Meskipun kami jarang tinggal di kediaman lama, para pembantu tetap membersihkan kamar kami. Bahkan seprai dan selimutnya juga diganti setiap 3 hari sekali.Di dinding di atas tempat tidur, tergantung foto pernikahan kami yang bergaya retro. Foto itu adalah hasil editan seorang fotografer profesional dengan biaya miliaran. Wajar saja foto itu sama sekali tidak terlihat seperti foto editan.Setelah Kenneth duduk di sisi tempat tidur, aku baru mencoba untuk menarik kembali pergelangan tanganku. Namun, dia masih menggenggam tanganku dengan erat. Dia bertanya dengan kening berkerut, “Kita masih belum sepenuhnya bercerai. Kamu bahkan nggak bersedia mengobatiku?”“Aku mau pergi ambil kotak obat. Kalau nggak, bagaimana aku bisa mengobatimu?” jawabku dengan tidak berdaya.Setelah itu, dia baru melepaskan tanganku dan berkata, “Pergilah.”Aku mengeluarkan kotak pertolongan pertama dari laci, lalu mengambil beberapa obat luka sebelum berjalan kembali ke sisinya. Luka di dahinya terlihat sangat sa
Hatiku berdenyut karena terasa seperti dilanda oleh semacam kesedihan yang tidak dapat dideskripsikan dengan kata-kata.Itu adalah cincin pernikahan kami. Meskipun Kenneth tidak peduli pada pernikahan kami, Kakek sudah mempersiapkan segala sesuatu yang terbaik untukku. Mahar yang bernilai miliaran, rumah baru mewah, juga cincin nikah yang didesain oleh desainer perhiasan ternama.Aku memberikan mahar itu kepada bibiku sebagai bentuk terima kasih atas jasanya membesarkanku. Sementara itu, tidak ada tempat untukku di rumah baru itu. Sesuatu yang bisa menemaniku setiap saat hanyalah cincin ini.Di awal pernikahan kami, aku mengenakan cincin ini di jari manisku dengan gembira. Begitu mengetahui aku juga bekerja di Grup Horgana, Kenneth segera memberitahuku untuk tidak menonjolkan diri. Pada hari itu juga, aku melepaskan cincin ini dan memakainya dalam bentuk kalung.Sampai sekarang, aku sudah mengenakannya selama 3 tahun. Sesuatu yang pernah kusukai ini malah tiba-tiba terasa bagaikan sind
Aku tersenyum dan menambahkan, “Aku nggak masalah selama orangnya bukan sepertimu.”Kenneth menunjukkan ekspresi sakit hati dan bertanya, “Ternyata, aku begitu buruk di matamu?”“Nggak terlalu buruk juga sih. Setidaknya, kamu lebih baik daripada pria yang suka KDRT, pakai narkoba, atau suka berjudi.”“Jasmine ....” Ekspresi Kenneth langsung menjadi muram. Baru saja dia hendak mengatakan sesuatu, terdengar suara pintu kamar diketuk yang diikuti suara Solana berseru, “Ken, aku masuk ya.”Sebelum diizinkan masuk, Solana sudah membuka pintu kamar sambil berkata, “Ken, sini aku bantu obati kamu ....”Begitu melihatku, ucapan Solana langsung terhenti dan senyumannya juga membeku.Aku berkata dengan acuh tak acuh, “Aku keluar dulu.”Solana berkata dengan sok baik, “Jasmine, kalau sudah bercerai, kamu harus bersikap layaknya seorang mantan istri. Jangan salah paham, aku cuma khawatir hal ini akan menimbulkan gosip yang merusak reputasimu.”“Surat cerai kami belum keluar, tapi kamu sudah nggak
Berhubung Kakek bisa menebak pikiranku, aku juga tidak ragu lagi dan mengangguk. “Benar.”Wulio mengangkat tangannya untuk mengisyaratkan Norman mengambilkan sesuatu. Itu adalah setumpuk rekam medis yang sudah menguning.Begitu membacanya, hatiku langsung terasa seperti dipelintir seseorang dengan kuat. Itu adalah rekam medis Kenneth. Saat kecil, dia pernah melihat psikiater selama bertahun-tahun ....Aku mendongak dengan lemah dan sama sekali tidak memercayai hal ini. Seseorang yang begitu berbakat dan berwibawa ternyata adalah pasien tetap klinik psikologi? Setelah sesaat, aku baru tersadar kembali dan bergumam, “Dia ... kenapa dia bisa ....”Namun, setelah dipikir-pikir, wajar saja mental Kenneth bermasalah. Ibunya meninggal begitu melahirkannya, sedangkan ayahnya juga tidak berhenti membuat keributan di rumah demi wanita lain dan hanya menyayangi anak tirinya.“Selama ini, aku juga selalu berpikir apakah aku harus memberitahunya.” Wulio menghela napas, lalu lanjut berkata dengan t
“Di mana Solana?” tanyaku dengan suara tercekat sambil menepis tangan Kenneth.Kakek pingsan saat bersama Solana. Kenapa Solana tidak ikut datang? Baru saja aku selesai bertanya, terdengar suara hak tinggi dari koridor. Kemudian, Solana berlari mendekat dengan terburu-buru dan berkata dengan panik, “Ken, bagaimana keadaan Kakek? Maaf, aku nggak langsung ketemu taksi. Jadinya, aku terlambat sedikit ....”Aku langsung menyela, “Kenapa Kakek tiba-tiba pingsan?”Solana terlihat gugup untuk sejenak. Kemudian, dia menjawab, “A ... aku nggak tahu. Dia tiba-tiba kesulitan untuk bernapas, lalu langsung pingsan.”“Tiba-tiba? Kamu nggak bicara maupun melakukan apa-apa?” Aku tidak percaya.Selama 2 tahun terakhir, kesehatan Kakek lumayan bagus dan dia juga menjalani pemeriksaan rutin. Bahkan saat marah dan memukul Kenneth tadi, Kakek juga baik-baik saja. Penyakit Kakek tidak mungkin kambuh tanpa alasan.“Apa maksudmu? Jasmine, kamu ... curiga aku yang membuat penyakit Kakek kambuh?” tanya Solana.
“Ada yang aneh ....” Aku merasa ada sesuatu yang tidak beres.Kenneth bertanya, “Apanya yang aneh?”Setelah menenangkan diri dan berpikir sejenak, aku menjawab, “Saat penyakit Kakek kambuh, Kakek biasanya akan langsung makan obat dan segera baikan. Kenapa kali ini dia malah langsung pingsan?”“Benar! Saat menjalani pemeriksaan rutin selama ini, aku juga tahu bahwa selalu ada obat yang tersimpan di sakunya. Dinilai dari kejadian hari ini, keadaannya seharusnya nggak akan jadi separah ini kalau dia makan obat tepat waktu,” ujar Indra.Aku menatap Kenneth dan bertanya dengan dingin, “Di mana Solana?”“Dia lagi istirahat di kamar pasien.” Seusai menjawab, ekspresi Kenneth menjadi agak muram. Dia lanjut berkata, “Kamu mencurigainya? Nggak mungkin! Biarpun dia memang suka bertindak semena-mena, dia nggak jahat. Lagian, dia juga lumayan patuh pada Kakek.”Begitu mendengar ucapan Kenneth, aku langsung murka. Apa mungkin orang yang baik akan menghalalkan segala cara untuk merebut suami orang? N
“Nggak usah ....” Solana menarik lengan baju Kenneth dan menjawab, “Aku hanya perlu kamu menemaniku. Temani aku, ya? Kalau nggak, aku akan mati kesakitan.”“Ya sudah, aku nggak akan peduli biarpun kamu mati kesakitan!” ujar Kenneth. Namun, meskipun berkata begitu, dia tetap menuangkan segelas air hangat dan berkata, “Nih, minum lebih banyak air hangat.”Solana mendengus, “Minum air hangat nggak akan bisa mengobati penyakit apa pun.”Aku hampir jatuh karena ditabrak Kenneth. Begitu mendongak, aku langsung melihat kedekatan mereka. Orang yang satu suka bersandiwara, sedangkan yang satu lagi juga bersedia percaya....Setelah Kakek dipindahkan ke ICU, dokter tidak mengizinkan siapa pun untuk menjenguknya. Jadi, aku hanya bisa berdiri di luar pintu dan melihat situasi Kakek melalui jendela kaca.Melihat Kakek yang harus mengandalkan masker oksigen untuk bernapas, aku merasa sangat sedih. Tiba-tiba, jari Kakek sepertinya bergerak sedikit. Aku pun menatap Paman Norman dengan gembira dan bert
Awalnya, aku mengira Kakek akan menyuruhku untuk tidak bercerai dengan Kenneth. Namun, Kakek tidak berkata begitu.Aku bisa merasakan dengan jelas napas dan suara Kakek yang makin lemah saat berkata, “Biar ... bagaimanapun ... jangan biarkan Solana menikah dengan Kenneth. Gantikan Kakek untuk lindungi Keluarga Horgana.”“Oke ... oke ....” Aku mengangguk dan menjawab sambil menangis, “Kakek, apa Solana mengatakan sesuatu yang membuat penyakit Kakek tiba-tiba kambuh ....”“Dia ....” Ada secercah kebencian dan amarah yang melintasi mata Wulio. Pada akhirnya, dia hanya menjawab sambil menghela napas, “Kamu hanya perlu mengingat kata-kata Kakek.”“Oke .... Aku nggak akan melupakan kata-kata Kakek,” jawabku dengan suara tercekat. Aku tidak berani lanjut bertanya lagi karena khawatir membuat Kakek marah. Namun, aku masih merasa curiga pada Solana. Solana pasti sudah mengatakan sesuatu pada Kakek.“Nak, jangan sedih. Jaga baik-baik anak dalam perutmu.” Sebelum mengambil napas terakhir, Kakek m