Share

Di tembak

“Ya, tentu saja,” jawab Niklas membuat Amber senang, dia lantas bernit untuk memutar tubuhnya akan tetapi tiba-tiba sebuah tangan kekar terasa menahan pinggangnya dan terdengar bisikan. “Kamu sangat cantik dan wangi, Nona Amber.’’ Bisikan itu membuat Amber sedikit merinding, bukan takut dia justru merasa geli. Akan tetapi akal sehatnya segera kembali dan dia langsung mundur, membuat tangan yang mengunci pinggang rampingnya terlepas.

“Maaf tuan, aku rasa ini tidak seharusnya terjadi. Aku khawatir ada yang melihat.”

“Jadi, jika tidak ada yang melihat tidak apa-apa, ya?

“Eh, bu-bukan. Ah sudahlah. sejak tadi anda terus saja menggangguku. Aku sudah minta maaf bisakah anda melepaskanku tuan Niklas?’’ Mohon Amber karena sudah tak tahan untuk segera keluar dari sana, entah kenapa dia merasa ruangan itu membuat dia kesulitan bernafas dengan benar.

Niklas yang melihat wanita dihadapannya terlihat frustasi terkekeh pelan lalu dia berkata ‘’Baiklah, pergilah sebelum aku memberimu tanda lainnya.” ucapan Niklas seolah berhasil membuat Amber semakin merinding. Dia lantas segera pergi tanpa mengucapkan permisi.

Niklas kembali terkekeh sambil berjalan lalu duduk di sofa yang ada disana, Niklas kembali membayangkan wajah Amber. Dirinya menggelengkan kepalanya seakan menolak jika dirinya mulai tertarik pada wanita itu.

Dave masuk ke dalam ruangan Niklas dan memberi tahu bahwa dirinya harus menghadiri rapat promosi kenaikan level berapa pegawai yang terpilih. Merekapun akhirnya berjalan keluar untuk masuk ke dalam ruangan rapat. Niklas sudah duduk di kursi paling besar disana. Saat masuk tadi, Niklas kembali tersenyum tipis yang hanya dirinya yang tahu saat melihat Amber ada di ruangan yang sama dengannya. Gadis itu terlihat sedikit gugup namun mampu mengkontrol wajahnya kembali, profesional.

Satu persatu para kandidat maju untuk presentasi, hingga giliran Amber. Gadis itu terlihat sangat lihai saat mempromosikan dirinya dan meyakinkan para atasan agar dia berhasil naik level selanjutnya di perusahaan tersebut. Niklas terlihat begitu berbinar saat melihat Amber tersenyum ketika ketua direksi lainnya memuji kepiawaiannya.

Setelah rapat selesai dan diputuskan ada tiga kandidat yang berhasil naik level salah satunya adalah Amber, “Joana yang sudah menunggu temannya itu setelah mendengar pengumuman langsung saja menghambur memeluk Amber, saat wanita itu keluar dari ruangan rapat. ‘’Aku tahu, kau memang berbakat Amber. Congrats ya!!’’ ucap Joana kembali, setelah berkali-kali mengucapkan selamat.

‘’Cih, baru naik level satu saja sudah berbangga.” tiba-tiba suara Lili terdengar, sejak dulu wanita itu memang tidak menyukai Amber, entah karena apa.

‘’Hei, jangan lupa ya. Sekarang Amber sudah sejajar denganmu Lili.’’ Jawab Joana kesal. Berbeda dengan Joana, Amber justru terlihat begitu tenang. Dia malas berurusan dengan Lili sebab dia tahu jika dia melawan, Lili akan kalah.

‘’Sudahlah Jo, jangan pedulikan manusia iri, ayo kita ke kantin aku akan mentraktirmu coffe.”’ ucap Amber membuat Lili justru semakin kesal.

‘’Awas saja kau!!” Seru Lili saat Amber dan Jo berlalu.

Jam menunjukan waktu pulang, disaat yang lain sudah bersiap pulang Amber masih duduk di depan komputernya menyelesaikan tugas barunya setelah naik level.

‘’Amber, kau tidak pulang?’’ tanya Joana.

‘’Ah nanti dulu Jo, tugas baruku sedikit lagi selesai. Kau duluan saja.’’

Jo mengangguk lalu berlalu untuk segera pulang, sebenarnya yang masih lembur bukan hanya Amber. Hanya saja diruangan berbeda, Amber berdiri berniat membuat coffe. Saat sedang menunggu mesin coffe Amber dibuat terkejut dengan suara bariton yang dia kenali, ‘’Kau belum pulang nona Amber?’’ Tanya Niklas, yap pemilik suara itu adalah Niklas Abraham. Lelaki itu sedang duduk di meja seberang khusus area merokok.

Amber tidak menjawab akan tetapi matanya tidak lepas dari sosok gagah itu, bagaimana bisa ada manusia yang begitu tampan bahkan saat sedang merokok, wtf.

Niklas yang tidak mendapat jawaban dari wanita sexy itu lantas mendekat, sebelum itu dia membuang terlebih dahulu puntung rokok yang sebelumnya ia hisap.

‘’Apa aku terlalu menawan sampai membuatmu tidak berkedip nona?’’ tanya Niklas membuat wanita bermata amber itu sedikit terkejut, Amber yang begitu dekat jaraknya dengan Niklas bisa mencium aroma tembakau dari nafas pria itu.

‘’Tuan, anda belum pulang?’’ bukannya menjawab pertanyaan Niklas sebelumnya, Amber justru bertanya balik. ‘’Aku memang berniat pulang terakhir karena ingin melihat pegawaiku yang paling giat bekerja siapa.’’ jawab Niklas sekenanya.

Niklas memperhatikan kemeja yang digunakan oleh Amber, menampilkan tulang selangkanya yang membuat Niklas terdorong untuk menyentuh bagian itu. Amber yang mendapat sentuhan tak terduga itu terkejut dan refleks mundur sambil menatap mata pria di hadapannya, Amber berkata dengan berani ‘’Kenapa kau senang sekali menyentuhku sih, tuan?’’ Akhirnya pertanyaan itu berhasil keluar dari bibir merahnya, setelah heran dengan tingkah sang bos yang menurutnya cukup agresif. Ya, dia akui dia memang bukan wanita polos yang tidak pernah bersentuhan sama sekali dengan pria manapun, akan tetapi mereka ini baru berkenalan.

‘’Aku tertarik padamu.’’ Jawab Niklas acuh namun dalam. Niklas menatap mata Amber yang indah lantas berkata ‘’Berapa harga agar aku bisa tidur denganmu nona?’’ Pertanyaan Niklas yang kurang sopan itu membuat Amber sedikit kesal akan tetapi Amber membalas dengan berani ‘’Apakah jika aku meminta perusahaan ini sebagai imbalannya, anda akan setuju?’’ tanya Amber meremehkan pria di hadapannya. Niklas yang mendapat jawaban berani seperti itu justru terkekeh dan maju melangkah membuat Amber otomatis berjalan mundur untuk menghindari pria itu. Amber kehabisan ruang, dan dia terdesak antara tembok dan Niklas, ‘sial’ pikir Amber. Jujur saja ucapannya tadi hanya untuk bercanda, ayolah ini Amerika mereka hidup dalam kebebasan, tapi Amber lupa pria di hadapannya adalah penguasa. Bagaimana kalau apa yang dia minta tadi dikabulkan olehnya?

‘’Apakah jika aku kabulkan, kau akan menjadi milikku?’’ tuhkan, lihat apa yang dipikirkan Amber justru terjadi. Sekarang dia yang kelimpungan, dia memang hidup bebas tapi bagaimanapun dia masih virgin, bagaimana bisa dia tidur begitu saja dengan seorang pria yang baru 1 hari dia kenal?

Amber mengumpulkan keberaniannya dan mendorong dada Niklas dengan kedua tangannya, ‘’Ugh, maaf tuan itu tadi hanya bercanda hehe.’’ ucap Amber berniat pergi, namun sepertinya harapannya untuk segera keluar dari situasi itu pupus ketika tangan kekar Niklas tiba-tiba sudah mendarat di pinggangnya. Niklas memeluk Amber dari belakang sambil berbisik, ‘’Sepertinya aku menakutimu ya?’’ tanya Niklas yang tidak mendapat respon apapun dari Amber. Niklas lalu melanjutkan ucapannya. ‘’Baiklah aku tidak akan memaksamu, tapi mari kita berpacaran.’’ Ajak Niklas yang membuat Amber semakin terkejut. Bagaimana bisa dalam satu hari pria itu bisa mengajak wanita berpacaran. Tapi, jika dipikir berpacaran dengan CEO tempatnya bekerja pasti sangat menguntungkan untuknya, dia bisa meminta bantuan pria itu soal pekerjaan. Lagipula dia selama ini terlalu lama menjomblo karena tidak ingin dekat dengan sembarang pria.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status