Gu Lang menjerit kesakitan, saat merasakan kulitnya mengelupas dan dagingnya seolah terpanggang hangus. Tapi kenyataannya tubuhnya masih baik-baik saja.Selama beberapa menit dia mengalami penyiksaan gila itu, hingga saat api itu menghilang dan tubuh Gu Lang jatuh terduduk dengan nafas yang tersengal-sengal."Sepertinya mantra penempa jiwa itu berguna lagi, dan tubuhku rasanya semakin kuat." Gumam Gu Lang, "Ketidakberuntungan yang menjadi sebuah keberuntungan, benar-benar tidak terduga." Gu Lang tersenyum.Sekarang dia mengerti kenapa banyak kultivator yang mati di menara ini, seperti apa yang tertulis di dalam gulungan yang Gu Lang temukan.'Jika mereka bukan orang yang berasal dari tempat yang sama dengan pemilik asli gulungan itu, maka mereka tak akan mendapatkan mantra penempa jiwa raga yang bisa melindungi mereka dari banyak ujian di menara sembilan tingkat itu'."Tubuh Wajra dan Jiwa Dewa, benar-benar mantra penempa jiwa raga yang sangat hebat." Gu Lang kembali mengambil dadunya
Wanita itu tidak marah atau kesal, namun justru dia tersenyum mendengar jawaban Gu Lang yang begitu tegas dan lugas. Diakui atau tidak, di balik kecantikan seorang wanita memang sering kali tersembunyi bahaya tak kasat mata yang siap mengintai mangsanya. Dan dimana kecantikan wanita itu ada, maka di sanalah selalu ada masalah yang tiada habisnya.Pada intinya, tak ada kecantikan yang tak menimbulkan masalah. Entah masalah itu berasal dari pemilik wajah ayu itu, atau dari orang-orang yang menginginkan wajah ayu itu untuk mereka miliki.Karena itulah Gu Lang tak pernah menyukai wanita cantik, dalam artian para pria. Dia menyukai wanita cantik dari dalam, dari segumpal daging yang mereka miliki. Yang menentukan cantik dan tidaknya si pemilik, yaitu hati."Mau secantik apapun wajahmu, jika hatimu hitam maka kecantikan itu tak akan menggetarkan hatiku. Tapi meski hanya ada sedikit kecantikan di wajahmu, tapi begitu besar kecantikan di hatimu maka di saat itulah hatiku akan bergerar untukmu
Gu Lang kembali naik ke atas batu itu, untuk menantang rasa sakit yang begitu membuatnya merasa berada di neraka dunia itu.Namun kali ini, Gu Lang berusaha keras untuk fokus agar dirinya bisa masuk ke persepsi jiwanya, untuk mengurangi rasa sakit pada raganya.Dan kini Gu Lang berhasil masuk ke persepsi jiwanya.Dia kembali pusaran mengerikan itu, pusaran yang pernah mencabik-cabik jiwanya dan membuatnya merasa terombang-ambing di tengah gerbang alam baka.Rasa dimana dia ingin hidup dan mati di saat yang bersamaan, rasa dimana dia ingin menyerah namun juga tak ingin menyerah di saat yang sama.Tapi sepertinya Gu Lang menyadari keanehan dalam pusaran itu, ada sebuah pusaran lain yang membumbung tinggi layaknya tornado.Namun anehnya, pusaran tinggi itu memiliki dua warna yaitu merah dan biru. Warna merah yang melambangkan hawa panas dari api dan warna biru yang melambangkan hawa dingin dari es."Apa ini efek dari air terjun giok?" batin Gu Lang.Perlahan namun pasti, pusaran tornado
Tak mau menunggu lama, Gu Lang pun memutar roda keberuntungan itu.Roda itu mulai berputar dengan cepat, menimbulkan rasa penasaran dan juga terselip sedikit rasa cemas di hati Gu Lang.Hingga putaran roda itu kian melambat dan terus melambat, jarum penunjuk pun akhirnya berhenti di salah satu bagian bertuliskan petir langit, membuat Gu Lang manautkan alisnya bingung."Petir langit? Apa ini sebuah hadiah, atau—"Belum selesai Gu Lang bergumam, sebuah awan hitam tiba-tiba saja muncul di atas kepalanya.Awan itu memunculkan sambaran kilat yang terdengar menggelegar, dan tentu saja hal itu cukup membuat Gu Lang tau jika itu bukanlah suatu pertanda baik tentunya.Dan benar saja, sesaat setelahnya petir mulai menyambar tubuhnya. Membuat Gu Lang menjerit kesakitan, dan sialnya petir itu tak hanya menyambar tubuhnya sekali atau dua kali.Teriakan Gu Lang terus terdengar hingga sampai pada sambaran ke sembilan, dan kini tubuh Gu Lang sudah berwarna hitam akibat sambaran petir yang menggila it
"Tidak tuan. Saat ini tuan berada di pusat menara langit, tempat tinggal pemilik menara sebelumnya."Luo Luo pun akhirnya menjelaskan segalanya tentang menara langit, pada Gu Lang.Menara sembilang tingkat milik sekte bulan sabit itu, sebenarnya bernama menara langit.Tempat ini sebelumnya difungsikan sebagai menara pelatihan, bagi murid-murid sekte suci di dunia atas atau dunia para dewa.Seseorang yang sudah mencapai puncak kultivasi di dunia ini dan menembusnya, maka ia bisa naik ke dunia atas untuk melanjutkan pelatihannya.Dan menara ini adalah milik sekte suci, sebelum sekte suci dihancurkan oleh klan kegelapan.Tetua sekte mengirim menara ini ke dunia bawah untuk mengamankannya, dan menara ini akan memilih sendiri siapa penerus yang di takdirkan itu."Jadi maksudnya aku adalah orang yang terpilih? Tapi kenapa aku?""Kalau untuk itu, hamba juga tidak tau tuan. Tapi tuan tua pernah berkata, hanya seseorang yang berasal dari tempat yang sama dengannya, yang bisa menaklukkan menara
"Ketua sekte memintaku untuk membawamu ke sana, setelah menara langit memancarkan sinar keemasan yang menandakan bahwa seseorang berhasil menaklukkannya, setelah ratusan tahun tidak pernah ada yang berhasil." Ujarnya panjang lebar."Aku ingin meminta maaf, karena tadinya aku sempat meremehkanmu dan mengira kau sudah mati bahkan sebelum masuk ke menara sembilan tingkat."Gu Lang pun kembali teringat saat dia menaiki tangga menuju ke menara itu, dan kembali teringat dengan ilusi yang hampir saja membuatnya benar-benar mati untuk kedua kalinya setelah kecelakaan yang membawanya ke dunia ini."Ehm, sebenarnya aku memang hampir saja mati karena ilusi itu, tetua. Tapi sepertinya ada orang yang memanggilku dan mengingatkanku jika itu hanyalah ujian kecil sebelum ujian yang sebenarnya dimulai."Tetua itu pun sedikit bingung mendengar ucapan Gu Lang, tapi akhirnya dia memilih untuk mengabaikan hal itu dan membawa Gu Lang untuk segera menuju ke aula utama.Di aula utama..."Aku penasaran, siapa
Tetua Leng yang mengerti maksud ketua sekte pun, menganggukkan kepalan kemudian berkata."Masa depan yang cerah, bahkan pencapaian yang mungkin tidak bisa kita raih akan menjadi miliknya."Ketua sekte tersenyum mendengarnya, karena apa yang tetua Leng katakan benar-benar sama dengan apa yang tengah dia pikirkan saat ini tentang masa depan Gu Lang yang cerah.*"Tetua agung, aku sudah membawa pilnya." Gu Lang langsung menyerahkan pil itu pada tetua agung, saat dirinya baru sampai di tempat Xiao San.Tetua agung pun tersenyum melihat Gu Lang kembali dengan selamat, karena itu berarti dia sudah lolos.Namun entah kenapa dia merasa jika niat awalnya untuk menjadikan Gu Lang sebagai murid pribadinya setelah lolos dari menara sembilan tingkat itu, kini seolah menjadi tidak pantas untuk dia ucapkan."Kenapa aku merasa tidak pantas untuk menjadi gurunya?" batin tetua agung.Dia memasukkan pil penyambung nyawa itu ke dalam mulut Xiao San, dan mengalirkan energi miliknya ke tubuh Xiao San untuk
Xing Yan begitu terkejut mendengarnya, karena awalnya dia mengira musuhnya ingin menghabisi seluruh keluarga Gu tanpa terkecuali.Tapi kini mereka malah mengatakan jika mereka akan membiarkan Xing Yan hidup, setidaknya untuk beberapa saat.Namun di sisi lain, hal itu juga membuat Gu Xing Yan semakin yakin jika memang ada kekuatan besar yang mengendalikan kelima keluarga besar itu.Seorang tokoh di balik layar yang mampu memerintahkan mereka untuk memusnahkan keluarga Gu dan berniat menjadikannya sandra.*Gu Lang yang sedang berlatih, tiba-tiba saja menghentikan pelatihannya.Sesuatu seolah membuatnya diliputi persaan tidak tenang dan terus saja membuatnya gelisah sejak tadi, seolah merasakan adanya bencana besar sedang menimpa keluarganya."Ada apa ini, kenapa perasaanku tidak enak?"Namun akhirnya Gu Lang memilih mengabaikan perasaan cemasnya dan kembali melanjutkan perjalannya.Karena dia harus segera sampai di kota Chuxuan, dan mendapatkan pil yang dia cari untuk menyembuhkan Xiao