Asher kesurupan, kata Laura ... sepertinya tiap hari 😶🌫️
“Itu ...” Laura kesulitan menjawab. Dia sendiri tak tahu apa yang harus dilakukan jika calon suami idaman masa kecilnya menagih janji itu. “… hanya janji anak kecil … mana mungkin ada orang yang masih memegangnya hingga dewasa? Aneh sekali kau … dia pasti sudah melupakannya!” Benar … untuk apa Laura memikirkan sesuatu yang telah berlalu sangat lama? Bahkan, Enzo juga terlihat sudah memiliki keluarga. Laura menebak dari cincin yang melingkar di jari manis Enzo.Namun, jawaban Laura sepertinya tak membuat Asher Smith puas. Dia masih memandangi Laura dengan sorot mata menyelidik. Laura menghindari tatapan Asher. Dia selalu gugup jika menghadapi tatapan tajam itu. “Bagaimana caramu membayar janjimu? Bukankah tidak adil bagi Enzo? Dia mendengar janji itu saat sudah cukup umur. Apa kau meremehkan perasaannya?” Tunggu sebentar … kenapa Asher tak seperti orang marah ataupun cemburu buta seperti biasanya? Laura melayangkan tatapan curiga. “Kau … apa kau menyuruhku untuk menepati janji itu
Musuh Asher sangat banyak. Laura takut jika Enzo salah satu di antara mereka. Namun, ketika tersadar bahwa Enzo merupakan teman masa kecilnya dan mengenal baik keluarga Hartley, Laura segera mengenyahkan pikiran buruk itu. Hanya ada satu yang masih mengganjal di hati Laura … “Sayang, kau mengizinkan Enzo menggendong Collin?” bisik Laura, mencoba meyakinkan jika dirinya tak sedang bermimpi. “Iya, kenapa?” Asher dapat menangkap kekagetan istrinya. “Bukankah kau bilang, tidak ada seorang pun, kecuali orang-orang tertentu yang boleh menggendong anak-anak kita?”“Tidak apa-apa. Bukankah Enzo orang yang selalu menjagamu saat masih kecil dulu? Dia juga selalu memandikanmu. Kita harus membalas kebaikannya, dan aku bukan orang yang tidak tahu berterima kasih.”Laura kini paham, Asher baik pada Enzo karena tak mau merasa berhutang padanya.“Suamimu akan berubah jadi pria yang lebih bijaksana,” lanjut Asher.Laura tersenyum bangga. Apa Asher berubah karena pertengkaran kecil kemarin?“Kau heb
Asher dan Enzo yang sedang berjongkok di depan laci langsung menoleh ke belakang, menatap Laura datang mendekat dengan wajah terkejut. Manik mata Laura bergetar tak beraturan ketika melihat sebuah botol plastik putih segenggam tangan Enzo. Badannya bergetar dan bulu di sekujur tubuhnya meremang.“Itukah ... obat yang membuat Mama celaka?” Laura takut mendengar jawabannya.Selama ini, banyak bukti tak langsung yang menunjukkan kejahatan Gilda. Akan tetapi, Laura ingin terus menyangkal.Rasanya tidak adil bagi dirinya, Jake, Joanna, dan Callista sendiri, jika Gilda benar-benar membunuhnya. Karena itu, Laura memusatkan pikiran hanya untuk bayi dan suaminya.Di saat dia hampir dihadapkan oleh kenyataan, dan setelah membaca surat Callista, Laura menjadi takut ... Bagaimana jika dirinya tak bisa memenuhi harapan ibunya?Tak mungkin Laura bisa menahan kebencian dan dendam pada sang ibu tiri!Rasa marah kepada Simon pun muncul lagi. Jika Simon menggunakan akalnya, semua kejadian buruk yang me
Gugup, hanya itu yang Laura rasakan ketika mendekati Asher. “Apa yang terjadi? Kenapa tiba-tiba mengajak pulang?” Asher menghela napas pelan. “Hasil lab pada obat yang kemarin kita temukan sudah keluar. Sebaiknya kita selesaikan dulu masalah dengan Gilda, sebelum Jake mendahului kita.” “Bagaimana hasilnya?” Dada Laura berdegup kencang. Apakah benar jika obat itulah yang menyebabkan Callista meninggal? “Theo belum membuka hasil lab itu karena menantiku. Kita harus berkemas sekarang.” Asher menggandeng tangan Laura. Namun, Laura segera melepaskannya. Laura berlari kecil mengambil buku yang baru saja dibacanya. Kemudian menggenggam tangan Asher dengan erat sambil memeluk buku itu.“Buku apa itu?” “Huh? Oh, ada tulisan Mama saat mengajari aku menulis di sini. Aku hanya ingin menyimpannya sebagai kenang-kenangan.” Asher mengangguk-angguk. Tak begitu menaruh perhatian pada barang-barang masa kecil Laura. Pikirannya juga dipenuhi oleh rasa penasaran akan hasil tes obat itu.Saat merek
Asher mendengarkan degup jantung Laura meningkat dua kali lipat. Dia kembali mengusap kepalanya di dada Laura selagi bicara dengan Theo. “Bagus. Siapkan semua ahli hukum terbaik untuk menuntut Gilda agar mendapatkan hukuman yang setimpal. Pelayan itu merupakan saksi dan kaki tangan. Dia juga harus mendapatkan hukuman,” titah Asher. ‘Baik, Tuan.’ Asher lalu memutuskan sambungan telepon. Asher tahu, Laura pasti merasa gelisah, sedih, dan marah saat ini. Dia hanya bisa menenangkan Laura dengan dekapan hangat seraya mengusap lembut punggungnya. Sayangnya, kali ini Asher pun tak dapat melakukan sesuatu untuk mencegah kesedihan dan kemarahan sang istri. Dia tak akan mampu memutar waktu kembali ke masa lalu, apalagi mencegah kejadian yang menewaskan ibu mertuanya. “Kenapa ada manusia sejahat itu hanya karena harta?” Suara Laura sangat lirih dan terdengar pilu. “Walaupun aku sudah tahu jika Gilda pelakunya, tetapi aku masih berharap jika Mama benar-benar sakit waktu itu. Karena tidak ada
“Apa?!” jerit Gilda. “Sayang, apa maksud ucapanmu barusan? Maaf, aku kurang paham.” Gilda tak mungkin memercayai ucapan dan raut muka yang ditunjukkan Shane barusan. Shane terlihat sinis dan jelas-jelas menolak permintaannya.Pasti dirinya hanya berhalusinasi, pikiran Gilda.“Bagus kalau kita tidak bisa bertemu lagi. Jalanilah hukumanmu dengan baik. Aku dengar, hukumanmu akan dikurangi jika kau menyerahkan diri.” Shane menjelaskan panjang lebar maksudnya. Gilda menggelengkan kepala tak percaya. Mulutnya terbuka lebar, seakan melihat pria di depannya seperti bukan seseorang yang dikenalnya. Kenapa Shane tiba-tiba berubah? Seharusnya tidak seperti itu!“Kau tega melihatku menderita di penjara?” Air mata mulai berlinang di pipi Gilda. Bukan hanya untuk mengambil simpati dan rasa bersalah Shane, dia menangis karena takut jika Shane benar-benar tak mau menggantikan dirinya masuk penjara. Shane merupakan satu-satunya orang yang dapat Gilda manfaatkan sekarang. Gilda berusaha keras meya
“Apa?! Bagaimana bisa orang itu tiba-tiba masuk rumah sakit?!” Asher sampai berdiri dan melepaskan tangan Laura sambil menyambar ponselnya. ‘Maaf, Tuan. Kami datang terlambat. Gilda sudah sampai di sana lebih dulu dan berusaha mencelakainya. Saya sudah mendapat bukti rekaman CCTV. Untuk sementara, kita gunakan kasus itu terlebih dahulu untuk menuntutnya.’ “Lakukan segala cara untuk membuat orang itu hidup walaupun hanya lima menit, agar kita bisa merekam ucapannya dan membongkar rahasianya dengan Gilda,” perintah Asher.Laura yang tadinya bersemangat, mendadak lesu. Gilda benar-benar melarikan diri seperti dugaannya. Cara Asher dan Callista tak akan pernah berhasil melawan ular berbisa seperti Gilda. Bahkan, ular pun tak akan mau disamakan dengannya.Sebelumnya, Laura sudah menebaknya. Wanita licik seperti Gilda pasti akan memiliki seribu cara untuk berkelit dari tanggung jawab atau hukum.“Jangan cemas, Sayang. Kita harus bersabar untuk menangkap penjahat besar sepertinya.” Asher m
“Jake, kau tidak bisa seenaknya main hakim sendiri di negara ini. Kau bisa membuat Oma Joanna kecewa dan khawatir.” Bicara keras dengan Jake tak akan mengubah keadaan. Asher tahu itu. Asher melakukan pendekatan lain, bicara sebagai teman Jake. Mungkin, Jake bisa sedikit melunakkan hatinya yang diselimuti dendam.“Kau diam saja keponakan. Aku tidak akan melakukan sesuatu tanpa pertimbangan matang.” “Lalu apa yang akan kau lakukan padanya? Membunuhnya? Kau tidak akan mendapat apa pun setelah melakukannya, kecuali hukuman.” “Kau tidak akan pernah tahu karena bukan kau yang kehilangan keluarga dekatmu. Jika kau yang berada di posisiku sekarang, aku yakin kau pasti akan menyiksa orang-orang itu lebih kejam dariku dan tanpa ampun.” Asher tak bisa membantah ucapan Jake. Dia memang hanya membayangkan dari posisi Laura. Namun, dia sendiri tak pernah mengalami kejadian serupa.Jake menghela napas singkat. Dia menepuk pundak Asher selagi berbalik masuk ke dalam rumah. Tampaknya, Jake tak ing