penderitaan ayah dan ibunya, akhirnya muncul dari tempat persembunyiannya. Dia melangkah maju dengan penuh tekad, melintasi kerumunan yang memandangnya dengan keheranan. Suara gemuruh mulai menyebar di antara orang-orang yang hadir saat mereka menyadari sosok yang mencolok sedang mendekat.Gu Xing Yan, yang sedang berlutut dan merasa tertekan, mendongak dengan mata terbelalak saat melihat sosok yang sangat dikenalnya—putranya, Gu Lang, muncul di depan umum. Wajah Gu Xing Yan berubah dari penuh kesedihan menjadi ekspresi terkejut yang mendalam. Hatinya bergetar karena campuran rasa lega dan keterkejutan."Gu Lang...?" desah Gu Xing Yan dengan suara penuh keheranan dan harapan. Matanya tidak percaya bahwa putranya, yang dia kira telah hilang atau bahkan mati, berdiri di hadapannya sekarang. "Kamu... kamu di sini?"Gu Lang, dengan sikap penuh keberanian dan kemarahan, melangkah mendekat. "Ayah," katanya dengan nada
Di sebuah ruangan tenang di Paviliun Baibao, Gu Lang duduk bersama Gu Xing Yan dan Shu Xiyu. Suasana di ruangan itu terasa berat, dengan ketegangan yang mengambang di udara.Gu Xing Yan, tampak cemas dan penuh harapan, memulai pembicaraan dengan nada lembut. “Gu Lang, aku tahu ini mungkin sulit untukmu, tapi ada sesuatu yang perlu kau ketahui.”Gu Lang menatap Shu Xiyu dengan campuran kebingungan dan kemarahan. “Kau... mengaku sebagai ibuku. Tapi ibuku yang aku ingat adalah orang yang pergi meninggalkan aku dan ayahku sejak aku masih bayi.”Shu Xiyu, dengan mata yang penuh kesedihan, menatap Gu Lang. “Gu Lang, aku mengerti bahwa ini sulit untuk diterima. Aku adalah Shu Xiyu, dan aku memang ibumu. Aku tidak pernah berniat meninggalkanmu dan ayahmu. Keadaan memaksa aku untuk pergi, dan aku tidak punya pilihan.”Gu Lang merasa kemarahan dan kebingungan menyelimuti hatinya. “Jangan coba-coba bermain dengan kata-kata. Ibumu yang aku ingat adalah orang yang meninggalkan kami tanpa jejak. Ba
Gu Lang, yang masih merasa belum sepenuhnya puas dengan penjelasan sebelumnya, memandang ayahnya dengan tatapan serius. "Ayah," tanyanya, "apa yang sebenarnya terjadi dengan keluarga Gu di dunia bawah? Aku tahu ada sesuatu yang besar terjadi, dan aku rasa itu ada hubungannya dengan apa yang baru saja kita bicarakan."Gu Xing Yan menatap putranya dengan wajah penuh kesedihan dan kemarahan. "Kau benar, Gu Lang. Semua itu adalah ulah Tiancheng. Setelah Xiyu dibawa kembali ke dunia atas, Tiancheng marah karena Xiyu, meskipun sudah mencapai tingkat master array 3, tidak juga dapat melampaui batas itu dan mencapai tingkat 4."Gu Lang memperhatikan dengan seksama saat Xing Yan melanjutkan ceritanya. "Tiancheng menganggap Xiyu sebagai pengkhianat dan merasa frustrasi dengan kemampuannya yang terbatas. Dalam kemarahannya, dia memutuskan untuk mengirim utusan ke dunia bawah. Tujuannya adalah untuk menghancurkan keluarga Gu di dunia bawah dan membawa aku hidup-hidup kepadanya."Xing Yan menghela
Di dalam ruangan yang megah dan penuh kemewahan di kediaman keluarga Shu, Shu Tiancheng duduk di kursi besar yang dihiasi dengan ukiran rumit. Ruangan itu dikelilingi oleh berbagai artefak berharga dan simbol kekuasaan keluarga Shu. Berita tentang acara lelang dan pertemuan di Paviliun Baibao membuatnya merasa tertarik dan waspada.Shu Baicao memasuki ruangan dengan langkah cepat, wajahnya tampak marah dan frustrasi. Ketika dia mendekat, Tiancheng menatapnya dengan tajam, menunggu penjelasan.“Bagaimana bisa kau gagal begitu saja?” Tiancheng bertanya dengan nada dingin dan tajam. “Kau bilang bahwa Feng Hao—atau Gu Lang—itu hanyalah orang yang tidak berarti, tapi tampaknya kau salah besar.”Shu Baicao dengan tegas melaporkan, “Ayah, segala sesuatunya tidak berjalan seperti yang direncanakan. Feng Hao tidak hanya berhasil mengatasi segala hambatan, tetapi juga melelang barang-barang yang sangat berharga. Dia benar-benar berbeda dari apa yang kita kira.”Tiancheng menatap Baicao dengan e
Ketika Shu Xiyu terus berusaha membuka kotak peninggalan leluhur, suasana di aula leluhur semakin menegang. Dengan setiap detik yang berlalu, ekspresi Tiancheng berubah menjadi semakin tidak sabar dan marah. Xiyu berkonsentrasi penuh, mengalirkan energi ke kotak, namun segel array tetap tidak bergerak.Tiancheng akhirnya tidak bisa menahan kemarahannya lebih lama. Suara keras dan dingin menggelegar di aula. "Sudah kubilang, Xiyu! Kekuatanmu ternyata tidak ada artinya! Tidak peduli seberapa keras kau mencoba, kau tetap tidak bisa mencapai level yang kuinginkan!" Suaranya penuh dengan nada kemarahan dan penghinaan.Shu Xiyu tampak sangat tertekan. Wajahnya pucat dan tubuhnya bergetar karena frustrasi dan ketakutan. Dia tahu bahwa kegagalannya akan mengakibatkan konsekuensi serius. "Maafkan aku, Tiancheng. Aku... aku belum cukup kuat," katanya dengan suara penuh penyesalan.Tiancheng mengerutkan keningnya dengan marah dan berjalan mendekat. "Kau memang tidak berguna! Kau telah menghabisk
Di saat Gu Lang sedang memikirkan cara terbaik untuk membalaskan drndamnya pada keluarga Shu, Gu Lang justru tiba-tiba merasakan sesak di dadanya, napasnya terengah-engah. "Uhuk!!"Sensasi panas menjalar di seluruh tubuhnya, dan seketika darah segar mengalir dari sudut mulutnya, membasahi tanah di bawahnya.Dia terjatuh sejenak, berusaha mengendalikan rasa sakit yang menggigit. Pikirannya berputar, mengingat pelatihan air es yang pernah dia lakukan, yang kini kembali menghantuinya. Ternyata, penggunaan teknik itu tanpa persiapan yang cukup berdampak buruk pada tubuhnya.Dengan susah payah, Gu Lang mengatur napasnya, mencoba mencari tahu penyebabnya. Dia menyadari bahwa pelatihan yang ekstrem itu telah meninggalkan dampak yang serius. Dalam keadaan ini, semua rencananya untuk membalas dendam bisa hancur dalam sekejap jika dia tidak segera mengatasi masalah ini.Dia tahu, dia harus menemukan cara untuk menstabilkan kondisinya sebelum melanjutkan misinya. Gu Lang teringat dengan pesan