Ki Jogo Segoro memperhatikan wajah bingung Lian Xie yang masih berpikir keras akankah dia mengambil Harta tersebut atau tidak. Pria itu tersenyum."Dewiku, meski Sirip Kehancuran bisa membunuh pemiliknya sendiri, bukankah masih ada Belati kuno yang menjadi pasangannya? Jika kau bisa menguasai Belati kuno tersebut, maka menaklukan Sirip Kehancuran bukanlah hal yang sulit bukan?" kata Ki Jogo Segoro. Lian Xie yang mendengar hal itu menjadi sedikit tenang. Namun dia masih memikirkan dampak dari Sirip Kehancuran untuk Bara Sena. Jauh di dalam lubuk hatinya, dia tidak rela jika sampai pemuda yang saat ini sudah mencuri hatinya itu celaka."Apa kau yakin mengenai hal itu? Apakah Belati kuno benar-benar bisa menangani keganasan dari Sirip Kehancuran?" tanya Lian Xie masih menyimpan keraguan."Aku sendiri belum pernah mencoba untuk menggunakan Sirip Kehancuran dan Belati kuno itu Dewi. Jadi aku tidak bisa meyakinkanmu apakah itu benar-benar aman atau tidak. Tapi a
Sementara itu, Dewi Es Lian Xie telah berhasil menyebrangi jembatan kecil yang terbuat dari kayu tersebut. Keadaan di pulau yang merupakan tempat menyimpan Harta Tersembunyi itu nampak sedikit seram karena kabut dan suasana yang gelap. Namun hal itu tidak memengaruhi mental dari sang Dewi karena dia sudah hidup ribuan tahun dan mengalami banyak hal yang lebih seram dari tempat tersebut."Aku merasakan aura yang sangat kuat dari arah sana. Mungkin itu adalah tempat Sirip Kehancuran berada..." batin Lian Xie sambil melangkah secara perlahan menuju ke area dimana ada satu pohon kering yang cukup besar.Langkah kaki wanita cantik itu terhenti di depan perisai biru berbentuk segi empat yang mengurung pohon kering tersebut. Dia pun menguji kekuatan perisai dengan mengerahkan satu jarum es yang dia ciptakan dengan mudahnya.Set!Prak!Jarum itu hancur saat menyentuh perisai biru tersebut. Itu menandakan perisai tersebut memang cukup kuat. Lian Xie menjadi yakin, yang ada di dalam sana memang
Dewi Es Lian Xie semakin bingung dengan suara yang semakin keras dan membuatnya tertekan. Bahkan dirinya pun tidak bisa untuk tidak menutup telinga karena suara tersebut sangatlah keras. Karena saking kuatnya suara tersebut, perisai es miliknya mulai retak secara perlahan. Jelas itu sesuatu hal yang membuat wanita itu merasa ketakutan untuk pertama kalinya."Belum pernah ada satu orang pun yang mampu memecahkan perisai es milikku...! Makhluk apa sebenarnya ini!?" seru wanita itu dalam hati.Suara tawa dari makhluk tak terlihat itu semakin kuat dan akhirnya membuat perisai milik Lian Xie pecah. Tubuh wanita itu pun terpental menjauh dari pohon kering tersebut dan jatuh berguling di atas tanah. Saat jatuh itulah, Lian Xie melihat beberapa tengkorak di sana. Namun dia tidak bisa berlama-lama menatap tengkorak yang tadi tertimpa tubuhnya. Karena sesuatu yang aneh muncul dari dalam pohon kering di depan sana.Asap hijau muncul dari dalam lubang-lubang yang
Keadaan Lian Xie semakin memburuk oleh racun yang dia terima akibat tusukan kuku hitam Manguntur. Dia mulai kesulitan mengatur napas dan juga aliran darahnya. Wajahnya semakin pucat dan bibirnya mulai menghitam."Sepertinya kau terlalu lemah menahan racun dariku. Aku pikir seorang Dewa bisa bertahan beberapa saat agar aku bisa menikmati permainan. Tapi sayang, kau sebentar lagi mati...Ckckck..." ucap Manguntur masih sambil terbang mengelilingi Lian Xie sambil cengengesan membuat wanita itu merasa sangat kesal."Aku tahu mungkin aku akan segera mati...Tapi, aku sudah menyiapkan sesuatu untukmu sebelum itu terjadi..." ucap Lian Xie lalu dia pun mengembangkan telapak tangan kanannya dan aura biru dingin muncul di atas telapak tangan tersebut. Manguntur terkejut saat dia merasakan hawa dingin yang luar biasa menjerat tubuhnya. "Sejak kapan kau menyusun formasi!?" seru sosok tersebut sambil melotot marah. Lian Xie tersenyum sinis."Sejak kau banyak membual..." sahutnya lirih lalu tanganny
Gelombang kekuatan yang terpancar dari tubuh Manguntur membuat Bara terdorong ke belakang secara perlahan meski dia sudah bertahan menggunakan Perisai cahaya dan Golok Iblis yang dia tancapkan ke tanah."Gawat! Dia bukan makhluk biasa! Bagaimana bisa di Kerajaan Naga Air ini ada makhluk sekuat ini!?" seru Bara."Dia adalah Sirip Kehancuran...Kekuatannya memang sangat mengerikan. Kau harus berhati-hati dengan racun yang ada pada tangannya..." kata Lian Xie dengan suara lirih. Namun wajahnya yang semula pucat kini sudah nampak membaik setelah dia menelan pil hijau dari Bara."Sirip Kehancuran!? Lalu apa hubungannya dengan Kerajan ini!?" tanya Bara sambil terus bertahan karena gelombang kekuatan dari tubuh Manguntur semakin menggila."Jogo Segoro berniat untuk menguasai Kerajaan ini dan membunuh semuanya...Kau harus menangkapnya...Jika tidak, kerajaan Naga Air dalam bahaya..." kata Lian Xie lalu dia menceritakan apa yang dia dengar dari Manguntur beberapa saat yang lalu secara singkat. M
Sosok Manguntur yang telah terluka parah akibat hantaman bola api neraka milik Iblis Sasaka akhirnya bersujud di depan sang Iblis sambil meringis kesakitan. Meski dia hanya tubuh roh, tetap saja dia akan merasakan sakit karena saat ini tubuhnya dalam bentuk yang padat. Mengubah roh yang tak terlihat menjadi padat adalah hal yang sulit sehingga membutuhkan kekuatan yang tidak sedikit."Coba kau ingat sejak awal. Kau tidak akan mengalami hal seperti ini," kata Iblis Sasaka sambil menyeringai. Manguntur hanya bisa diam dan bersujud menyembunyikan matanya dari tatapan mata Iblis tersebut."Maafkan aku Tuan Sasaka...Aku sama sekali tak menduga kalau anda akan muncul di tempat ini. Kalau boleh aku tahu, siapa anak muda yang menjadi wadahmu saat ini..." kata Manguntur dengan suara lirih karena dia masih merasakan kesakitan dan panas yang menyengat. Kulitnya hangus terbakar hingga membuat aroma gosong yang tidak nyaman di hidung Lian Xie."Wadahku ini bukan sembarang wadah. Dia adalah seorang
Tanda Budak adalah tanda yang diciptakan menggunakan kekuatan jiwa dan mantra penyegel. Saat seseorang yang sudah mendapat tanda budak menunjukkan sifat jahat kepada sang 'tuan', maka mantra Penyegel itu akan menyala dan membuat budak tersebut harus merasakan penderitaan yang luar biasa. Mirip dengan segel darah yang Bara terapkan pada tubuh Raja Arpa yang saat ini menjadi wadah Iblis Guo Jiu.Tanda Budak yang Iblis Sasaka tanamkan pada tubuh Manguntur jauh lebih kuat dibanding segel darah milik Bara Sena. Itu sebabnya Manguntur harus merasakan kesakitan yang luar biasa saat Tanda Budak tersebut masuk ke dalam tubuhnya. Saking sakitnya, sampai teriakan Manguntur yang semula tinggi tidak ada suaranya sama sekali. Tubuhnya tegang dan kaku dengan kepala yang mendongak ke atas dengan mulut ternganga dan mata terbuka lebar. Iblis Sasaka tersenyum puas lalu dia pun melepaskan jari telunjuknya dari kening Manguntur. "Selesai sudah. Hm...Ternyata tanda budak yang pernah aku tanamkan padanya
Setelah berusaha cukup lama, akhirnya Bara menemukan celah di tubuh Manguntur. Yakni di bagian bawah Sirip yang ada di samping wajahnya. Celah kecil tersebut merupakan tempat masuknya Belati Kuno. Bara segera mengarahkan rantai ungu miliknya untuk masuk ke dalam sana.Setelah rantai ungu masuk ke dalam tubuh Manguntur, terkejutlah pemuda itu melihat dua Belati yang menyala tepat di dekat jantung berukuran besar. Belati itu terus berputar mengelilingi jantung tersebut dan mengeluarkan aura kebiruan."Akhirnya segel itu aku temukan! Sekarang waktunya untuk melepaskan Manguntur dari segel ini..." batin Bara lalu dia mengarahkan rantai ungu miliknya menuju ke salah satu Belati yang tengah berputar. Dengan cepat rantai tersebut langsung menyambar salah satu Belati dan menariknya keluar dari area jantung tersebut. Saat itulah, terjadi letupan kecil disana yang membuat Bara terkejut. Dengan cepat dia gunakan rantai ungu miliknya untuk menyambar satu Belati lagi kemudian membawanya keluar da
Gandi dan Dara mengikuti sosok roh senjata bernama Banyu Biru tersebut masuk ke dalam ruangan yang sangat luas. Bagi Dara Purbavati, itu adalah sebuah tempat yang penuh dengan kenangan saat dirinya masih bersama Empu Jagat Martapura. Namun bagi Gandi, ruangan dengan nuansa keemasan itu sangatlah luar biasa megah. Di dalam ruangan tersebut ada sepuluh pilar raksasa berjajar rapi dengan posisi lima di kanan dan lima di kiri dengan permadani hijau di tengah nya membentang sejauh puluhan tombak. Sepuluh pilar raksasa tersebut menopang bangunan raksasa yang merupakan ruangan inti dari Istana Abadi. Jika mengukur luas istana tersebut, bisa dikatakan sepuluh kali lebih besar dari keraton Kerajaan Naga Air milik Gandi. Dari kejauhan saja singgasana Empu Jagat tidak begitu terlihat. Selain karena jarak yang cukup jauh, juga ada semacam perisai menghalangi pandangan mata Gandi ke arah Singgasana yang berada di atas lantai istana dengan puluhan anak tangga tersebut."Luar biasa sekali...Pilar-p
Gandi melayang mendekati Pragasena dan tiga roh senjata yang menanti dirinya. Mereka berempat tersenyum melihat Raja Naga Air yang menenteng Pedang Naga Langit di tangan kanannya."Kau sungguh benar-benar berhasil mengalahkan kakak Sarasvati...!? Kau mengerikan anak muda!" seru Bolo Satrio begitu takjub melihat keberhasilan Gandi membawa Pedang Naga Langit di tangannya. Padahal sebelumnya dia merasa tak yakin pemuda itu bisa kembali hidup-hidup setelah bertemu Sarasvati, roh pedang Naga Langit yang dia kenal sebagai wanita yang begitu dingin dan kejam tanpa ampun. Kusumadewi, Dara Purbavati dan Pragasena sama-sama tersenyum dan menatap kearah Gandi. Ketiganya seolah mengisyaratkan bahwa mereka ingin mendengar cerita dari Gandi tentang bagaimana cara dia mengalahkan Sarasvati yang memiliki temperamen paling buruk di antara keenam senjata dewa ciptaan Empu Jagat Martapura selain Pedang Tak Berwujud.Dan Raja Naga Air itu pun memahami apa yang para roh senjata itu inginkan. Singkat ceri
Gandi memejamkan kedua matanya dan membiarkan Ki Ageng Samudra Biru mengambil alih tubuhnya. Saat itu juga, aura yang keluar dari tubuh Raja Naga Air itu berubah menjadi lebih kuat hingga berkali-kali lipat. Naga Langit yang merupakan Kaisar Long Yun menatap kearah Gandi dengan matanya yang menyala biru terang."Aura ini terasa sangat tak asing...Apakah itu kau, Biru?" tanyanya dengan suara yang besar padahal dia adalah Naga wanita. Gandi yang ada di dalam alam jiwa pun menjadi membayangkan seperti apa rupa dari wanita Naga tersebut. Tubuh Gandi yang saat itu dikuasai Ki Ageng Samudra Biru menyeringai kecil. Lalu dari dalam tubuhnya keluar aura Naga dengan ukuran yang luar biasa besar. Hampir lima kali lipat dari besarnya Naga Langit yang saat ini baru keluar separuhnya saja dari retakan ruang. Gandi pun berdiri di atas kepala naga raksasa tersebut sambil menatap Naga Langit dengan matanya yang juga menyala biru."Akhirnya kau menyadarinya. Lama tak jumpa, Long Yun," sahut Gandi. Ked
Kepala Naga berukuran sangat besar itu keluar dari retakan ruang yang semakin besar. Gandi yang melihat hal itu pun hanya bisa terperangah karena tak menyangka sama sekali, Sarasvati bisa melakukan hal sehebat itu padahal dia hanyalah seorang roh pedang."Gandi, itu adalah perwujudan Naga Kuno seperti diriku. Dia adalah Naga Langit, Kaisar Long Yun." kata Ki Ageng Samudra Biru di dalam alam jiwa Gandi."Kaisar Long Yun!? Kau mengenalnya?" tanya Gandi."Tentu saja aku mengenal semua Naga Kuno yang sepantaran dengan diriku. Tak kusangka, salah satu kenalan lama ku justru terkurung di tempat ini dan malah menjadi roh senjata temanku sendiri. Menyedihkan... Huh! Kenapa Empu Jagat merahasiakan hal ini dariku? Tapi sejujurnya aku sudah curiga sejak lama saat dia mengatakan bahwa dia telah membuat senjata bernama Pedang Naga Langit. Aku tak mengira, dia akan menggunakan jiwa dari Kaisar Long Yun untuk menjaga pedang tersebut. Aku belum tahu, bagaimana bisa dia mendapatkan Roh Kaisar Naga yan
Narashansa berkelit ke samping saat serangan datang menghujam. Lalu setelah Pedang itu lewat di sampingnya, dia pun melakukan serangan ke arah tubuh Sarasvati. Namun tiba-tiba tubuh wanita itu menghilang dan tahu-tahu sudah ada tepat di belakang tubuh Narashansa."Kau merepotkan saja!" umpat nya sambil mengayunkan pedang.Narashansa terkejut dan tak sempat untuk menghindar. Dia pun bertahan menggunakan Perisai petir miliknya. Meski sebenarnya dia tak yakin mampu menahan ayunan pedang kuat tersebut mengingat Gandi yang bertahan menggunakan Pedang Guntur Saketi saja jatuh ke bawah sana setelah dihantam aura pedang Naga Langit tersebut.Blaaarrrr!!!Ledakan menggelegar terdengar setelah pedang yang memiliki cahaya putih terang dengan semburat biru tua itu menghantam. Kening Narashansa nampak mengernyit menahan tekanan yang luar biasa dahsyat dari Pedang Naga Langit tersebut. Hingga akhirnya dia tak bisa lagi bertahan dari amukan Sarasvati.Tubuh Narashansa pun melayang jatuh menyusul Gan
Bebatuan yang hancur akibat terkena serangan tak terlihat itu menciptakan suara bergemuruh dahsyat. Gandi menatap semua itu dengan perasaan yang sedikit gelisah. Hal itu dikarenakan serangan sebesar itu tak disadari olehnya dan bahkan tak terasakan sama sekali hawa kedatangannya. Padahal dampak yang ditimbulkan dari serangan itu mampu menghancurkan puncak gunung batu yang ada di belakang sana."Sungguh mustahil...Bagaimana bisa aku tak merasakan aura kekuatan sebesar itu...? Apakah ini kemampuan sebenarnya dari Pedang Naga Langit?" batin Gandi."Sepertinya dia sudah tahu kedatangan kita. Padahal jarak dari tempat kita saat ini dengannya masih sangat jauh. Tapi dia bisa melancarkan serangan sekuat ini tanpa kau sadari sama sekali. Sepertinya, lawanmu kali ini lebih hebat lagi dibanding Bolo Satrio," kata Narashansa. Gandi menghela napas dalam-dalam dan menghembuskannya dengan keras."Kenapa kau bisa merasakan serangan itu sedangkan aku tidak? Seandainya tak ada dirimu, mungkin aku akan
Gandi menatap kearah lereng gunung yang longsor akibat hantaman tubuh Bolo Satrio yang baru saja terkena pukulan darinya. Tangan pemuda itu pun bergerak kedepan. Dari dalam telapak tangannya muncul aura biru yang merupakan kekuatan air miliknya. Tangan air tersebut bergerak cepat memanjang dan masuk ke dalam sela-sela batu.Tubuh Bolo Satrio keluar dari dalam reruntuhan tanah dan Batu dalam keadaan mengenaskan. Zirah di tubuhnya hancur dan nampak luka yang parah pada bagian dadanya. Tangan air itu mencengkram lehernya dan menyeret roh senjata tersebut keluat dari reruntuhan."Apa kau sudah menyerah? Kau tak mungkin bisa menang melawanku," kata Gandi.Bolo Satrio yang merasa tak berdaya pun melepaskan Palu Naga Bumi hingga terjatuh ke tanah pertanda dia telah menyerah. Gandi pun melepaskan cengkraman tangan air miliknya pada leher pria besar tersebut lalu melompat di dekatnya. Pemuda itu menempelkan telapak tangan kanannya di bahu Bolo Satrio. Saat itu juga aura kuning keluar dari tang
Disaat Gandi tengah berbincang dengan Dewi Narashansa yang baru saja muncul dari dalam Pedang Guntur Saketi, Bolo Satrio yang sebelumnya terkena pukulan wanita tersebut melompat keluar dari dalam tanah yang mengubur dirinya. Wajahnya terlihat sangat marah dan tubuhnya pun nampak gosong di beberapa bagian akibat pukulan mengandung kekuatan petir dari Narashansa."Kau...Apakah kau juga roh senjata sama seperti diriku?" tanyanya sambil menunjuk kearah wanita buta yang ada di hadapan Gandi. Meski marah dan dendam, tapi rasa penasarannya terhadap sosok yang keluar dari dalam Pedang Guntur Saketi itu lebih besar. Narashansa pun menoleh lalu tersenyum."Tidak. Aku bukan roh seperti dirimu. Aku adalah janin Dewa yang baru saja terlahir tepat disaat pemilikku memanggil diriku. Sebagai seorang Roh Senjata, seharusnya kau tahu apa itu janin dewa bukan?" sahut Narashansa. Kedua mata Bolo Satrio nampak membesar mendengar jawaban dari wanita cantik dengan ikat kepala biru tersebut."Janin Dewa...?
Bolo Satrio dan Naga Bumi miliknya telah jatuh ke dalam cengkraman tangan air raksasa milik Gandi Wiratama. Keduanya meronta-ronta berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman tersebut. Namun mereka tak bisa melakukannya karena kekuatan air milik Gandi sangat besar dan sulit untuk ditembus. Yang ada Bolo Satrio justru menjadi semakin lemah karena terperangkap di dalam air. Sedangkan Naga Bumi tubuhnya mulai remuk karena remasan tangan raksasa tersebut."Menyerahlah dan aku akan lepaskan kalian!" kata Gandi sambil menatap mereka berdua yang terlihat tersiksa.Bolo Satrio yang mendengar hal itu merasa harga dirinya diremehkan dan mulai terlihat sangat marah. Tangan kirinya pun mengarah ke Naga Bumi yang hampir hancur karena cengkraman tangan air raksasa. Kedua mata pria itu nampak menyala keemasan."Kau pikir aku sudah kalah hah!?" geram pria besar tersebut lalu dari dalam telapak tangannya keluar sinar emas. Tiba-tiba tubuh pria itu lenyap dari dalam telapak tangan air tersebut membu