Jurus Pedang Kematian yang bertujuan untuk membunuh dan Amukan Pedang yang bertujuan menyerang dengan daya kerusakan yang besar, membuat kedua jurus ini tak dapat di satukan.Tapi reinkarnasi saja sudah membuat Gu Lang yakin jika hal-hal yang bertentangan dengan takdir itu bisa terjadi, maka tidak ada salahnya untuk mencoba.Jika berhasil maka dia bisa terus mengkombinasikan jurus-jurus yang dia pelajari untuk menciptakan jurus baru, yang hanya diketahui olehnya.Tapi kalaupun gagal, anggap saja itu sebagai keberhasilan yang tertunda karena Gu Lang tak akan menyerah semudah itu.Gu Lang mengarahkan jurusnya pada sebuah gunung batu kecil yang berada tak jauh dari tempatnya saat ini, namun juga sedikit jauh dengan posisi Xiao San yang sedang mendalami pencerahannya agar tak mengganggu.Dia melesat maju menggunakan Langkah Awan, sambil mengumpulkan aura Amukan Pedang di telapak tangannya.Dan saat jarak antara dirinya dan gunung itu sudah dekat, Gu Lang langsung menarik pedangnya sambil
Gu Lang memegang kepala pria itu dan menyalurkan aura iblis dari black shadow ke dalam tubuh si pria itu.Teriakan kesakitan yang begitu memilukan pun terdengar, saat secara perlahan api iblis melahap tubuh pria itu hingga akhirnya hanya menyisakan abu dan pakaian yang tadi di kenakan olehnya.Luxia benar-benar tercengang melihat hal itu, karena tidak banyak orang yang mengetahui tentang aura iblis.Keluarganya dan keluarga Leng adalah salah satu keturunan pewaria aura iblis yang cukup kuat, namun setelah melihat apa yang Gu Lang lakukan tadi ... dia mulai mempertanyakan siapa sosok Gu Lang yang sebenarnya.Luxia berasal dari keluarga Xia yang masuk dalam daftar lima sekte rahasia yang beranggotakan keluarga Leng, Xia, Cang, Yuan, dan Zong.Namun keluarga Xia adalah keluarga yang terlemah di antara kelimanya, sedangkan keluarga Leng adalah yang terkuat ketiga di daftar itu.Dan karena itulah, ayah Luxia yang bernama Xia Hong Quan terpaksa menyetujui perjodohan antara Xia Luxia dan Len
Akhirnya Xiao San mengerti jika orang yang sengaja mencari masalah dengannya, adalah salah satu anjing penjilat Tang Yu Long yang datang karena sudah mengetahui apa yang terjadi pada Tang Yin."Elang hitam pemusnah!" Pria itu melesat maju kearah Xiao San, dan di atas tubuhnya terdapat aura menyerupai seekor elang yang juga terbang menukik ke arah Xiao San.Xiao San pun segera menggunakan jurus bertahan terkuat yang dia miliki, yaitu Benteng Bumi.Dan serangan keduanya pun bertabrakan, menyebabkan ledakan yang cukup besar. Tapi untungnya Benteng Xiao San mampu menghalau serangan itu, dengan baik."Sial! Pertahanannya benar-benar kuat!" Xiao San memang lebih unggul dalam hal pertahanan, daripada menyerang.Pria itu pun melancarkan serangan keduanya, "Elang darah!" Aura berbentuk elang yang tadinya berwarna coklat kini berubah menjadi warna merah darah yang memberikan kesan mengerikan."Aku akan mengirimmu ke neraka, seperti temanmu si sampah itu! Kalian akan segera bertemu kembali!"Xia
"Sebagai tetua, kau tidak mau mengakui kesalahanmu dan justru memutar balikkan fakta. Apa kau tidak merasa malu, Fang Teng?" Gu Lang tersenyum, seolah dia sudah tau jika akan ada orang yang membantunya menghadang serangan ituKeringat dingin mulai mengucur membasahi tubuh Fang Teng, apalagi dengan tatapan dari orang yang tengah mencengkram erat tangannya itu. Tatapan yang serasa menusuk dan membuat tulang-tulangnya melemas seketika."T-tetua Agung?"Gu Lang terkejut, "Tetua Agung? Jadi penjaga paviliun Awan ternyata adalah seorang tetua Agung?!" batinnya yang sangat-sangat tidak menyangka.Meskipun dia tau jika penjaga paviliun itu bukan orang biasa, tapi dia tidak menyangka jika posisi penjaga paviliun ternyata setinggi itu.Jabatan tetua Agung bahkan lebih tinggi dari ketua sekte, tapi kenapa dia justru menyembunyikan identitasnya dan malah menjadi seorang penjaga paviliun. Itulah yang menjadi pertanyaannya.Fang teng tampak terlihat sangat takut, pasalnya tetua Agung pasti akan me
Tanpa menunggu lama, Gu Lang segera berpamitan dengan tetua Agung, memintanya untuk menjaga Xiao San sampai dia kembali.Setelah itu, Gu Lang segera berangkat menuju Gunung Tapak Naga. Yaitu salah satu tempat di dalam sekte Bulan Sabit, tempat dimana menara sembilan tingkat berada.Gunung itu dinamakan gunung Tapak Naga, karena bentuknya yang menyerupai tapak naga. Dan gunung itu adalah tempat terjadinya pertarungan antara kultivator dewa, dan para iblis.Dan menara sembilan tingkat, adalah salah satu peninggalan dari kultivator dewa yang pernah ada di kota kecil itu.Orang terakhir yang pernah menaklukkan menara itu adalah pemimpin sekte sebelumnya, dan terhitung sudah seratus tahun lebih sejak saat itu.Banyak orang yang mencoba, namun semuanya gagal dan berakhir tidak pernah kembali lagi. Dan kemungkinan besar, mereka semua sudah mati.Kebanyakan orang-orang yang mencoba masuk ke menara sembilan tingkat, adalah orang-orang yang menginginkan hal besar.Entah itu menjadi tetua di sek
Gu Lang mengumpulkan kekuatan pada kepalan tangannya, kemudian menghantam titik itu hingga retak.Prak!Seketika itu juga, gambaran ilusi pecah dan menghilang lalu berganti dengan pemandangan gunung Tapak Naga.Akhirnya Gu Lang bisa bernafas lega, karena dirinya bisa terbebas dari array ilusi dan mati di dalam mimpinya sendiri."Untungnya aku bisa terlepas, jika tidak aku pasti akan mati." Gu Lang bersyukur karena bisikan itu menyelamatkannya.Tapi yang tadi itu suara siapa? Siapa yang sudah membantu Gu Lang? Tapi siapapun itu Gu Lang sangat berterimakasih padanya.Gu Lang bersiap menggunakan jurus langkah awan untuk melesat maju dengan cepat, agar tak kehabisan tenaga saat ujian yang sebenarnya di mulai.Tapi ternyata hingga dia menginjakkan kaki di tangga terakhir, sudah tidak ada lagi tekanan dan cobaan lain.Namun tentu saja Gu Lang tak boleh bersenang-senang terlalu dini, karena tangga itu hanya sebuah permulaan dan tantangan yang sebenarnya baru akan di mulai.Kini di hadapannya
Gu Lang menatap ke tengah-tengah altar itu, dimana sebuah cahaya biru terang memancar.Hingga cahaya itu akhirnya hilang dan di tempat jatuhnya cahaya tadi, seperti ada sesuatu yang memancarkan hawa yang cukup kuat.Gu Lang berjalan mendekat untuk mengambil benda yang menjadi hadiahnya."Sebuah gulungan?" Gu Lang mulai membuka gulungan itu untuk melihat isi di dalamnya.Akankah ada catatan tentang jurus yang kuat, atau resep pil dan semacamnya.Tapi Gu Lang sangat terkejut saat mendapati tulisan yang sangat dia kenal. Huruf yang tertulis di sana adalah huruf yang dia kenal di kehidupan sebelumnya.Di sana tertulis, hanya orang yang berasal dari tempat yang sama denganku yang bisa menggunakan gulungan ini."Jadi sebelum aku juga ada orang yang melintasi ruang dan waktu? Dan dia adalah seorang kultivator dewa?!"Senang, tentu saja Gu Lang sangat senang saat mengetahui jika ada orang lain yang mengalami apa yang dia alami.Tapi di detik berikutnya, Gu Lang kembali mendesah dan mengehela
Lantai ke-tiga.Di lantai ke tiga ini, hanya ada sebuah boneka kayu besar yang berada di tengah-tengah altar itu. Dan Gu Lang sepertinya paham jika ujian kali ini, dia harus megalahkan boneka kayu itu.Dan benar saja, sesaat setelah terdengar suara, "Kekuatan menentukan segalanya. Yang kuat memakan yang lemah, yang lemah hanya bisa pasrah."Boneka itu pun hidup dan mulai menyerang Gu Lang.Serangannya sangat cepat dan tepat, tidak membabi buta tapi serangannya justru seperti teratur dengan baik."Pukulan Sembilan Matahari!"Ledakan besar terjadi saat Gu Lang meninju boneka kayu itu, asap mengepul membuat Gu Lang tak bisa melihat bagaimana kondisi boneka itu.Apakah dia sudah kalah atau belum?Hingga saat asap itu menghilang barulah terlihat jelas jika boneka itu sama sekali tak terpengaruh.Justru Gu Lang terkejut saat melihat tangan boneka itu menyilang di depan dada. Dia menangkis serangan Gu Lang!Seolah boneka itu memiliki pikiran dan dapat membaca pergerakan Gu Lang."Sial, sama
Di tengah reruntuhan dan kepanikan yang menyelimuti Sekte Gelap, Gu Lang berdiri dengan tegas, mengawasi sisa-sisa kekuatan yang dulunya mengancam dunia. Dengan Pedang Dewa yang bersinar di tangannya, dia merasakan kekuatan yang begitu besar mengalir dalam dirinya, kekuatan yang ingin dia gunakan bukan untuk menghancurkan, tetapi untuk mengubah dan memperbaiki. Gu Lang menatap anggota Sekte Gelap yang tersisa—beberapa tergeletak lemas di tanah, sementara yang lain hanya bisa menatap dengan ketakutan. “Dengarkan aku!” suaranya menggema dengan wibawa. “Kalian telah berada di jalan yang salah, terjebak dalam kegelapan yang tidak akan membawa kalian ke mana-mana. Namun, hari ini adalah kesempatan kedua untuk memilih jalan yang benar!” Kata-katanya menembus hati mereka. Banyak dari mereka yang, meski terlahir dalam Sekte Gelap, selalu merindukan keadilan dan kebenaran. Satu per satu, mereka mulai bangkit, meski ragu, namun terdorong oleh keyakinan Gu Lang. Mereka ingin memperbaiki kesala
Pertempuran berlangsung sengit ketika tiba-tiba suasana berubah. Suara langkah berat bergema, menggetarkan tanah, dan mengalihkan perhatian Gu Lang dan Qian Yu. Di tengah kerumunan musuh, seorang pria tinggi muncul, mengenakan jubah hitam yang berkilauan, menandakan bahwa dia adalah pemimpin Sekte Gelap. Aura kekuatan yang menakutkan memancar dari dirinya, mengubah suasana menjadi mencekam. “Cukup!” teriak pemimpin Sekte Gelap, suaranya dalam dan penuh kekuasaan. “Kalian berani melawan Sekte Gelap? Aku tidak akan membiarkan kalian hidup!” Gu Lang dan Qian Yu saling berpandangan, mengerti bahwa situasi kini semakin berbahaya. Mereka bisa merasakan tekanan luar biasa yang berasal dari sosok itu. “Siapa kau?” tanya Gu Lang dengan berani, berusaha menjaga ketenangan meski jantungnya berdebar kencang. “Aku adalah Zhen Tian, Ketua Sekte Gelap,” jawab pria itu, menatap Gu Lang dengan mata tajam. “Dan aku di sini untuk mengambil apa yang seharusnya menjadi milikku. Pedang Dewa itu mil
Gu Lang berdiri tegak di hadapan Pedang Dewa yang bersinar, merasakan aliran energi yang kuat di sekelilingnya. Luo Luo dan Qian Yu memperhatikannya dengan penuh harapan, mengetahui bahwa momen ini adalah titik balik dalam perjalanan Gu Lang. Dengan tekad yang menggebu, Gu Lang menutup matanya dan mulai berkonsentrasi. Sinar pedang memancarkan cahaya yang semakin terang, seakan merespons kehadiran Gu Lang. Dia bisa merasakan aura pedang yang mengalir ke dalam dirinya, menghubungkan jiwanya dengan kekuatan yang tak terbayangkan. Dalam pikirannya, dia mengingat semua latihan yang telah dilaluinya, setiap pelajaran yang diterimanya, dan semua pengorbanan yang telah dia buat untuk mencapai titik ini. "Ini adalah kesempatan untuk menyatukan kekuatanku dengan Pedang Dewa," bisiknya dalam hati. “Aku tidak akan membiarkan ini menjadi sia-sia.” Saat dia meraih gagang pedang, Gu Lang merasakan getaran yang kuat. Energi Pedang Dewa mulai mengalir ke dalam jiwanya, dan dalam sekejap, dia meras
Beberapa bulan setelah Gu Lang dan Qian Yu melanjutkan pelatihan mereka, situasi di luar lembah yang tenang itu mulai berubah. Sekte Gelap, yang sebelumnya tidak mengetahui lokasi Gu Lang, kini berhasil menemukan jejaknya. Mereka yakin bahwa Gu Lang memiliki "benda" yang sangat mereka inginkan — suatu artefak legendaris yang diyakini bisa memberikan kekuatan luar biasa kepada siapa pun yang mengendalikannya.Di sebuah markas rahasia yang terpencil, para pemimpin Sekte Gelap berkumpul. Wajah mereka serius, dengan aura gelap dan menakutkan yang menyelimuti ruangan. Salah satu dari mereka, seorang pria bertubuh kekar dengan tatapan dingin, berbicara dengan suara yang rendah namun berwibawa.“Gu Lang telah menjadi ancaman bagi kita dan dia memiliki benda yang kita cari. Kita tidak bisa membiarkannya terus hidup. Kita harus segera bertindak,” katanya. “Kekuatan yang dimilikinya, jika dikombinasikan dengan artefak itu, dapat membawa kehancuran bagi Sekte Gelap jika dia dibiarkan bebas.”“Na
Setelah pertemuan yang mengharukan dengan Tuan Tua, Gu Lang dan Qian Yu meninggalkan ruangan di Menara Langit dengan pikiran yang dipenuhi berbagai rencana dan harapan. Qian Yu bertekad untuk mempersiapkan Gu Lang dengan segala pengetahuan dan keterampilan yang ia miliki.“Mari kita mulai pelatihanmu,” kata Qian Yu, memimpin jalan keluar dari Menara Langit. “Setiap langkah yang kita ambil dari sini akan membentuk masa depanmu.”Gu Lang mengangguk, merasa semangatnya terbangkit. Mereka pergi ke area latihan yang luas, di mana cahaya matahari menembus celah-celah pohon, menciptakan suasana yang tenang namun penuh potensi.Qian Yu mulai menjelaskan teknik-teknik dasar yang akan membantu Gu Lang memahami kekuatan alkemis dan keterampilan bertarungnya. “Kamu perlu memahami bahwa kekuatanmu bukan hanya terletak pada seberapa kuat kamu bisa menyerang, tetapi juga seberapa bijak kamu menggunakannya. Kita akan memadukan kekuatan alkimia dan seni bela diri.”Selama beberapa minggu ke depan, Gu
Maaf atas kesalahpahaman itu! Mari kita coba lagi: Begitu Qian Yu membuka matanya, senyumnya merekah saat melihat sosok Luo Luo yang berdiri di hadapannya. “Luo Luo!” serunya, penuh kegembiraan. “Kau masih ingat padaku?” Luo Luo tersenyum lebar, matanya berkilau ceria. “Tentu saja, Paman Qian Yu. Rasanya sudah lama sekali sejak terakhir kita bertemu.” Ia melangkah maju dan memeluk Qian Yu dengan hangat. Qian Yu merasakan kehangatan persahabatan yang telah terjalin. “Aku tidak menyangka bisa melihatmu lagi di tempat yang begitu indah ini. Ini semua berkat Gu Lang, bukan?” Luo Luo memimpin Gu Lang dan Qian Yu melalui lorong-lorong Menara Langit yang megah. Mereka melewati banyak ruangan yang dipenuhi dengan artefak kuno dan catatan sejarah sekte suci. Namun, kali ini, Luo Luo membawa mereka ke arah yang belum pernah dijelajahi oleh Gu Lang sebelumnya.Setelah pertemuan yang mengharukan dengan Tuan Tua, Gu Lang dan Qian Yu meninggalkan ruangan di Menara Langit dengan pikiran yang dip
Setelah memastikan orang tuanya menetap dengan baik di desa kecil itu, Gu Lang kembali ke Sekte Yan untuk berpamitan dengan teman-temannya. Momen itu terasa emosional baginya, karena dia tahu perjalanan selanjutnya tidak akan mudah, dan mungkin akan memakan waktu yang lama sebelum dia bisa kembali.Di kamar Gu Lang, teman-teman Gu Lang berkumpul untuk mengucapkan selamat tinggal. Wang Jun, berdiri di tengah kerumunan dengan tatapan serius. “Gu Lang, aku tidak percaya kamu benar-benar akan pergi. Kami semua akan merindukanmu.”“Ya, aku juga akan merindukan kalian,” jawab Gu Lang, mencoba menyembunyikan perasaannya. “Tapi ini adalah jalanku. Aku harus menemukan cara untuk melindungi kita semua dari ancaman yang mungkin datang.”Tuan Muda Feng, salah satu teman Gu Lang lainnya, menepuk bahunya. “Kami tahu kamu kuat, Gu Lang. Jangan ragu untuk kembali jika kamu butuh bantuan. Kami akan selalu ada di sini.”“Terima kasih, teman-teman. Aku akan ingat itu,” Gu Lang tersenyum, meskipun hatiny
Kabar tentang kehancuran klan Shu menyebar dengan cepat di seluruh kota Xuanzhong, mengguncang komunitas dan menggantikan suasana tenang dengan ketegangan yang mendalam. Warga kota berkumpul di pasar, di tepi jalan, dan di kedai minuman, membicarakan insiden yang tidak terbayangkan itu. Mereka berbisik dengan penuh rasa ingin tahu dan ketakutan, saling bertukar informasi tentang apa yang sebenarnya terjadi. “Apakah kamu sudah mendengar? Klan Shu musnah dalam semalam!” seru seorang pedagang, suaranya bergetar dengan ketegangan. “Semua anggota klan, termasuk tuan muda Shu Baicao, ditemukan tewas di kediaman mereka!” Seorang wanita yang sedang membeli sayur terkejut dan menjawab, “Bagaimana bisa itu terjadi? Klan Shu adalah salah satu klan terkuat di kota ini! Siapa yang berani melakukannya?” “Tidak ada yang tahu, tetapi ada desas-desus bahwa itu adalah tindakan balas dendam,” kata seorang pria berusia paruh baya. “Klan Shu telah banyak musuh, terutama setelah konflik dengan klan lain
Keluarga Shu IPada malam itu, kediaman Keluarga Shu masih sangat tenang bahkan penjaga di sekitar gapura terlihat menikmati minuman sambil tertawa dan memainkan permainan kartu.Namun pada detik-detik berikutnya, udara dingin seperti menyapu wilayah itu membuat bulu kuduk berdiri."Apa kalian merasa ada yang aneh?" tanya seorang penjaga.Sejenak permainan kartu berhenti karena pertanyaan tersebut. Sayangnya yang lain menganggap hal ini wajar dan malah menertawakannya."Tidak ada yang aneh. Kau pasti sedang mencari alasan karena akan kalah dalam permainan." Tawa mereka menggema. Penjaga yang merasakan prasangka buruk pun hanya mencebikkan bibir kemudian memperbaiki posisi duduknya."Sekarang giliranku, kan? Aku akan ...."Sebelum dapat menyelesaikan kalimatnya, satu energi kekuatan melesat dari kegelapan menghancurkan meja permainan mereka. mereBang!Seketika semua kartu terbang berhamburan. Meja terbalik dan lima penjaga yang sedang bermain jatuh tersungkur."Kurang ajar! Siapa yang