Bayangin Asher manjat pohon sambil teriak 'Auoooo!' Cocok sama karakternya 😅😅
Darah di wajah Laura seakan tersedot keluar hingga membuat wanita itu memucat dengan cepat. Detak jantungnya berirama kencang dan tak beraturan tatkala melihat Asher panik dan buru-buru berdiri sambil menggendongnya. “Hampir saja!” seru Asher dengan senyuman lebar. “Kau pikir ini lucu?!” bentak Laura dengan suara bergetar karena ketakutan.Laura sangat takut jika suara patahan kayu itu berasal dari rumah pohon. Ternyata kursi rotan yang mereka duduki tak kuat menampung bobot tubuh mereka berdua hingga hampir patah. “Wajah ketakutanmu memang lucu.” Asher tersenyum kecil.“Aku pikir, kita benar-benar akan jatuh!” “Ugh!” Asher mengerang tertahan. Laura memukul-mukul dada pria yang sedang menggendongnya ke arah ranjang. Gigitan marah sampai membuat pundak Asher memerah dan tercetak bekas gigitan. “Bukankah kau sudah jatuh sejak dulu?” Asher menjeda ucapannya beberapa detik. “Jatuh cinta padaku ….” Laura ternganga tak percaya mendengar kata-kata Asher yang membuatnya semakin merindin
“Aaaahhh!!” Laura menjerit keras sambil menutup matanya. Asher spontan memeluk Laura yang gemetar ketakutan ketika melihat rambut kepala berambut pirang mengambang di permukaan. Mereka pikir ada seekor binatang melompat ke dalam air.Namun, seorang pria muncul ke permukaan. Pria itu dan Asher saling bertatapan, sama-sama terkejut. Mereka mematung di tempat selama beberapa detik. “Astaga … maafkan aku … aku tidak tahu ada orang di bawah sini,” tutur pria itu. “Maaf, Nyonya, aku pasti sudah membuatmu takut. Laura sontak melihat ke depan. Ternyata, bukan binatang buas yang sekilas dilihatnya tadi sebelum menutup mata.Siapa yang tak terkejut ketika ada orang tiba-tiba muncul dari atas, di saat mereka sedang bersenang-senang?Melihat dari bentuk wajah, warna rambut dan manik mata abu-abu pria itu, Laura langsung dapat menebak bahwa pria itu mungkin saja kakak Mark yang dibicarakan kemarin. Tetapi, kenapa dia bisa tiba-tiba muncul dari tas air terjun? “Dari mana kau masuk? Ada banyak p
“Itu ...” Laura kesulitan menjawab. Dia sendiri tak tahu apa yang harus dilakukan jika calon suami idaman masa kecilnya menagih janji itu. “… hanya janji anak kecil … mana mungkin ada orang yang masih memegangnya hingga dewasa? Aneh sekali kau … dia pasti sudah melupakannya!” Benar … untuk apa Laura memikirkan sesuatu yang telah berlalu sangat lama? Bahkan, Enzo juga terlihat sudah memiliki keluarga. Laura menebak dari cincin yang melingkar di jari manis Enzo.Namun, jawaban Laura sepertinya tak membuat Asher Smith puas. Dia masih memandangi Laura dengan sorot mata menyelidik. Laura menghindari tatapan Asher. Dia selalu gugup jika menghadapi tatapan tajam itu. “Bagaimana caramu membayar janjimu? Bukankah tidak adil bagi Enzo? Dia mendengar janji itu saat sudah cukup umur. Apa kau meremehkan perasaannya?” Tunggu sebentar … kenapa Asher tak seperti orang marah ataupun cemburu buta seperti biasanya? Laura melayangkan tatapan curiga. “Kau … apa kau menyuruhku untuk menepati janji itu
Musuh Asher sangat banyak. Laura takut jika Enzo salah satu di antara mereka. Namun, ketika tersadar bahwa Enzo merupakan teman masa kecilnya dan mengenal baik keluarga Hartley, Laura segera mengenyahkan pikiran buruk itu. Hanya ada satu yang masih mengganjal di hati Laura … “Sayang, kau mengizinkan Enzo menggendong Collin?” bisik Laura, mencoba meyakinkan jika dirinya tak sedang bermimpi. “Iya, kenapa?” Asher dapat menangkap kekagetan istrinya. “Bukankah kau bilang, tidak ada seorang pun, kecuali orang-orang tertentu yang boleh menggendong anak-anak kita?”“Tidak apa-apa. Bukankah Enzo orang yang selalu menjagamu saat masih kecil dulu? Dia juga selalu memandikanmu. Kita harus membalas kebaikannya, dan aku bukan orang yang tidak tahu berterima kasih.”Laura kini paham, Asher baik pada Enzo karena tak mau merasa berhutang padanya.“Suamimu akan berubah jadi pria yang lebih bijaksana,” lanjut Asher.Laura tersenyum bangga. Apa Asher berubah karena pertengkaran kecil kemarin?“Kau heb
Asher dan Enzo yang sedang berjongkok di depan laci langsung menoleh ke belakang, menatap Laura datang mendekat dengan wajah terkejut. Manik mata Laura bergetar tak beraturan ketika melihat sebuah botol plastik putih segenggam tangan Enzo. Badannya bergetar dan bulu di sekujur tubuhnya meremang.“Itukah ... obat yang membuat Mama celaka?” Laura takut mendengar jawabannya.Selama ini, banyak bukti tak langsung yang menunjukkan kejahatan Gilda. Akan tetapi, Laura ingin terus menyangkal.Rasanya tidak adil bagi dirinya, Jake, Joanna, dan Callista sendiri, jika Gilda benar-benar membunuhnya. Karena itu, Laura memusatkan pikiran hanya untuk bayi dan suaminya.Di saat dia hampir dihadapkan oleh kenyataan, dan setelah membaca surat Callista, Laura menjadi takut ... Bagaimana jika dirinya tak bisa memenuhi harapan ibunya?Tak mungkin Laura bisa menahan kebencian dan dendam pada sang ibu tiri!Rasa marah kepada Simon pun muncul lagi. Jika Simon menggunakan akalnya, semua kejadian buruk yang me
Gugup, hanya itu yang Laura rasakan ketika mendekati Asher. “Apa yang terjadi? Kenapa tiba-tiba mengajak pulang?” Asher menghela napas pelan. “Hasil lab pada obat yang kemarin kita temukan sudah keluar. Sebaiknya kita selesaikan dulu masalah dengan Gilda, sebelum Jake mendahului kita.” “Bagaimana hasilnya?” Dada Laura berdegup kencang. Apakah benar jika obat itulah yang menyebabkan Callista meninggal? “Theo belum membuka hasil lab itu karena menantiku. Kita harus berkemas sekarang.” Asher menggandeng tangan Laura. Namun, Laura segera melepaskannya. Laura berlari kecil mengambil buku yang baru saja dibacanya. Kemudian menggenggam tangan Asher dengan erat sambil memeluk buku itu.“Buku apa itu?” “Huh? Oh, ada tulisan Mama saat mengajari aku menulis di sini. Aku hanya ingin menyimpannya sebagai kenang-kenangan.” Asher mengangguk-angguk. Tak begitu menaruh perhatian pada barang-barang masa kecil Laura. Pikirannya juga dipenuhi oleh rasa penasaran akan hasil tes obat itu.Saat merek
Asher mendengarkan degup jantung Laura meningkat dua kali lipat. Dia kembali mengusap kepalanya di dada Laura selagi bicara dengan Theo. “Bagus. Siapkan semua ahli hukum terbaik untuk menuntut Gilda agar mendapatkan hukuman yang setimpal. Pelayan itu merupakan saksi dan kaki tangan. Dia juga harus mendapatkan hukuman,” titah Asher. ‘Baik, Tuan.’ Asher lalu memutuskan sambungan telepon. Asher tahu, Laura pasti merasa gelisah, sedih, dan marah saat ini. Dia hanya bisa menenangkan Laura dengan dekapan hangat seraya mengusap lembut punggungnya. Sayangnya, kali ini Asher pun tak dapat melakukan sesuatu untuk mencegah kesedihan dan kemarahan sang istri. Dia tak akan mampu memutar waktu kembali ke masa lalu, apalagi mencegah kejadian yang menewaskan ibu mertuanya. “Kenapa ada manusia sejahat itu hanya karena harta?” Suara Laura sangat lirih dan terdengar pilu. “Walaupun aku sudah tahu jika Gilda pelakunya, tetapi aku masih berharap jika Mama benar-benar sakit waktu itu. Karena tidak ada
“Apa?!” jerit Gilda. “Sayang, apa maksud ucapanmu barusan? Maaf, aku kurang paham.” Gilda tak mungkin memercayai ucapan dan raut muka yang ditunjukkan Shane barusan. Shane terlihat sinis dan jelas-jelas menolak permintaannya.Pasti dirinya hanya berhalusinasi, pikiran Gilda.“Bagus kalau kita tidak bisa bertemu lagi. Jalanilah hukumanmu dengan baik. Aku dengar, hukumanmu akan dikurangi jika kau menyerahkan diri.” Shane menjelaskan panjang lebar maksudnya. Gilda menggelengkan kepala tak percaya. Mulutnya terbuka lebar, seakan melihat pria di depannya seperti bukan seseorang yang dikenalnya. Kenapa Shane tiba-tiba berubah? Seharusnya tidak seperti itu!“Kau tega melihatku menderita di penjara?” Air mata mulai berlinang di pipi Gilda. Bukan hanya untuk mengambil simpati dan rasa bersalah Shane, dia menangis karena takut jika Shane benar-benar tak mau menggantikan dirinya masuk penjara. Shane merupakan satu-satunya orang yang dapat Gilda manfaatkan sekarang. Gilda berusaha keras meya