Share

361. Andaikan ...

Penulis: VERARI
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-18 17:58:09
PLAK!

“Maaf, Kak Alan!” seru Laura.

Alan pernah berpesan kepada Emma dan Laura. Bila ada tanda-tanda dirinya akan melewati batas saat bersama Rachel, Alan meminta mereka untuk menyadarkan dirinya dengan keras.

Laura sangat serius saat menampar punggung Alan. Rasa panas menjalar di punggungnya hingga membuat gelora hasrat yang sesaat mampir langsung menghilang.

“Ugh ... terima kasih, Lau.”

Kendati demikian, Alan sangat malu karena menunjukkan sisi dirinya yang tak pernah ditunjukkan kepada orang lain.

“Kenapa Kakak malah berterima kasih? Apa punggung Kakak baik-baik saja?” Sementara Rachel agak terkejut oleh tindakan Laura yang tiba-tiba berbuat kasar kepada Alan.

Rachel akan memeriksa punggung Alan, tetapi Alan segera menghindar. “Aku ... oh ... tiba-tiba aku ingin cuci muka! Ha ha!” Alan segera melarikan diri ke kamar mandi.

“Kenapa Kak Laura menampar punggung Kak Alan? Bagaimana kalau tulang belakangnya patah?”

Laura menggaruk kepala sambil melirik Emma yang menghindari tata
VERARI

Updatenya selanjutnya agak lambat dulu ya ... 🙏

| 3
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (10)
goodnovel comment avatar
Nagasama
jake ini maruk bgt deh. carla diambil, rachel juga mau dikasih ade iparnya
goodnovel comment avatar
Deren
mau siapa ama siapa terserah dah thor, yang gaboleh itu update dikit² wkwk :p kapalku tetap Lasher, aku fans fanatik garis keras keluarga Lasher titik. :D
goodnovel comment avatar
ind ri
egois banget paman jake, biarkan akan bahagia napa setelah carla berhasil d rebut
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Gelora Hasrat sang Presdir   362. Bahaya Cemberut

    “Kau ini ... selalu tidak melihat situasi. Bagaimana kalau Kak Alan tidak mengajak Rachel dan anak-anak keluar tadi?” “Salahmu sendiri mendesah-desah dengan kencang.” Asher tersenyum miring. “Kendalikan dirimu saat bersamaku, Laura Smith ....” Pemilik rumah baru saja menyelesaikan kegiatan panas singkat mereka. Hanya satu cara itulah yang dapat Laura lakukan untuk meredam amarah Asher Smith. Asher masih berbaring dengan napas terengah-engah, sedangkan Laura sudah memakai pakaian untuk menemui Emma. “Kenapa buru-buru keluar? Aku masih ingin ....” Asher menarik Laura kembali ke ranjang. “Kau tidak mau menemui Theo? Bukankah kau memanggilnya datang untuk membicarakan pekerjaan?” “Nanti .... Ayolah, sekali lagi, Sayang ... aku masih marah sekarang ...,” bujuk Asher. Laura menepis tangan Asher. “Kau harus puasa sebelum pergi ke pantai.” Laura kemudian meninggalkan Asher yang sedang tercenung mencerna kata-katanya. Lalu, setelah Laura keluar, Asher langsung berguling-guling senang.

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-19
  • Gelora Hasrat sang Presdir   363. Meditasi

    Julian menatap seorang wanita yang duduk menunduk sambil mencengkeram kedua sisi lututnya. Wanita itu gemetaran dan tak berani menatap Julian. Beberapa menit lalu, Julian mendatangi Cindy dan seenaknya masuk ke apartemen itu. Cindy belum mendengar kabar Julian ada di negara tersebut karena sibuk mengurus Richard yang membangkang perintahnya. “Cindy ... Cindy ... jadi, kau sengaja berpura-pura hamil untuk membuka aib Richard yang pernah, dan sebenarnya sering bercinta denganmu karena jebakanmu?” Cindy tak membalas. Dia hanya menelan ludah bulat-bulat karena tenggorokannya terasa sangat kering secara mendadak. “Kau melakukannya agar Hillary tidak marah saat mengetahui fakta itu dari orang lain, sekaligus agar percaya bahwa Richard pria baik yang menjadi korban dari banyak pihak, termasuk dirimu?” Julian menjadi kesal karena lawan bicaranya tak menjawab. “Perlukah aku memotong lidahmu agar kau menjawabku? Atau kau tuli dan tidak bisa mendengarku? Kalau tidak butuh telinga, aku bisa m

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-19
  • Gelora Hasrat sang Presdir   364. Di Bawah Terik Matahari

    Asher Smith, pria yang dingin dan menyeramkan itu kembali. Seorang karyawan mendesak Theo untuk menyerahkan laporan. “Aku sedang sibuk, Tom. Kau tinggal melangkah sedikit lagi ke ruangan Tuan Asher. Tsk!” Tak jauh berbeda dari Asher, Theo saat ini sedang sibuk mengurus banyak hal. Asher seperti orang gila kerja yang menumpuk banyak berkas untuk segera diselesaikan. Pria bernama Tom itu mengetuk pintu ruangan Asher dengan ragu. Setelah dipersilakan masuk, Tom melangkah kecil masuk ke dalam. “Apa kakimu sakit!? Kau tidak bisa berjalan dengan benar?” sergah Asher. Tom mempercepat langkah kaki menuju meja kerja Asher. Kemudian menumpuk sebuah dokumen di atas dokumen yang menggunung. “Ini laporan keuangan minggu lalu, Tuan.” Asher menyambar dokumen itu. Mata elangnya tak hanya menyusuri kata demi kata dengan cepat, tetapi juga teliti. “Ini ... ini ....” Asher menunjuk sebuah area kosong yang belum diberi tanda titik. “Kau tidak bisa melakukan tugasmu dengan benar!? Sudah bosan beker

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-20
  • Gelora Hasrat sang Presdir   365. Si Perencana

    Bukan hanya keberuntungan Julian saat Asher meminta Laura menenangkan dirinya dengan liburan di pantai. Sejak piknik bersama di kapal pesiar, Julian sudah melihat gelagat aneh Asher yang sering melihat ke arah pantai. Terkadang, Asher tersenyum mesum dan meremas gemas pinggang Laura pada waktu itu. Julian juga mendapat laporan dari anak buahnya jika Asher memiliki banyak tempat liburan di luar imajinasinya, seperti rumah pohon misalnya. Dengan mengandalkan informasi dan seringai mesum Asher, Julian dapat menebak jika Asher ingin bersenang-senang dengan Laura di pantai. Hal tersebut diperkuat oleh pembicaraan Asher dan Laura saat bercinta di kapal, serta penolakan tegas Laura yang bersuara agak keras. Julian tak banyak ambil pusing dan hanya menikmati suasana. Hingga dirinya mendengar dari Asher sendiri jika Hillary menjambak rambut Rachel. Otak cepat Julian dalam berpikir langsung teringat kejadian itu dan sesuatu yang diinginkan Asher. Julian perlu menyingkirkan Asher untuk sesaat

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-20
  • Gelora Hasrat sang Presdir   366. Rasa Ciuman

    “Richard ....” Hillary menangkup mulut dengan ujung kedua telapak tangan. Akhir-akhir ini, banyak sekali yang membuat dirinya lelah dan banyak pikiran. Namun, lamaran Richard yang mendadak, dan meski bukan di tempat istimewa, Hillary sangat bahagia mendengarnya. “Aku punya banyak kekurangan yang sudah kau tahu ... tapi, aku tulus mencintaimu, Hillary Smith .... Aku berjanji akan selalu membahagiakanmu sampai akhir ....” Richard kembali mengulang pertanyaannya, “Maukah kau menikah denganku?” Hillary mengangguk tanpa kata. Tenggorokannya terasa kering oleh kegugupan dan kebahagiaan yang melanda. Richard mengambil cincin dari kotak perhiasan hitam, lalu menyelipkan cincin itu di jari manis Hillary. “Apa pun yang terjadi, aku akan menikah denganmu.” “Richard ....” Hillary memeluk Richard penuh kasih sayang. “Kau tidak seharusnya membeli cincin mahal di saat bisnismu belum berkembang. Apa pun yang kau beri, aku akan dengan senang hati menerima.” Richard tak menjawab. Entah mengapa ha

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-21
  • Gelora Hasrat sang Presdir   367. Menuruti Rasa Penasaran

    Astaga ... Alan rasanya ingin menangis. Ujian cinta yang dilaluinya kian berat. Bukan berasal dari Rangga, melainkan dari Rachel sendiri. ‘Bagaimana aku juga tahu? Aku melajang sejak lahir, Rachel! Aku juga ingin tahu ... sangat sangat ingin tahu!’ jerit Alan dalam hati. Kendati demikian, Alan menunjukkan raut wajah tenang. “Kau akan tahu jika saatnya tiba nanti ....” Rachel menunduk malu. “Selama ini, aku selalu mencari tahu sendiri setiap rasa penasaran yang menghantuiku. Aku tidak bisa merasa penasaran terus-menerus atau mengabaikannya.” Alan melompat-lompat sambil berteriak resah dalam benaknya. Namun, dia tak mungkin menunjukkan di depan Rachel. “Masih ada hal lain yang seharusnya kau pikirkan. Misalnya ...” ‘Misalnya apa?’ Alan tak bisa memikirkan apa pun. Bayangan yang muncul di kepalanya hanya bibir merah muda gadis di depannya, yang kian banyak hingga memenuhi otaknya. Benak Alan hanya dipenuhi warna merah muda. Hingga dia tak sadar meninggalkan percakapan dan justru me

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-21
  • Gelora Hasrat sang Presdir   368. Merayu Alan

    Seperti dugaan, kedua orang tua Hillary menentang rencana pernikahannya. Meski Hillary hanya memancing pembicaraan ke arah pernikahan dengan Richard tanpa mengatakan dengan jelas jika pria itu telah melamar dirinya, hasilnya tetap sama saja. Namun, Richard tak menyerah. Setelah diberi tahu Hillary, dia tetap mendatangi kediaman orang tua Hillary walaupun hasilnya tetap sama. “Aku akan pergi dari rumah kalau Papa dan Mama tidak merestuiku dan Richard! Lagi pula, aku sendiri yang akan menjalani pernikahan, bukan kalian!” Alhasil, Hillary mendapat tamparan keras dari Teressa. Orang tua Hillary telah membesarkan putri semata wayang mereka dengan sebaik-baiknya dan Hillary seenak hati akan pergi dari rumah, hanya demi pria yang terbukti hanya memanfaatkan dirinya. Setelah Paul dan Teressa mengusir Richard, mereka menghubungi Asher untuk meminjam pengawal. Hillary tak diizinkan pergi menemui Richard. Keluar rumah pun harus diikuti banyak pengawal. Pengamanan semakin ketat kala Asher tel

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-22
  • Gelora Hasrat sang Presdir   369. Semakin Mahir Merayu

    Seluruh anggota badan Asher yang seakan meleleh tadi siang, sekarang kembali normal. Di sore hari menjelang malam, embusan angin dingin di tepi pantai kian terasa. Saat ini, Asher sedang duduk memanggang ikan seperti manusia purba. Sebelumnya, dia membuat api dengan kayu bakar, menjaring ikan di laut, dan hanya memakai celana dalam. Sementara Laura tidur santai di kursi dekat gubuk sambil mengipasi badan Asher. Dia tak mau ikut membantu karena kesal dengan sang suami. Kendati demikian, Laura masih melayani Asher yang tak suka berkeringat akibat berada di dekat perapian. Demi bisa merealisasikan fantasi liarnya, Asher tak mengizinkan ada orang datang menyiapkan apa pun di sana. Laura tak bisa memasak, apalagi membuat api dengan kayu bakar. Laura juga sudah kelaparan sejak tadi dan mengajak Asher keluar ke restoran lebih dulu. Tetapi, Asher dengan tegas menolak. Mereka hanya liburan selama dua hari di akhir pekan. Asher akan menggunakan waktu sebaik-baiknya untuk melakukan apa pun y

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-22

Bab terbaru

  • Gelora Hasrat sang Presdir   441. Kehangatan Keluarga Smith

    Laura Smith berjalan keluar dari gedung perusahaan Hartley. Pekerjaannya telah usai saat menjelang jam makan siang.Sudah satu tahun Laura kembali bekerja. Laura tak perlu mengawasi Lana selama seharian penuh lagi.Lana saat ini sudah berusia hampir lima tahun, sedangkan Claus dan Collin pun sudah sekolah. Si kembar cukup bisa diandalkan menjaga adiknya meski terkadang membuatnya menangis. “Di mana Asher?” gumam Laura menanti Asher keluar dari mobil.Di tepi jalan, mobil mewah telah menanti Laura. Biasanya, Asher selalu menunggu Laura di depan pintu masuk kantor. Namun, dia tak melihat tanda keberadaan sang suami di mana-mana.“Kenapa malah anak-anak yang datang ke sini?” Laura gegas menghampiri mereka.Dua anak lelaki tampan dan berwajah serupa membuka pintu di kedua sisi mobil bagian belakang. Claus membantu adik perempuannya yang memakai gaun putih turun dari mobil. Si kembar kemudian menggandeng Lana di kanan dan kiri secara protektif. Seakan-akan tak ingin ada satu pun orang men

  • Gelora Hasrat sang Presdir   440. Hanya Asher

    Laura sudah menduga sejak awal saat dirinya melahirkan bayi perempuan. Asher pasti akan menjadi papa yang banyak membatasi pergerakan putri mereka. Dengan Rachel pun, Asher seperti ayah kandung yang selalu menegur setiap kali ada kesempatan. Laura takut membayangkan masa depan putrinya tidak akan bisa bebas, atau sulit mencari kebahagiaan yang diinginkannya karena tekanan dari Asher.Namun, kata-kata Asher yang menyatakan bahwa putri mereka tak akan berteman dengan siapa pun, Laura kali ini menyetujuinya. Setidaknya, untuk situasi sekarang.“Putri kami bahkan masih belum bisa melihat dengan jelas. Sebaiknya, kita membicarakan masalah teman bermainnya kalau dia sudah agak dewasa,” kata Laura kepada para nyonya besar yang hadir di pesta.Bukan hanya Asher yang diserang oleh tamu-tamu mereka, Laura pun demikian. Berbeda dari si kembar, jika putra mereka menjadi bagian dari Smith Group, besar kemungkinan dia bisa menduduki posisi tinggi tanpa bersusah payah, dan hanya karena menjadi suami

  • Gelora Hasrat sang Presdir   439. Hanya Milik Asher

    Lana Smith, putri pertama Asher dan Laura ditidurkan di tengah-tengah ranjang di kamar yang kini telah diubah sepenuhnya menjadi bernuansa merah muda. Asher, Claus, dan Collin tidur tengkurap mengelilinginya dan tak jenuh memandang bayi itu layaknya harta karun yang tak ternilai harganya.“Bibirnya bergerak-gerak, Papa,” bisik Collin.“Aduh … aku baru saja berkedip! Aku tidak melihatnya,” sesal Claus bermuram durja.“Nanti pasti bergerak lagi. Jangan terlalu keras bicara, Claus,” tegur Asher lirih.Claus cemberut dan hampir menyentuh pipi adik bayinya. Namun, Asher lekas mencegah dengan decapan dan menunjukkan tatapan tajam padanya.“Aku ingin menggendong adikku, Papa,” pinta Claus memelas.“Tidak boleh. Lana masih berusia dua hari lebih empat jam. Kau bisa menjatuhkan Lana.”Sejak diperbolehkan melihat bayi itu, mereka bertiga senantiasa mengamatinya dengan posisi sama. Asher mencatat setiap gerakan kecil Lana, sedangkan Claus dan Collin akan memberi tahu ketika dirinya sedang melakuk

  • Gelora Hasrat sang Presdir   438. Harapan Laura dan Asher

    Waktu berlalu dengan cepat. Perut Laura kini telah membesar dan hampir melahirkan.Asher dan Laura sepakat untuk tidak mencari tahu jenis kelamin bayi mereka karena pertentangan pendapat. Namun, dokter tetap memberi tahu bahwa bayi di dalam rahim Laura kali ini hanya ada satu.Asher meyakini bahwa bayinya berjenis kelamin perempuan, sedangkan Laura yakin bahwa anaknya lelaki. Sementara itu, orang-orang di sekeliling mereka pun memperdebatkan hal yang serupa dan tak ada yang menebak sama. Karena itu, kamar untuk bayi mereka juga dipersiapkan setengah untuk perempuan, setengah lagi untuk laki-laki.“Sayaaaang!” seru Asher dari koridor.Laura yang saat ini berada di kamar Claus dan Collin bersusah payah bangun untuk menyambut Asher yang baru saja pulang dari kerja. Simon gegas membantu Laura berdiri dan menuntunnya ke depan pintu.Rupanya, Asher masih jauh dari kamar itu dan hanya suaranya yang terlalu keras memanggil dirinya. Melihat sang istri kesulitan menegakkan badan, Asher gegas

  • Gelora Hasrat sang Presdir   437. Tawa Lepas

    “Hanna, apakah aku-”Hanna berjalan melewati Simon dan tak ingin mendengar penjelasan apa pun sekarang. Dia masih kecewa karena ternyata hanya dirinya yang menganggap Simon sebagai keluarga.Simon mengusap wajah dengan kasar, lalu berbalik menyusul Hanna. “Aku harus segera menjelaskan kesalahpahaman ini.”Hanna sudah hampir masuk ke mobil sambil bercakap-cakap dengan Laura. Melihat cara bicara Laura yang sambil melihat dirinya, Simon takut jika Hanna mengadukannya.Simon tak berani mendekat. Kemudian masuk ke pintu mobil di arah yang berlawanan dari mereka.Dalam perjalanan ke tempat wisata lain, Hanna sekali pun tak melihat Simon. Saat mengurus Claus dan Collin yang duduk di antara mereka dan harus menghadap Simon, Hanna selalu menunduk atau melihat ke arah lain.Hanna benar-benar mengacuhkan Simon sampai hari berikutnya. Dia selalu berkumpul dengan orang lain dan enggan duduk hanya berdua dengan Simon ketika mengasuh Claus dan Collin.Simon tak tahan lagi! Hari ketiga liburan merek

  • Gelora Hasrat sang Presdir   436. Spesial Simon

    Di atas pantai pasir putih yang indah, Simon sedang tertelap dan ditemani wanita yang merupakan pelayan setia putri semata wayangnya. Hanna menggeser payung besar yang menghalau sinar matahari agar tubuh Simon tak kepanasan.“Tuan Simon sedang mimpi apa? Kenapa bibirnya bergerak-gerak begitu?” gumam Hanna selagi memperhatikan wajah Simon.Simon berdecap-decap sambil tersenyum, kemudian bergumam dalam tidurnya, “Kita akan menikah ….”Hanna terkekeh geli. “Kau sudah menikah dua kali, Tuan. Saat ini, kau pasti sedang memimpikan Nyonya Callista.”“Menikah … Hanna ….” Simon kembali bergumam-gumam, membuat pemilik nama itu terkesiap.Gumaman Simon setelahnya semakin jelas. Wajah Hanna menegang ketika bibir Simon mengucap namanya berulang kali.Hanna segera berlari meninggalkan Simon sambil menutup mulutnya menggunakan telapak tangan, seakan-akan tak tahan untuk meneriakkan sesuatu. ‘Apa yang baru saja aku dengar?’ batin Hanna.Selama ini, Simon selalu menganggap Hanna sebagai putrinya. Setid

  • Gelora Hasrat sang Presdir   435. Persembahan Istimewa

    Makan malam semalam menjadi peristiwa memalukan bagi Rachel. Dia tak sadar, Alan ternyata membuat lukisan cinta di sekujur tubuhnya. Hingga dirinya enggan keluar dari kamar. Sayangnya, hari ini Rachel harus menjadi pemandu untuk para tamu istimewa yang datang dari luar negeri. Dia sudah berjanji akan mengajak Laura dan Emma jalan-jalan di tempat-tempat indah di sana. “Rachel, kau tidak perlu ikut dengan kami. Sepertinya, suamimu masih mengantuk ….” Laura menyenggol lengan Rachel dari belakang sambil terkekeh pelan dan melirik ke arah Alan yang menguap lebar. “Kak Alan pasti begadang semalaman.” Emma ikut menggoda kakak iparnya. Wajah Rachel merah padam mendengar para wanita itu menggodanya. “Sebentar lagi kita sampai di pantai. Kalian pasti akan menyukainya.” Rachel buru-buru mengalihkan pembicaraan. Awalnya, Emma masih ingin menggoda Rachel. Namun, setelah melihat pemandangan indah di depannya, dia urung melakukannya. Emma segera menghampiri suami dan putrinya dan mereka berpisah

  • Gelora Hasrat sang Presdir   434. Tanda Cinta

    Melihat peluh di wajah Alan dan tercium bau familier dari tubuhnya, Rangga menjadi sangat sedih. Alan ternyata telah mendapatkan sang putri kesayangan. Rangga tak bisa menatap Alan, bukan karena membencinya, tetapi hatinya terasa aneh. Anak yang dulu selalu melompat ke sana kemari itu, kini telah sepenuhnya menjadi wanita dewasa dan dimiliki pria itu. “Aku akan memanggil Rachel dulu, Ayah. Kami akan segera menyusul!” seru Alan pada Rangga yang tak berbalik atau menjawab dirinya. “Kau seharusnya melakukan itu nanti malam …. Namanya juga malam pertama. Sekarang masih terbilang sore. Aneh kalau disebut sore pertama, bukan?” celetuk Nevan, lalu tertawa pelan. Alan memutar bola mata. “Kami tinggal mengulangi lagi nanti. Lalu, apa yang membawamu kemari?” Tawa Nevan menghilang. Dia sebenarnya hanya ingin mengajak Hillary makan makan bersama keluarga besarnya meski Asher dan Laura juga diundang sebagai tamu kehormatan. Tetapi, dia ingin sedikit menggoda Hillary dengan menuntunnya ke area

  • Gelora Hasrat sang Presdir   433. Gara-Gara Terkejut

    Alan dan Rachel sangat antusias dan bahagia menjelang pernikahan mereka. Namun, setelah menjadi pasangan resmi, mereka justru berjauhan di dalam kamar hotel.“Kau tidak jadi mandi?” tanya Alan dengan mata yang tertuju ke arah lain.Alan beberapa kali mengibaskan kerah kemeja seperti orang kepanasan meski ruangan terasa sejuk. Sementara Rachel duduk sambil menekan-nekan asal layar ponselnya. “Sebentar lagi,” balas Rachel datar dan berusaha tenang.Sejak acara pernikahan usai, Rachel ingin segera mandi. Namun, setelah sampai di kamar, dia justru sangat gugup berhadapan dengan sang suami selama hampir setengah jam.Tak tahan lagi, Rachel meletakkan ponsel dan menuju kamar mandi. Alan melirik-lirik sambil bersenandung tak jelas seraya menatap luar jendela.Dia melihat pintu kamar mandi dari pantulan kaca jendela. Rachel menutup pintu setelah melihat dirinya.Alan akhirnya bisa duduk di sofa sambil menghela napas panjang.“Malam pertama kami … akan seperti apa?” gumam Alan sambil membayang

DMCA.com Protection Status