Gu Feng terlempar dan tersungkur hingga ke ujung arena, dan bahkan dia mendapatkan luka dalam hingga membuatnya memuntahkan darah segar dari mulutnya.
"A-apa? B-bagaimana bisa kau berada dibelakangku?" Gu Feng sangat terkejut dan dia berusaha bangkit untuk kembali melawan."Tanyakan saja pada raja Yama." Gu Lang kembali menyerang dengan Pukulan Sembilan Matahari, namun tidak hanya sekali melainkan bertubi-tubi dan hal itu membuat semua orang semakin tercengang."Bagaimana bisa dia menjadi begitu hebat dalam waktu singkat?" gumam Yixue."Cih! Dia hanya sedang beruntung saja." Tolak sang ayah yang tak mau mengakui kehebatan Gu Lang, meski dia sudah melihatnya dengan mata kepalanya sendiri."Tidak ada yang namanya murni keberuntungan, kepala keluarga Wan. Semua itu tetap berdasarkan dari usaha dan kekuatan."Xing Yan menunjukkan senyum kepuasan di bibirnya, karena bisa mempermalukan Meng Wan yang sempat menghina anaknya.Tetua ketiga juga tak kalah kesal, kedua anaknya dikalahkan oleh orang yang sama dan dengan cara yang begitu memalukan."Aaaaaarrrgggghhhh! Kau yang memaksaku sampah!" Gu Feng menelan pil berserk yang dia persiapkan di awal tadi, pil yang membuatnya bisa berevolusi dan menjadi semakin kuat dalam waktu singkat seperti monster.Tubuh Gu Feng membesar dan aura spiritualnya mengalir dengan tidak terkendali dan menggila, seolah dia akan menghancurkan apapun yang ada dihadapannya.Semua orang langsung mencaci maki Gu Feng, melihat kecurangan yang dia lakukan secara terang-terangan di atas panggung.Namun saat Xing Yan akan membantu anaknya, Gu Lang sudah lebih dulu menatap sang ayah dan menganggukkan kepalanya pertanda dia bisa menanganinya."Baiklah, sebenarnya aku tidak berniat membunuhmu tapi kau justru berniat mengambil nyawaku maka akan kulakukan hal yang sama untukmu!" ucap Gu Lang, "Pedang Kematian!"Keheningan seketika meliputi tempat itu, Gu Feng dalam mode berserk dapat di bunuh oleh Gu Lang dengan satu tebasan pedang saja.Kepala Gu Lang jatuh dan terpisah dari tubuhnya, darah mengalir dan mewarnai arena pertarungan dengan darah dan bau amis yang begitu menusuk hidung.Seketika itu juga, tetua ketiga langsung turun ke arena dan hendak membalaskan kematian anaknya, namun Xing Yan dengan cepat menghalaunya."Matilah kau pembawa sial!" Bola api besar ditembakkan begitu saja oleh tetua ketiga, kearah Gu Lang.Bola api itu berhenti di udara dan berubah menjadi bola es besar, yang pecah lalu berubah menjadi kepingan salju yang menghujani arena.Gu Xing Yan sangat murka, karena ikut campur dalam pertandingan adalah hal yang dilarang, terlebih Gu Feng memang melakukan hal yang curang di arena dan memang sudah sepantasnya dia diadili."Tetua ketiga, kau sudah menyentuh batas kesabaranku. Berusaha membunuh keturunan penerus keluarga adalah kejahatan besar, terimalah hukumanmu!"Batas kesabaran Gu Xing Yan adalah Gu Lang, siapapun yang berani bermain-main dengan Gu Lang maka dia akan menghadapinya.Jurus Penjara es!"Wajah Gu Peng nampak ketakutan, dan keringat dingin mulai membasahi wajahnya. Namun Gu Xing Yan sama sekali tidak menggubrisnya, "Zaman es!" seru Xing Yan.Krak!Krak!Krak!Tiba-tiba saja, Gu Peng terpenjara di dalam gunung es yang cukup besar. Dia sangat tidak menyangka, jika Gu Xing Yan sudah menguasai jurus itu sampai sedalam ini.Gu Xing Yan mengepalkan tangannya, kemudian penjara es itu pun hancur dan menjadi kepingan salju kecil."Aaarrggh!" jerit kesakitan dari Gu Peng terdengar begitu memilukan.Semua orang terkejut melihat peningkatan kekuatan Gu Xing Yan, yang melampaui ekspektasi mereka. Gu Peng juga benar-benar tidak mengira jika dia akan kalah hari ini, bahkan dengan cara yang begitu memalukan.Semua orang berdecak kagum melihat kekuatan Gu Xing Yan, yang mampu mengalahkan tetua ketiga hanya dengan satu jurus. Terlebih lagi, dia sudah menguasai jurus itu penjara es sampai level tertinggi.Gu Xing Yan pun meminta tetua yang memimpin jalannya pertandingan untuk segera mengumumkan hasil akhirnya.Dia ingin sekali segera meninggalkan tempat itu, dia sangat muak dengan sikap para tetua di keluarganya."Kompetisi pemuda keluarga Gu kali ini, dimenangkan oleh tuan muda Gu Lang."Sorak sorai pun terdengar dari semua penonton yang tadinya sempat menghina dan meragukan kemampuan Gu Lang.Tapi kini mereka sudah melihat dengan mata kepala mereka sendiri, seberapa hebat calon kepala keluarga mereka di masa depan itu.Sehingga tak akan ada lagi orang yang berani meragukan keputusan Xing Yan, untuk menjadikan Gu Lang sebagai calon penerusnya di masa depan.Dan mulai saat ini sudah tidak ada lagi yang akan berani memanggil anaknya, dengan sebutan tuan muda sampah dari keluarga Gu.Pertandingan pun selesai.Setelah Gu Lang mendapatkan hadiah dari kompetisi itu, dia pun meminta izin pada ayahnya untuk bisa segera kembali ke sekte dan melanjutkan pelatihannya.Karena dia memang hanya meminta izin untuk mengikuti kompetisi keluarga, meskipun sebenarnya dia masih ingin bersama sang ayah lebih lama.Xing Yan melepas kepergian putranya dengan senang hati, karena kini sudah tak ada lagi kekhawatiran untuknya melihat Gu Lang pergi.Dia yakin jika Gu Lang sudah cukup kuat untuk melindungi dirinya sendiri, dan akan menjadi semakin kuat lagi saat dia kembali nanti.Dengan mengendarai kudanya, Gu Lang kembali menempuh perjalanan panjang menuju sekte Bulan Sabit atau lebih tepatnya langsung menuju ke lembah awan angin.Tempat dimana dia akan mulai berlatih lagi.Sesampainya di lembah awan angin, Gu Lang memilih untuk beristirahat sejenak.Pertandingan dan perjalanan panjang itu, membuat tubuhnya sedikit terasa letih dan butuh untuk dirilekskan sejenak.**Saat dalam perjalanan, Gu Lang bertemu dengan sekelompok orang yang tengah berdebat dan hal itu membuatnya sedikit penasaran. Gu Lang mengamati perdebatan itu dari jarak jauh."Serahkan setengah dari hasil buruan kalian padaku, atau aku akan membunuh kalian semua!"Mendengar kata-kata itu, amarah Gu Lang pun terpancing. Dia benar-benar tidak menyukai orang yang menggunakan kekuatan untuk menindas yang lemah dan tidak bersalah.Gu Lang berjalan mendekat dan berkata, "Lakukanlah jika kau merasa cukup kuat untuk melakukannya."Sontak saja perkataannya itu membuat empat orang dihadapannya menoleh secara bersamaan ke arahnya."Kau!? Bukankah kau si tuan muda sampah dari keluarga Gu itu? Hahaha... Apa kau sudah gila, beraninya kau menantangku!? Apa kau tau siapa aku, aku adalah Tang Yin!"Namun tak seperti dugaannya, Gu Lang justru hanya diam dengan wajah yang terlihat jika dia tidak sedang main-main dengan ucapannya. Dan hal itu tentu saja membuat pria bernama Tang Yin itu murka."Beraninya kau mengabaikanku!"Seketika itu juga, muncul aura berwarna merah menyala yang tampak membumbung tinggi dan menyelimuti tubuh Tang Yin. Hawa panas juga terasa memancar keluar dari tubuh Tang Yin."Jurus Cambuk Dewa!"Aura merah itu pun berubah bentuk, menjadi sebuah cambuk raksasa dan melesat begitu saja menyerang Gu Lang, namun Gu Lang dapat menghindarinya dengan sangat mudah menggunakan jurus langkah awan."Pukulan Sembilan Matahari!"Gu Lang melayangkan tinjunya kearah Tang Yin, dan membuat pria sombong itu tersungkur ke tanah.Tang Yin merasa terhina dengan kekalahannya, dan membuatnya sangat marah. Hingga akhirnya dia terpaksa menggunakan jurus terlarang, yang dia pelajari secara diam-diam."Cambuk api neraka!"Aura merah yang sebelumnya pun berubah menjadi warna merah darah, dengan tekanan yang semakin terasa mengintimidasi. Namun tekanan semacam itu sama sekali tak berpengaruh pada Gu Lang.Tabrakan aura dari jurus Cambuk api neraka milik Tang Yin dan pukulan Sembilan Matahari milik Gu Lang itu pu
Tang Yin berjongkok dan mengambil buku itu dari Tang Yin."Jurus Amukan Pedang? Sepertinya ini jurus yang kuat, Tang Yin buku ini sudah tidak berguna untukmu jadi biarkan aku membawanya. Di kehidupan selanjutnya, jadilah orang baik."Gu Lang pun menyusul yang lainnya, setelah mengambil buku itu dari jasad Tang Yin.Jurus Amukan Pedang, sama kuatnya dengan jurus Pedang Kematian. Namun bedanya, Jurus Amukan Pedang bisa di gunakan berkali-kali.Tak seperti jurus Pedang Kematian yang jika sudah di gunakan sekali dan gagal, maka tidak akan berguna lagi jika di gunakan pada orang yang sama.Saat ini Gu Lang baru menguasai tiga jurus saja. Yang pertama adalah jurus Pedang Kematian, tapi jurus ini hanya bisa di pakai satu kali, pada musuh yang sama.Karena saat tujuan dari jurus ini sudah diketahui, maka jurus ini sudah tidak lagi berguna.Yang kedua, jurus Langkah Awan. Jurus yang tak memiliki daya serang, namun dapat di gunakan untuk meningkatkan kecepatan serangan dan untuk melarikan diri
Sebuah topeng berwarna hitam dengan corak emas.Gu Lang mengernyitkan dahinya karena bingung kenapa Luxia memberinya topeng itu. Usut punya usut, ternyata topeng itu hanya sekedar untuk membantu Gu Lang menyembunyikan identitasnya.Dan tentunya untuk menghindari masalah, jika saja ada lawan yang dendam setelah kalah dalam pertarungan.Akhirnya mereka pun memutuskan untuk bersama-sama menjalankan pelatihan mereka di jurang Pelatihan itu.Xiao San dan Luxia juga tidak perlu takut lagi di ganggu oleh kultivator yang lebih kuat daripada mereka, karena sudah ada Gu Lang yang pastinya tak akan membiarkan hal itu jika benar-benar terjadi.Jurang pelatihan memang adalah tempat pelatihan yang sempurna bagi kultivator untuk mengasah kemampuan mereka, dengan cara berduel dengan satu sama lain.Meskipun begitu, tidak jarang juga ada orang berhati jahat yang menggunakan cara licik.Karena itulah jurang pelatihan juga disebut-sebut merupakan tempat paling berbahaya, karena meskipun ada orang yang t
Jurus Pedang Kematian yang bertujuan untuk membunuh dan Amukan Pedang yang bertujuan menyerang dengan daya kerusakan yang besar, membuat kedua jurus ini tak dapat di satukan.Tapi reinkarnasi saja sudah membuat Gu Lang yakin jika hal-hal yang bertentangan dengan takdir itu bisa terjadi, maka tidak ada salahnya untuk mencoba.Jika berhasil maka dia bisa terus mengkombinasikan jurus-jurus yang dia pelajari untuk menciptakan jurus baru, yang hanya diketahui olehnya.Tapi kalaupun gagal, anggap saja itu sebagai keberhasilan yang tertunda karena Gu Lang tak akan menyerah semudah itu.Gu Lang mengarahkan jurusnya pada sebuah gunung batu kecil yang berada tak jauh dari tempatnya saat ini, namun juga sedikit jauh dengan posisi Xiao San yang sedang mendalami pencerahannya agar tak mengganggu.Dia melesat maju menggunakan Langkah Awan, sambil mengumpulkan aura Amukan Pedang di telapak tangannya.Dan saat jarak antara dirinya dan gunung itu sudah dekat, Gu Lang langsung menarik pedangnya sambil
Gu Lang memegang kepala pria itu dan menyalurkan aura iblis dari black shadow ke dalam tubuh si pria itu.Teriakan kesakitan yang begitu memilukan pun terdengar, saat secara perlahan api iblis melahap tubuh pria itu hingga akhirnya hanya menyisakan abu dan pakaian yang tadi di kenakan olehnya.Luxia benar-benar tercengang melihat hal itu, karena tidak banyak orang yang mengetahui tentang aura iblis.Keluarganya dan keluarga Leng adalah salah satu keturunan pewaria aura iblis yang cukup kuat, namun setelah melihat apa yang Gu Lang lakukan tadi ... dia mulai mempertanyakan siapa sosok Gu Lang yang sebenarnya.Luxia berasal dari keluarga Xia yang masuk dalam daftar lima sekte rahasia yang beranggotakan keluarga Leng, Xia, Cang, Yuan, dan Zong.Namun keluarga Xia adalah keluarga yang terlemah di antara kelimanya, sedangkan keluarga Leng adalah yang terkuat ketiga di daftar itu.Dan karena itulah, ayah Luxia yang bernama Xia Hong Quan terpaksa menyetujui perjodohan antara Xia Luxia dan Len
Akhirnya Xiao San mengerti jika orang yang sengaja mencari masalah dengannya, adalah salah satu anjing penjilat Tang Yu Long yang datang karena sudah mengetahui apa yang terjadi pada Tang Yin."Elang hitam pemusnah!" Pria itu melesat maju kearah Xiao San, dan di atas tubuhnya terdapat aura menyerupai seekor elang yang juga terbang menukik ke arah Xiao San.Xiao San pun segera menggunakan jurus bertahan terkuat yang dia miliki, yaitu Benteng Bumi.Dan serangan keduanya pun bertabrakan, menyebabkan ledakan yang cukup besar. Tapi untungnya Benteng Xiao San mampu menghalau serangan itu, dengan baik."Sial! Pertahanannya benar-benar kuat!" Xiao San memang lebih unggul dalam hal pertahanan, daripada menyerang.Pria itu pun melancarkan serangan keduanya, "Elang darah!" Aura berbentuk elang yang tadinya berwarna coklat kini berubah menjadi warna merah darah yang memberikan kesan mengerikan."Aku akan mengirimmu ke neraka, seperti temanmu si sampah itu! Kalian akan segera bertemu kembali!"Xia
"Sebagai tetua, kau tidak mau mengakui kesalahanmu dan justru memutar balikkan fakta. Apa kau tidak merasa malu, Fang Teng?" Gu Lang tersenyum, seolah dia sudah tau jika akan ada orang yang membantunya menghadang serangan ituKeringat dingin mulai mengucur membasahi tubuh Fang Teng, apalagi dengan tatapan dari orang yang tengah mencengkram erat tangannya itu. Tatapan yang serasa menusuk dan membuat tulang-tulangnya melemas seketika."T-tetua Agung?"Gu Lang terkejut, "Tetua Agung? Jadi penjaga paviliun Awan ternyata adalah seorang tetua Agung?!" batinnya yang sangat-sangat tidak menyangka.Meskipun dia tau jika penjaga paviliun itu bukan orang biasa, tapi dia tidak menyangka jika posisi penjaga paviliun ternyata setinggi itu.Jabatan tetua Agung bahkan lebih tinggi dari ketua sekte, tapi kenapa dia justru menyembunyikan identitasnya dan malah menjadi seorang penjaga paviliun. Itulah yang menjadi pertanyaannya.Fang teng tampak terlihat sangat takut, pasalnya tetua Agung pasti akan me
Tanpa menunggu lama, Gu Lang segera berpamitan dengan tetua Agung, memintanya untuk menjaga Xiao San sampai dia kembali.Setelah itu, Gu Lang segera berangkat menuju Gunung Tapak Naga. Yaitu salah satu tempat di dalam sekte Bulan Sabit, tempat dimana menara sembilan tingkat berada.Gunung itu dinamakan gunung Tapak Naga, karena bentuknya yang menyerupai tapak naga. Dan gunung itu adalah tempat terjadinya pertarungan antara kultivator dewa, dan para iblis.Dan menara sembilan tingkat, adalah salah satu peninggalan dari kultivator dewa yang pernah ada di kota kecil itu.Orang terakhir yang pernah menaklukkan menara itu adalah pemimpin sekte sebelumnya, dan terhitung sudah seratus tahun lebih sejak saat itu.Banyak orang yang mencoba, namun semuanya gagal dan berakhir tidak pernah kembali lagi. Dan kemungkinan besar, mereka semua sudah mati.Kebanyakan orang-orang yang mencoba masuk ke menara sembilan tingkat, adalah orang-orang yang menginginkan hal besar.Entah itu menjadi tetua di sek
Di tengah reruntuhan dan kepanikan yang menyelimuti Sekte Gelap, Gu Lang berdiri dengan tegas, mengawasi sisa-sisa kekuatan yang dulunya mengancam dunia. Dengan Pedang Dewa yang bersinar di tangannya, dia merasakan kekuatan yang begitu besar mengalir dalam dirinya, kekuatan yang ingin dia gunakan bukan untuk menghancurkan, tetapi untuk mengubah dan memperbaiki. Gu Lang menatap anggota Sekte Gelap yang tersisa—beberapa tergeletak lemas di tanah, sementara yang lain hanya bisa menatap dengan ketakutan. “Dengarkan aku!” suaranya menggema dengan wibawa. “Kalian telah berada di jalan yang salah, terjebak dalam kegelapan yang tidak akan membawa kalian ke mana-mana. Namun, hari ini adalah kesempatan kedua untuk memilih jalan yang benar!” Kata-katanya menembus hati mereka. Banyak dari mereka yang, meski terlahir dalam Sekte Gelap, selalu merindukan keadilan dan kebenaran. Satu per satu, mereka mulai bangkit, meski ragu, namun terdorong oleh keyakinan Gu Lang. Mereka ingin memperbaiki kesala
Pertempuran berlangsung sengit ketika tiba-tiba suasana berubah. Suara langkah berat bergema, menggetarkan tanah, dan mengalihkan perhatian Gu Lang dan Qian Yu. Di tengah kerumunan musuh, seorang pria tinggi muncul, mengenakan jubah hitam yang berkilauan, menandakan bahwa dia adalah pemimpin Sekte Gelap. Aura kekuatan yang menakutkan memancar dari dirinya, mengubah suasana menjadi mencekam. “Cukup!” teriak pemimpin Sekte Gelap, suaranya dalam dan penuh kekuasaan. “Kalian berani melawan Sekte Gelap? Aku tidak akan membiarkan kalian hidup!” Gu Lang dan Qian Yu saling berpandangan, mengerti bahwa situasi kini semakin berbahaya. Mereka bisa merasakan tekanan luar biasa yang berasal dari sosok itu. “Siapa kau?” tanya Gu Lang dengan berani, berusaha menjaga ketenangan meski jantungnya berdebar kencang. “Aku adalah Zhen Tian, Ketua Sekte Gelap,” jawab pria itu, menatap Gu Lang dengan mata tajam. “Dan aku di sini untuk mengambil apa yang seharusnya menjadi milikku. Pedang Dewa itu mil
Gu Lang berdiri tegak di hadapan Pedang Dewa yang bersinar, merasakan aliran energi yang kuat di sekelilingnya. Luo Luo dan Qian Yu memperhatikannya dengan penuh harapan, mengetahui bahwa momen ini adalah titik balik dalam perjalanan Gu Lang. Dengan tekad yang menggebu, Gu Lang menutup matanya dan mulai berkonsentrasi. Sinar pedang memancarkan cahaya yang semakin terang, seakan merespons kehadiran Gu Lang. Dia bisa merasakan aura pedang yang mengalir ke dalam dirinya, menghubungkan jiwanya dengan kekuatan yang tak terbayangkan. Dalam pikirannya, dia mengingat semua latihan yang telah dilaluinya, setiap pelajaran yang diterimanya, dan semua pengorbanan yang telah dia buat untuk mencapai titik ini. "Ini adalah kesempatan untuk menyatukan kekuatanku dengan Pedang Dewa," bisiknya dalam hati. “Aku tidak akan membiarkan ini menjadi sia-sia.” Saat dia meraih gagang pedang, Gu Lang merasakan getaran yang kuat. Energi Pedang Dewa mulai mengalir ke dalam jiwanya, dan dalam sekejap, dia meras
Beberapa bulan setelah Gu Lang dan Qian Yu melanjutkan pelatihan mereka, situasi di luar lembah yang tenang itu mulai berubah. Sekte Gelap, yang sebelumnya tidak mengetahui lokasi Gu Lang, kini berhasil menemukan jejaknya. Mereka yakin bahwa Gu Lang memiliki "benda" yang sangat mereka inginkan — suatu artefak legendaris yang diyakini bisa memberikan kekuatan luar biasa kepada siapa pun yang mengendalikannya.Di sebuah markas rahasia yang terpencil, para pemimpin Sekte Gelap berkumpul. Wajah mereka serius, dengan aura gelap dan menakutkan yang menyelimuti ruangan. Salah satu dari mereka, seorang pria bertubuh kekar dengan tatapan dingin, berbicara dengan suara yang rendah namun berwibawa.“Gu Lang telah menjadi ancaman bagi kita dan dia memiliki benda yang kita cari. Kita tidak bisa membiarkannya terus hidup. Kita harus segera bertindak,” katanya. “Kekuatan yang dimilikinya, jika dikombinasikan dengan artefak itu, dapat membawa kehancuran bagi Sekte Gelap jika dia dibiarkan bebas.”“Na
Setelah pertemuan yang mengharukan dengan Tuan Tua, Gu Lang dan Qian Yu meninggalkan ruangan di Menara Langit dengan pikiran yang dipenuhi berbagai rencana dan harapan. Qian Yu bertekad untuk mempersiapkan Gu Lang dengan segala pengetahuan dan keterampilan yang ia miliki.“Mari kita mulai pelatihanmu,” kata Qian Yu, memimpin jalan keluar dari Menara Langit. “Setiap langkah yang kita ambil dari sini akan membentuk masa depanmu.”Gu Lang mengangguk, merasa semangatnya terbangkit. Mereka pergi ke area latihan yang luas, di mana cahaya matahari menembus celah-celah pohon, menciptakan suasana yang tenang namun penuh potensi.Qian Yu mulai menjelaskan teknik-teknik dasar yang akan membantu Gu Lang memahami kekuatan alkemis dan keterampilan bertarungnya. “Kamu perlu memahami bahwa kekuatanmu bukan hanya terletak pada seberapa kuat kamu bisa menyerang, tetapi juga seberapa bijak kamu menggunakannya. Kita akan memadukan kekuatan alkimia dan seni bela diri.”Selama beberapa minggu ke depan, Gu
Maaf atas kesalahpahaman itu! Mari kita coba lagi: Begitu Qian Yu membuka matanya, senyumnya merekah saat melihat sosok Luo Luo yang berdiri di hadapannya. “Luo Luo!” serunya, penuh kegembiraan. “Kau masih ingat padaku?” Luo Luo tersenyum lebar, matanya berkilau ceria. “Tentu saja, Paman Qian Yu. Rasanya sudah lama sekali sejak terakhir kita bertemu.” Ia melangkah maju dan memeluk Qian Yu dengan hangat. Qian Yu merasakan kehangatan persahabatan yang telah terjalin. “Aku tidak menyangka bisa melihatmu lagi di tempat yang begitu indah ini. Ini semua berkat Gu Lang, bukan?” Luo Luo memimpin Gu Lang dan Qian Yu melalui lorong-lorong Menara Langit yang megah. Mereka melewati banyak ruangan yang dipenuhi dengan artefak kuno dan catatan sejarah sekte suci. Namun, kali ini, Luo Luo membawa mereka ke arah yang belum pernah dijelajahi oleh Gu Lang sebelumnya.Setelah pertemuan yang mengharukan dengan Tuan Tua, Gu Lang dan Qian Yu meninggalkan ruangan di Menara Langit dengan pikiran yang dip
Setelah memastikan orang tuanya menetap dengan baik di desa kecil itu, Gu Lang kembali ke Sekte Yan untuk berpamitan dengan teman-temannya. Momen itu terasa emosional baginya, karena dia tahu perjalanan selanjutnya tidak akan mudah, dan mungkin akan memakan waktu yang lama sebelum dia bisa kembali.Di kamar Gu Lang, teman-teman Gu Lang berkumpul untuk mengucapkan selamat tinggal. Wang Jun, berdiri di tengah kerumunan dengan tatapan serius. “Gu Lang, aku tidak percaya kamu benar-benar akan pergi. Kami semua akan merindukanmu.”“Ya, aku juga akan merindukan kalian,” jawab Gu Lang, mencoba menyembunyikan perasaannya. “Tapi ini adalah jalanku. Aku harus menemukan cara untuk melindungi kita semua dari ancaman yang mungkin datang.”Tuan Muda Feng, salah satu teman Gu Lang lainnya, menepuk bahunya. “Kami tahu kamu kuat, Gu Lang. Jangan ragu untuk kembali jika kamu butuh bantuan. Kami akan selalu ada di sini.”“Terima kasih, teman-teman. Aku akan ingat itu,” Gu Lang tersenyum, meskipun hatiny
Kabar tentang kehancuran klan Shu menyebar dengan cepat di seluruh kota Xuanzhong, mengguncang komunitas dan menggantikan suasana tenang dengan ketegangan yang mendalam. Warga kota berkumpul di pasar, di tepi jalan, dan di kedai minuman, membicarakan insiden yang tidak terbayangkan itu. Mereka berbisik dengan penuh rasa ingin tahu dan ketakutan, saling bertukar informasi tentang apa yang sebenarnya terjadi. “Apakah kamu sudah mendengar? Klan Shu musnah dalam semalam!” seru seorang pedagang, suaranya bergetar dengan ketegangan. “Semua anggota klan, termasuk tuan muda Shu Baicao, ditemukan tewas di kediaman mereka!” Seorang wanita yang sedang membeli sayur terkejut dan menjawab, “Bagaimana bisa itu terjadi? Klan Shu adalah salah satu klan terkuat di kota ini! Siapa yang berani melakukannya?” “Tidak ada yang tahu, tetapi ada desas-desus bahwa itu adalah tindakan balas dendam,” kata seorang pria berusia paruh baya. “Klan Shu telah banyak musuh, terutama setelah konflik dengan klan lain
Keluarga Shu IPada malam itu, kediaman Keluarga Shu masih sangat tenang bahkan penjaga di sekitar gapura terlihat menikmati minuman sambil tertawa dan memainkan permainan kartu.Namun pada detik-detik berikutnya, udara dingin seperti menyapu wilayah itu membuat bulu kuduk berdiri."Apa kalian merasa ada yang aneh?" tanya seorang penjaga.Sejenak permainan kartu berhenti karena pertanyaan tersebut. Sayangnya yang lain menganggap hal ini wajar dan malah menertawakannya."Tidak ada yang aneh. Kau pasti sedang mencari alasan karena akan kalah dalam permainan." Tawa mereka menggema. Penjaga yang merasakan prasangka buruk pun hanya mencebikkan bibir kemudian memperbaiki posisi duduknya."Sekarang giliranku, kan? Aku akan ...."Sebelum dapat menyelesaikan kalimatnya, satu energi kekuatan melesat dari kegelapan menghancurkan meja permainan mereka. mereBang!Seketika semua kartu terbang berhamburan. Meja terbalik dan lima penjaga yang sedang bermain jatuh tersungkur."Kurang ajar! Siapa yang