แชร์

Calon Suami?

ผู้เขียน: Axeliayaa
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-02-24 13:33:07

Ruangan persidangan mendadak terasa lebih panas setelah pernyataan Elena.

Rafael menegang, matanya menyipit tajam ke arah mantan istrinya. “Kau bilang apa?” suaranya rendah, nyaris seperti geraman.

Elena tetap tersenyum, tanpa sedikit pun gentar. “Aku ingin surat pendaftaran pernikahan baru, Tuan Mario.” Ia menoleh ke hakim dengan nada sopan namun tegas, seolah tak peduli pada reaksi Rafael.

Rafael menggeleng tak percaya. Ia tertawa kecil, tetapi tidak ada humor dalam suara itu. “Jangan bercanda, Elena.”

“Aku tidak bercanda,” sahut Elena ringan.

Rafael mengepalkan tangannya. Ini tidak masuk akal. Elena jelas-jelas tidak pernah tampak dekat dengan siapa pun. Tidak pernah ada pria lain di sekitarnya selama ini. Jadi, bagaimana mungkin ia bisa memiliki calon suami baru?

Konyol.

“Elena,” Rafael bersandar ke meja, tatapannya tajam dan penuh tekanan. “Kau bahkan tidak punya siapa-siapa. Jangan mempermalukan dirimu sendiri dengan lelucon semacam ini.”

Elena menatap mantan suaminya dengan ekspresi santai. “Siapa bilang aku tidak punya siapa-siapa?”

Rafael semakin frustrasi. “Kalau begitu, siapa dia? Tunjukkan padaku!”

Dengan santai, Elena melirik arlojinya. “Sebentar lagi dia datang,” jawabnya ringan. “Jadi, Tuan Mario, bisakah Anda menyiapkan formulirnya?”

Hakim Mario terdiam, menimbang situasi di hadapannya. Ia menatap Elena, lalu Rafael yang jelas-jelas tengah dilanda emosi.

Sementara itu, Samantha mulai gelisah di tempatnya. Matanya bergerak gelisah antara Rafael dan Elena. Ini tidak seharusnya terjadi. Jika Rafael mulai goyah…

Tidak. Samantha tidak bisa membiarkan itu.

Ia buru-buru meraih lengan Rafael, menariknya sedikit ke belakang. “Rafael, tenang,” katanya dengan nada lembut. “Mungkin Elena hanya menggertak. Dia tidak benar-benar ingin menikah lagi.”

Rafael menatapnya sekilas, tetapi amarahnya tidak surut. “Dia pikir ini permainan?”

Samantha memasang ekspresi penuh pengertian, meskipun di dalam hati ia diliputi ketakutan. Ia tahu betul bahwa Rafael adalah pria yang tidak suka dikalahkan, dan sekarang ia terlihat sangat terpancing oleh tindakan Elena.

Jika Rafael berubah pikiran tentang perceraian ini… Samantha bahkan tidak ingin membayangkan kemungkinan itu.

Ia berbalik, mendekati Elena dengan wajah penuh kepedihan palsu. “Elena… aku tahu kau marah padaku,” suaranya bergetar sedikit, menciptakan efek dramatis. “Jika kau ingin melampiaskan kemarahanmu, marahlah padaku. Jangan pada Rafael. Jangan mempermainkan perasaannya seperti ini…”

Elena menatap Samantha sebentar sebelum terkekeh pelan.

Samantha mengerutkan kening. “Apa yang lucu?” tanyanya pelan, berusaha tetap terlihat lemah dan tersakiti.

“Kau benar-benar luar biasa, Samantha,” ujar Elena santai. “Selalu ingin terlihat seperti korban dalam setiap situasi.”

Samantha mengedipkan matanya beberapa kali, berpura-pura tidak mengerti.

Elena kemudian berbalik menghadap Rafael dengan tatapan penuh arti. “Lucu sekali melihat reaksimu, Rafael.”

“Apa maksudmu?” Rafael mendengus.

Elena menyilangkan tangan. “Kau sendiri yang bilang dulu, pernikahan kita hanyalah bisnis. Tidak ada cinta. Jadi kenapa sekarang kau begitu emosional saat aku ingin menikah lagi?”

Wajah Rafael mengeras.

Samantha menegang di tempatnya.

Ruangan kembali sunyi.

Elena melanjutkan dengan suara yang lebih tajam, “Kau dengan mudah membawa wanita lain ke rumah kita, tapi saat aku mengatakan ingin menikah lagi, kau bertindak seolah itu tidak masuk akal? Bukankah ini lucu, Rafael?”

Rafael terdiam, rahangnya mengatup kuat.

Elena mendekatkan diri sedikit ke arahnya, berbicara dengan nada yang hampir seperti bisikan. “Jangan bilang kau masih peduli padaku?”

Rafael terkesiap, ekspresinya berubah.

Ia ingin menyangkal, tetapi tidak ada kata-kata yang keluar dari mulutnya.

Samantha menggigit bibir, hatinya berdegup kencang. Ia merasa seperti berada di ambang bencana besar.

Elena melirik ke arah pintu dengan tenang. “Sebentar lagi dia akan datang,” katanya santai. “Jadi, haruskah kita lanjutkan proses ini, Tuan Mario?”

Hakim Mario menatapnya lama, sebelum akhirnya menarik napas dan meraih dokumen di depannya. “Baiklah, saya akan menunggu calon suami Anda datang sebelum melanjutkan.”

Rafael mengepalkan tangan lebih erat, sementara Samantha menggenggam lengan Rafael lebih kuat, takut kehilangan kendali atas situasi ini.

Namun, Elena hanya duduk dengan tenang, menunggu pintu terbuka dan seseorang masuk ke ruangan ini…

---------

Suasana di ruangan persidangan yang semula dipenuhi ketegangan tiba-tiba berubah drastis ketika pintu terbuka.

Seorang pria tinggi tegap melangkah masuk dengan penuh percaya diri. Jasnya berwarna maroon, senada dengan gaun Elena, membungkus tubuh maskulinnya dengan sempurna. Garis rahangnya tajam, hidungnya lurus, dan mata elangnya menatap tajam ke depan, memancarkan aura berwibawa sekaligus berbahaya.

Dasi hitam yang melengkapi setelannya memberi kesan elegan yang tak terbantahkan, sementara kancing jasnya yang terbuka sedikit mengungkapkan leher kekarnya. Wajahnya tampan dengan janggut tipis yang justru menambah daya tariknya—membuatnya terlihat dewasa dan matang.

Tatapan dinginnya menyapu ruangan sebelum akhirnya mendarat pada Elena. Saat itu juga, senyuman pongah tersungging di bibir wanita itu.

Elena bangkit dari kursinya dengan anggun, melangkah mendekat dengan penuh percaya diri. “Kau datang tepat waktu,” ucapnya, suaranya tenang namun penuh arti.

Pria itu mengulurkan tangannya, membiarkan Elena menggamit lengannya dengan elegan. Mereka berdiri berdampingan—serasi dan tak tertandingi.

Rafael mendelik, dadanya naik-turun menahan amarah. Ia menggerakkan dagunya, matanya menajam menatap pria asing itu.

Siapa dia?

Seumur hidupnya, Rafael tidak pernah melihat lelaki ini dalam lingkaran sosial mereka. Tidak di acara bisnis, tidak di pesta sosialitas, tidak di mana pun.

Dari samping, Samantha juga membeku di tempatnya.

Mulutnya sedikit terbuka, matanya melebar saat mengamati pria itu.

Pria itu begitu tampan—bukan hanya sekadar tampan, tapi juga memiliki daya tarik yang mengintimidasi. Karismanya begitu kuat hingga membuat Rafael tampak tak ada apa-apanya.

Jantung Samantha berdebar tanpa bisa dikendalikannya.

Samantha segera menggigit bibirnya, berusaha mengalihkan pikirannya. Tidak. Tidak mungkin Elena benar-benar punya pria seperti ini.

Mata Samantha menyipit, bibirnya mengerucut sedikit. Dengan nada tajam, ia menuduh, “Elena… apa kau menyewa pria ini hanya untuk menggertak kami?”

Elena mengalihkan tatapannya ke Samantha, lalu terkekeh pelan. “Kau benar-benar lucu, Samantha.”

Samantha mengernyit. “Apa maksudmu?”

Elena menarik napas sebelum menatap Samantha dengan tajam. “Fokuslah mengurus calon suamimu sendiri, dan berhentilah ikut campur dalam hidupku.”

Samantha terdiam, wajahnya memerah.

Rafael masih berdiri kaku di tempatnya, tangannya mengepal kuat di sisi tubuhnya.

Sementara itu, Hakim Mario akhirnya bersuara. “Nyonya Elena,” katanya, matanya berpindah dari Elena ke pria di sampingnya. “Anda yakin ingin melanjutkan ini?”

Elena mengangguk mantap. “Tentu saja.”

Hakim Mario menatap pria di samping Elena sejenak sebelum akhirnya menghela napas. “Baiklah, jika begitu. Silakan ikut saya ke ruangan lain untuk menyelesaikan pendaftaran pernikahan.”

Elena mengangguk, menggamit erat lengan pria itu, lalu melangkah maju tanpa menoleh lagi ke arah Rafael maupun Samantha.

Sementara itu, Rafael tetap berdiri di tempatnya, hatinya diliputi kemarahan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

Samantha hanya bisa menggigit bibir, menyembunyikan gejolak di dalam dirinya.

Siapa sebenarnya pria itu?

Dan bagaimana bisa Elena mendapatkan seseorang yang begitu menakjubkan—sesuatu yang bahkan tidak pernah Samantha bayangkan?

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทที่เกี่ยวข้อง

  • Getting Married Again   Tertantang

    Pintu kantor catatan sipil terbuka, dan Elena melangkah keluar dengan anggun. Senyum tipisnya masih terukir, tidak lebar, tetapi cukup untuk memperlihatkan kepuasan dalam dirinya.Di sisinya, pria tampan yang baru saja resmi menjadi suaminya berjalan dengan tenang, tangannya dimasukkan ke dalam saku celana jasnya, memperlihatkan sikap santai yang tetap penuh wibawa.Namun, langkah mereka terhenti begitu saja.Di depan pintu, Rafael sudah berdiri menunggu. Tatapannya tajam, wajahnya tegang. Samantha ada di sampingnya, masih menempel seperti bayangan, seolah takut Rafael akan berpaling begitu saja.Elena mendesah pelan. Sudah kuduga."Apa maksudmu dengan semua ini, Elena?" Rafael akhirnya membuka suara.Elena menatapnya sebentar, lalu mengangkat bahu santai. "Apa maksudmu? Bukankah semua sudah jelas?""Apa kau bercanda?!" Rafael hampir membentaknya. "Kau benar-benar menikah hari ini? Dengan pria yang bahkan tidak pernah kukenal?!"Elena terkekeh pelan. "Bukankah itu bukan urusanmu lagi,

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-26
  • Getting Married Again   Rumah Baru

    Elena mengernyit saat mobil melaju semakin jauh dari jalan menuju Hotel Emerald. Gedung pencakar langit yang seharusnya menjadi tujuan mereka kini hanya tampak di kejauhan.Dengan alis bertaut, ia akhirnya bersuara."Bukankah seharusnya kita ke Hotel Emerald?" Suaranya terdengar tenang, tapi ada sedikit nada curiga di dalamnya.Sopir yang mengenakan setelan rapi menoleh sekilas melalui kaca spion. “Mohon maaf, Nyonya. Tuan Arvino meminta saya mengantar ke tempat lain.”Elena langsung menoleh ke arah pria yang kini resmi menjadi suaminya. "Kita mau ke mana?" tanyanya, kali ini suaranya lebih tajam.Arvino, yang sejak tadi hanya bersandar santai dengan satu tangan di dagunya, akhirnya menoleh dengan ekspresi tenang. Bibirnya sedikit melengkung. “Ke rumah baru kita.”Elena terdiam.Rumah baru?Sejak kapan mereka memiliki rumah bersama? Bukankah dia baru mengenal pria ini beberapa jam lalu?Matanya menyipit, berusaha menangkap maksud tersembunyi di balik kata-kata Arvino. Namun, pria itu

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-17
  • Getting Married Again   Perjanjian Perceraian

    "Untuk mengkonfirmasi, saya perlu Anda mengatakannya sekali lagi. Nyonya Elena Ashley, apakah Anda menyetujui perceraian ini?" Mario Peterson, seorang hakim pengadilan dan rekan terpercayanya selama bertahun-tahun, mengangkat pandangannya dari surat-surat perceraian dan menggenggam pena, siap untuk menyerahkannya. Dia mengambil waktu sejenak untuk melihat wanita yang duduk di sebelahnya—sebenarnya, dia tidak terlihat seperti datang untuk bercerai. Wanita disampingnya lebih terlihat seperti datang untuk membalas dendam. Wajahnya segar dengan sentuhan riasan yang halus, rambut panjangnya yang tergerai jatuh dalam gelombang berkilau di punggungnya. Dia mengenakan gaun sutra merah maroon selutut dan tidak memakai perhiasan atau aksesori kecuali sepasang anting mutiara. Tampilan yang sederhana namun entah bagaimana sangat tidak cocok dan sangat kontras dengan warna gelap polos yang dikenakan oleh orang lain yang hadir di ruangan itu. Dia tampak mulia dan bermartabat, seperti bia

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-24
  • Getting Married Again   Wanita Yang Dibawa Pulang

    Elena tidak pernah mengira kehidupannya akan menjadi seperti ini. Dulu, ia menerima pernikahan dengan Rafael tanpa cinta, hanya demi kepentingan bisnis keluarga. Ayahnya—seorang pengusaha sukses, Direktur Eksekutif Ashley Group—menganggap Rafael yang juga berasal dari keluarga pengusaha, putra Tuan Shaquille, CEO SH Group, sebagai menantu ideal untuk mempertahankan kekuasaan mereka di dunia bisnis. Elena tidak keberatan saat itu. Toh, ia juga tidak sedang mencintai pria lain. Pernikahan tanpa cinta mungkin tidak seburuk yang orang-orang pikirkan. Namun, semua berubah ketika Samantha datang. Samantha adalah teman lama Rafael, setidaknya begitulah ucap Rafael ketika menjelaskan siapa itu Samantha. Perempuan itu tiba-tiba muncul kembali bersama Rafael setelah perjalanan bisnisnya, dalam keadaan mengenaskan—tanpa pekerjaan, tanpa tempat tinggal, dan penuh air mata. Ia mengaku diusir dari rumah kontrakannya dan tidak memiliki siapa-siapa lagi di kota ini. Rafael, yang masih merasa

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-24
  • Getting Married Again   Mari Kita Berpisah

    Bab 3 Hari-hari Elena selalu sibuk. Selain mengelola hotelnya, ia juga menjabat sebagai salah satu direktur di SH Group, perusahaan yang diwariskan oleh ayah Rafael. Kantornya berada di gedung yang sama dengan Rafael, hanya berbeda lantai. Meski memiliki jabatan tinggi, ia tidak memiliki kebebasan penuh. Warisan mendiang ayah mertuanya dan perjanjian pernikahan mereka telah membuatnya terikat dalam sistem yang tidak menguntungkannya. Namun, semua itu akan segera berakhir. Di lantai 28, kantor Elena dipenuhi dengan suara klik-klak sepatu hak tinggi, dering telepon yang tak henti-henti, serta suara para pegawai yang sibuk menyelesaikan laporan. Di antara mereka, Anna, sekretaris pribadinya, dengan cekatan membolak-balik dokumen di tangan. Elena duduk di balik meja besar dengan laptop terbuka di depannya. Rambut panjangnya yang tergerai rapi hanya sedikit berantakan akibat kesibukan sejak pagi. Meski demikian, penampilannya tetap elegan dalam setelan jas mahal berwarna navy. "An

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-24
  • Getting Married Again   Sidang Cerai

    Di dalam mobil dalam perjalanan pulang, Elena membuka linimasa grup gosip yang telah dibuat bertahun-tahun lalu oleh para wanita kaya di lingkaran sosialnya. Grup ini ibarat "pesta teh digital", hanya saja dengan lebih banyak tamu—bahkan beberapa tamu tak diundang. Menggulir linimasa yang menumpuk semalaman adalah bagian dari rutinitas paginya. Bukan karena ia menikmati drama yang terjadi, melainkan karena ia perlu selalu tahu perkembangan terbaru untuk unggul dalam posisinya. Hari ini tidak berbeda. Jarinya terus menggeser layar ponsel, melewati obrolan tentang siapa yang menghadiri acara amal mana, siapa yang mengenakan gaun merek apa, hingga akhirnya—nama Rafael Shaquille muncul di linimasa. Elena berhenti menggulir. “Ternyata benar, Rafael Shaquille membawa seorang wanita ke rumahnya.” “Kudengar wanita itu tinggal di sana sekarang.” “Dia teman lama, kan?” “Kalau teman, kenapa sampai tinggal satu atap?” "@Elena, kau baik-baik saja?" Elena mengepalkan tangannya di atas pan

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-24

บทล่าสุด

  • Getting Married Again   Rumah Baru

    Elena mengernyit saat mobil melaju semakin jauh dari jalan menuju Hotel Emerald. Gedung pencakar langit yang seharusnya menjadi tujuan mereka kini hanya tampak di kejauhan.Dengan alis bertaut, ia akhirnya bersuara."Bukankah seharusnya kita ke Hotel Emerald?" Suaranya terdengar tenang, tapi ada sedikit nada curiga di dalamnya.Sopir yang mengenakan setelan rapi menoleh sekilas melalui kaca spion. “Mohon maaf, Nyonya. Tuan Arvino meminta saya mengantar ke tempat lain.”Elena langsung menoleh ke arah pria yang kini resmi menjadi suaminya. "Kita mau ke mana?" tanyanya, kali ini suaranya lebih tajam.Arvino, yang sejak tadi hanya bersandar santai dengan satu tangan di dagunya, akhirnya menoleh dengan ekspresi tenang. Bibirnya sedikit melengkung. “Ke rumah baru kita.”Elena terdiam.Rumah baru?Sejak kapan mereka memiliki rumah bersama? Bukankah dia baru mengenal pria ini beberapa jam lalu?Matanya menyipit, berusaha menangkap maksud tersembunyi di balik kata-kata Arvino. Namun, pria itu

  • Getting Married Again   Tertantang

    Pintu kantor catatan sipil terbuka, dan Elena melangkah keluar dengan anggun. Senyum tipisnya masih terukir, tidak lebar, tetapi cukup untuk memperlihatkan kepuasan dalam dirinya.Di sisinya, pria tampan yang baru saja resmi menjadi suaminya berjalan dengan tenang, tangannya dimasukkan ke dalam saku celana jasnya, memperlihatkan sikap santai yang tetap penuh wibawa.Namun, langkah mereka terhenti begitu saja.Di depan pintu, Rafael sudah berdiri menunggu. Tatapannya tajam, wajahnya tegang. Samantha ada di sampingnya, masih menempel seperti bayangan, seolah takut Rafael akan berpaling begitu saja.Elena mendesah pelan. Sudah kuduga."Apa maksudmu dengan semua ini, Elena?" Rafael akhirnya membuka suara.Elena menatapnya sebentar, lalu mengangkat bahu santai. "Apa maksudmu? Bukankah semua sudah jelas?""Apa kau bercanda?!" Rafael hampir membentaknya. "Kau benar-benar menikah hari ini? Dengan pria yang bahkan tidak pernah kukenal?!"Elena terkekeh pelan. "Bukankah itu bukan urusanmu lagi,

  • Getting Married Again   Calon Suami?

    Ruangan persidangan mendadak terasa lebih panas setelah pernyataan Elena. Rafael menegang, matanya menyipit tajam ke arah mantan istrinya. “Kau bilang apa?” suaranya rendah, nyaris seperti geraman. Elena tetap tersenyum, tanpa sedikit pun gentar. “Aku ingin surat pendaftaran pernikahan baru, Tuan Mario.” Ia menoleh ke hakim dengan nada sopan namun tegas, seolah tak peduli pada reaksi Rafael. Rafael menggeleng tak percaya. Ia tertawa kecil, tetapi tidak ada humor dalam suara itu. “Jangan bercanda, Elena.” “Aku tidak bercanda,” sahut Elena ringan. Rafael mengepalkan tangannya. Ini tidak masuk akal. Elena jelas-jelas tidak pernah tampak dekat dengan siapa pun. Tidak pernah ada pria lain di sekitarnya selama ini. Jadi, bagaimana mungkin ia bisa memiliki calon suami baru? Konyol. “Elena,” Rafael bersandar ke meja, tatapannya tajam dan penuh tekanan. “Kau bahkan tidak punya siapa-siapa. Jangan mempermalukan dirimu sendiri dengan lelucon semacam ini.” Elena menatap mantan suaminya de

  • Getting Married Again   Sidang Cerai

    Di dalam mobil dalam perjalanan pulang, Elena membuka linimasa grup gosip yang telah dibuat bertahun-tahun lalu oleh para wanita kaya di lingkaran sosialnya. Grup ini ibarat "pesta teh digital", hanya saja dengan lebih banyak tamu—bahkan beberapa tamu tak diundang. Menggulir linimasa yang menumpuk semalaman adalah bagian dari rutinitas paginya. Bukan karena ia menikmati drama yang terjadi, melainkan karena ia perlu selalu tahu perkembangan terbaru untuk unggul dalam posisinya. Hari ini tidak berbeda. Jarinya terus menggeser layar ponsel, melewati obrolan tentang siapa yang menghadiri acara amal mana, siapa yang mengenakan gaun merek apa, hingga akhirnya—nama Rafael Shaquille muncul di linimasa. Elena berhenti menggulir. “Ternyata benar, Rafael Shaquille membawa seorang wanita ke rumahnya.” “Kudengar wanita itu tinggal di sana sekarang.” “Dia teman lama, kan?” “Kalau teman, kenapa sampai tinggal satu atap?” "@Elena, kau baik-baik saja?" Elena mengepalkan tangannya di atas pan

  • Getting Married Again   Mari Kita Berpisah

    Bab 3 Hari-hari Elena selalu sibuk. Selain mengelola hotelnya, ia juga menjabat sebagai salah satu direktur di SH Group, perusahaan yang diwariskan oleh ayah Rafael. Kantornya berada di gedung yang sama dengan Rafael, hanya berbeda lantai. Meski memiliki jabatan tinggi, ia tidak memiliki kebebasan penuh. Warisan mendiang ayah mertuanya dan perjanjian pernikahan mereka telah membuatnya terikat dalam sistem yang tidak menguntungkannya. Namun, semua itu akan segera berakhir. Di lantai 28, kantor Elena dipenuhi dengan suara klik-klak sepatu hak tinggi, dering telepon yang tak henti-henti, serta suara para pegawai yang sibuk menyelesaikan laporan. Di antara mereka, Anna, sekretaris pribadinya, dengan cekatan membolak-balik dokumen di tangan. Elena duduk di balik meja besar dengan laptop terbuka di depannya. Rambut panjangnya yang tergerai rapi hanya sedikit berantakan akibat kesibukan sejak pagi. Meski demikian, penampilannya tetap elegan dalam setelan jas mahal berwarna navy. "An

  • Getting Married Again   Wanita Yang Dibawa Pulang

    Elena tidak pernah mengira kehidupannya akan menjadi seperti ini. Dulu, ia menerima pernikahan dengan Rafael tanpa cinta, hanya demi kepentingan bisnis keluarga. Ayahnya—seorang pengusaha sukses, Direktur Eksekutif Ashley Group—menganggap Rafael yang juga berasal dari keluarga pengusaha, putra Tuan Shaquille, CEO SH Group, sebagai menantu ideal untuk mempertahankan kekuasaan mereka di dunia bisnis. Elena tidak keberatan saat itu. Toh, ia juga tidak sedang mencintai pria lain. Pernikahan tanpa cinta mungkin tidak seburuk yang orang-orang pikirkan. Namun, semua berubah ketika Samantha datang. Samantha adalah teman lama Rafael, setidaknya begitulah ucap Rafael ketika menjelaskan siapa itu Samantha. Perempuan itu tiba-tiba muncul kembali bersama Rafael setelah perjalanan bisnisnya, dalam keadaan mengenaskan—tanpa pekerjaan, tanpa tempat tinggal, dan penuh air mata. Ia mengaku diusir dari rumah kontrakannya dan tidak memiliki siapa-siapa lagi di kota ini. Rafael, yang masih merasa

  • Getting Married Again   Perjanjian Perceraian

    "Untuk mengkonfirmasi, saya perlu Anda mengatakannya sekali lagi. Nyonya Elena Ashley, apakah Anda menyetujui perceraian ini?" Mario Peterson, seorang hakim pengadilan dan rekan terpercayanya selama bertahun-tahun, mengangkat pandangannya dari surat-surat perceraian dan menggenggam pena, siap untuk menyerahkannya. Dia mengambil waktu sejenak untuk melihat wanita yang duduk di sebelahnya—sebenarnya, dia tidak terlihat seperti datang untuk bercerai. Wanita disampingnya lebih terlihat seperti datang untuk membalas dendam. Wajahnya segar dengan sentuhan riasan yang halus, rambut panjangnya yang tergerai jatuh dalam gelombang berkilau di punggungnya. Dia mengenakan gaun sutra merah maroon selutut dan tidak memakai perhiasan atau aksesori kecuali sepasang anting mutiara. Tampilan yang sederhana namun entah bagaimana sangat tidak cocok dan sangat kontras dengan warna gelap polos yang dikenakan oleh orang lain yang hadir di ruangan itu. Dia tampak mulia dan bermartabat, seperti bia

สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status