Devidas melesat dengan kecepatan yang membuat Bara terkejut bukan main. Karena tahu-tahu pria itu sudah berada tepat di depan mata dan langsung melayangkan tinjunya. Padahal jarak antara Bara dan Devidas ratusan tombak jauhnya. Namun dengan kecepatan anehnya, dia sudah berada di depan Bara dan langsung menghajar wajah pemuda tersebut dengan keras.Buk!Ugh!!!Tubuh Bara terpental ke belakang dengan deras. Devidas langsung menyusulnya. Lalu dari bawah menghantam punggung Bara hingga membuat pemuda itu berteriak kesakitan. Tubuhnya pun mencelat ke langit tak terhentikan. Devidas menyeringai lebar."Aku kembalikan pukulan yang tadi aku terima bocah!" ucapnya lalu dia mengangkat tangannya ke arah langit. Dari balik awan, muncul tinju berukuran raksasa yang menerima tubuh Bara dengan Pukulan kuat.Hantaman itu pun membuat tubuh Bara meluncur ke kaki gunung dengan derasnya dan menghantam tanah hingga terjadi ledakan yang begitu besar.
"Akkkkhhhh!" teriak Gandi yang merasa kesakitan saat kuku tajam itu menusuk dagingnya. Devidas tertawa terbahak-bahak sementara darah muncrat dari dalam dada Gandi. Tiba-tiba saja sesuatu mencekik leher sosok berpakaian merah tersebut. Lalu tubuh Devidas terangkat di udara. Gandi terkejut melihat Devidas yang nampak meronta-ronta mencoba melepaskan diri dari sesuatu yang mencekik lehernya. Padahal Gandi sendiri tidak tahu apa yang tengah mencekik leher pria tersebut.Lalu tiba-tiba saja melesat satu sosok berpakaian putih dengan aura merah membara dari dalam tubuhnya. Kedua mata Gandi terbelalak melihat satu sosok wanita berparas cantik jelita yang bergerak cepat menghajar Devidas dengan serangan mematikan.Brak!Tangan kanan wanita cantik itu menghujam ke tubuh Devidas hingga tembus ke belakang. Lalu tangan kirinya bergerak meninju perut pria itu hingga terpental sangat jauh. Kedua mata wanita cantik itu menyala merah. Tangan kanannya terangkat
Ledakan sangat besar terjadi di udara setelah serangan Devidas ditahan oleh Kahiyang Dewi. Gelombang merah menyebar dengan cepat menyapu langit. Bumi dan langit sama-sama bergetar. Kahiyang Dewi tersentak mundur hingga beberapa tombak. Devidas meluncur dari tempatnya dengan kecepatan luar biasa. Hanya dalam satu hitungan, tubuhnya sudah berada di hadapan Kahiyang Dewi.Namun belum sempat dia memukul, sesuatu yang tak terlihat kembali menarik tangannya sehingga tangan kanannya tertahan di belakang. Kahiyang Dewi tersenyum tipis sebelum dirinya melesat lalu menghujamkan tinjunya ke dada Devidas dengan telak.Dsss!Tubuh pria itu terpental ke belakang. Tangan Kahiyang Dewi bergerak seolah menarik sesuatu. Dan tiba-tiba tangan kanan Devidas remuk oleh sesuatu yang tak terlihat. Itu adalah Jurus langka milik Kahiyang Dewi yang bernama Naga Tak Berwujud. Kemampuan Kahiyang Dewi saat ini sudah setara dengan Dewa tingkat atas di kahyangan. Sehingga dia masih bisa
Bara Sena menatap kearah dimana pusat ledakan yang dia ciptakan untuk menghancurkan Devidas. Meski dia tidak yakin serangannya itu akan membunuhnya, namun paling tidak dia sudah membalas serangan yang dia terima beberapa saat yang lalu. Dan kini Golok Iblis sudah dia keluarkan pertanda dia tengah bersungguh-sungguh.Dewi Es Lian Xie dan Kahiyang Dewi melayang di samping Bara Sena yang masih dalam wujud Dewa Cahaya."Apakah makhluk itu masih hidup?" tanya Lian Xie."Selama kelemahannya belum disegel, dia akan kembali hidup. Kita hanya bisa menunggu Gandi menyegel kemampuan utamanya yang ada di puncak gunung itu," kata Bara Sena."Jad begitu ya. Kalau begitu, kita hanya perlu mengulur waktu bukan?" tanya Lian Xie lagi.Bara menganggukkan kepalanya. Mereka bertiga menanti kemunculan Devidas yang sebelumnya baru saja dihajar habis-habisan oleh Bara Sena. "Ughhh...! Sangat menyakitkan...! Bocah tadi, darimana kekuatannya berasal...?
Devidas terkejut saat dia menahan hantaman Golok Iblis milik Bara Sena. Dia merasa telah menghadang sesuatu yang sangat berat hingga membuat tubuhnya terpental ke belakang. Beruntung dia tidak sampai terjengkang dan mampu menahan tubuhnya agar tidak sampai hal itu terjadi. Namun kedua mata pria itu melotot tak percaya melihat kedua tangannya yang gemetar setelah menahan hantaman Golok Iblis."Bagaimana bisa serangannya sekuat itu...? Tidak, ini pasti bukan serangan pemuda itu. Apakah senjata yang dia gunakan yang membuat kekuatan serangannya menjadi sangat berat dan kuat. Untungnya aku mengerahkan seluruh kemampuan sehingga bisa menahan serangannya Tanpa terluka parah." batin Devidas.Bara kembali ke posisinya bersama Kahiyang Dewi dan Lian Xie. Namun kali ini dia juga membopong tubuh Dewi Biru yang baru saja dia selamatkan dari hantaman Cakar aneh milik Devidas yang mampu membelah kubus biru."Hampir saja kau terkena serangan orang itu...Untung saja aku s
Gandi Wiratama mengerahkan kekuatan yang tidak sedikit saat akan menembus Inti Jiwa dari makhluk raksasa yang ada di hadapannya. Setelah mencari cukup lama, akhirnya dia menemukan juga, Inti Jiwa dari makhluk tersebut. Hanya saja, untuk menembus inti Jiwa itu, tidak sesederhana yang terlihat. Karena Inti Jiwa seorang Dewa, memiliki kesadaran Roh sendiri yang akan bertindak melindungi diri dari apa pun yang mengancamnya. Hal ini tidak disadari oleh Gandi sama sekali karena dia masih awam tentang Inti Jiwa seorang dewa. Tak hanya itu, apa yang dia lakukan saat ini adalah pertama kali bagi dirinya menyusup masuk ke dalam Inti Jiwa seorang dewa.Aliran kekuatan air miliknya bergerak mengitari Inti Jiwa yang menyala merah dan berbentuk bulat sebesar buah kelapa tersebut. Itu adalah Inti Jiwa terbesar yang pernah Gandi lihat seumur hidupnya. "Jika ini Turnamen di Hutan Perburuan Harta, apakah Inti Jiwa ini berada di atas Harta Surgawi?" batin Gandi masih sempat ber
Devidas tak berdaya saat dua kekuatan yang berbeda menjerat tubuhnya. Sementara, kesadaran Roh miliknya yang ada di dalam tubuh raksasa tengah disegel oleh Gandi Wiratama sehingga dia benar-benar dalam keadaan yang tidak diuntungkan."Ini benar-benar diluar dugaan sama sekali! Tidak ada cara lain lagi untuk melepaskan diri dari maut. Hanya dengan melepas Mantra Abadi dan memberikan jiwaku kepadanya, itu jauh lebih baik daripada aku mati konyol oleh Bajingan-Bajingan ini," batin Devidas.Rantai Hijau yang melilit sekujur tubuhnya seolah tengah menyerap jiwanya secara perlahan. Sementara, aura merah yang menyelubungi dirinya menjadikan dia merasa lemah tak bertenaga. Sehingga dia tak bisa melawan balik apa yang tengah di lakukan dua leluhur penghuni Golok Iblis tersebut.Dalam keadaan yang sudah diujung tanduk, kaki kanannya masih saja merasakan sakit oleh Golok Iblis yang menimpa punggung telapak kakinya. Dan Golok itu sangat berat hingga dia tak bisa menggeser barang sedikit pun. Dev
Bara Sena dan Gandi Wiratama sama-sama dibuat terkejut dengan bangkitnay Devidas dari kematiannya padahal jantung pria tersebut sudah diberikan dan dimakan oleh kesadaran Roh miliknya sendiri. "Apa yang sebenarnya Devidas lakukan? Apakah dia menggunakan kekuatan terlarang yang mengorbankan dirinya sendiri?" tanya Gandi."Sepertinya begitu. Sebelumnya dia dalam keadaan terdesak oleh Golok Iblis milikku. Dan juga keadaan kesadaran Roh yang tengah kau segel serta kemunculan tiga wanita dewa itu. Pasti dia merasa keadaannya terpojok dan tak punya pilihan lain. Seharusnya saat dia merapal mantra aku langsung saja membunuhnya...! Sial...!" kata Bara kesal."Kau memang bodoh malah menunggu musuh mengeluarkan kekuatan yang mengerikan seperti ini." sahut Gandi membuat Bara semakin kesal saja.Devidas yang sudah bangkit kembali dalam keadaan dada kiri berlubang itu menatap tajam kearah Bara dan Gandi yang juga tengah menatap kearahnya. Lalu pria itu menoleh kearah Golok Iblis yang masih menanc
Gandi dan Dara mengikuti sosok roh senjata bernama Banyu Biru tersebut masuk ke dalam ruangan yang sangat luas. Bagi Dara Purbavati, itu adalah sebuah tempat yang penuh dengan kenangan saat dirinya masih bersama Empu Jagat Martapura. Namun bagi Gandi, ruangan dengan nuansa keemasan itu sangatlah luar biasa megah. Di dalam ruangan tersebut ada sepuluh pilar raksasa berjajar rapi dengan posisi lima di kanan dan lima di kiri dengan permadani hijau di tengah nya membentang sejauh puluhan tombak. Sepuluh pilar raksasa tersebut menopang bangunan raksasa yang merupakan ruangan inti dari Istana Abadi. Jika mengukur luas istana tersebut, bisa dikatakan sepuluh kali lebih besar dari keraton Kerajaan Naga Air milik Gandi. Dari kejauhan saja singgasana Empu Jagat tidak begitu terlihat. Selain karena jarak yang cukup jauh, juga ada semacam perisai menghalangi pandangan mata Gandi ke arah Singgasana yang berada di atas lantai istana dengan puluhan anak tangga tersebut."Luar biasa sekali...Pilar-p
Gandi melayang mendekati Pragasena dan tiga roh senjata yang menanti dirinya. Mereka berempat tersenyum melihat Raja Naga Air yang menenteng Pedang Naga Langit di tangan kanannya."Kau sungguh benar-benar berhasil mengalahkan kakak Sarasvati...!? Kau mengerikan anak muda!" seru Bolo Satrio begitu takjub melihat keberhasilan Gandi membawa Pedang Naga Langit di tangannya. Padahal sebelumnya dia merasa tak yakin pemuda itu bisa kembali hidup-hidup setelah bertemu Sarasvati, roh pedang Naga Langit yang dia kenal sebagai wanita yang begitu dingin dan kejam tanpa ampun. Kusumadewi, Dara Purbavati dan Pragasena sama-sama tersenyum dan menatap kearah Gandi. Ketiganya seolah mengisyaratkan bahwa mereka ingin mendengar cerita dari Gandi tentang bagaimana cara dia mengalahkan Sarasvati yang memiliki temperamen paling buruk di antara keenam senjata dewa ciptaan Empu Jagat Martapura selain Pedang Tak Berwujud.Dan Raja Naga Air itu pun memahami apa yang para roh senjata itu inginkan. Singkat ceri
Gandi memejamkan kedua matanya dan membiarkan Ki Ageng Samudra Biru mengambil alih tubuhnya. Saat itu juga, aura yang keluar dari tubuh Raja Naga Air itu berubah menjadi lebih kuat hingga berkali-kali lipat. Naga Langit yang merupakan Kaisar Long Yun menatap kearah Gandi dengan matanya yang menyala biru terang."Aura ini terasa sangat tak asing...Apakah itu kau, Biru?" tanyanya dengan suara yang besar padahal dia adalah Naga wanita. Gandi yang ada di dalam alam jiwa pun menjadi membayangkan seperti apa rupa dari wanita Naga tersebut. Tubuh Gandi yang saat itu dikuasai Ki Ageng Samudra Biru menyeringai kecil. Lalu dari dalam tubuhnya keluar aura Naga dengan ukuran yang luar biasa besar. Hampir lima kali lipat dari besarnya Naga Langit yang saat ini baru keluar separuhnya saja dari retakan ruang. Gandi pun berdiri di atas kepala naga raksasa tersebut sambil menatap Naga Langit dengan matanya yang juga menyala biru."Akhirnya kau menyadarinya. Lama tak jumpa, Long Yun," sahut Gandi. Ked
Kepala Naga berukuran sangat besar itu keluar dari retakan ruang yang semakin besar. Gandi yang melihat hal itu pun hanya bisa terperangah karena tak menyangka sama sekali, Sarasvati bisa melakukan hal sehebat itu padahal dia hanyalah seorang roh pedang."Gandi, itu adalah perwujudan Naga Kuno seperti diriku. Dia adalah Naga Langit, Kaisar Long Yun." kata Ki Ageng Samudra Biru di dalam alam jiwa Gandi."Kaisar Long Yun!? Kau mengenalnya?" tanya Gandi."Tentu saja aku mengenal semua Naga Kuno yang sepantaran dengan diriku. Tak kusangka, salah satu kenalan lama ku justru terkurung di tempat ini dan malah menjadi roh senjata temanku sendiri. Menyedihkan... Huh! Kenapa Empu Jagat merahasiakan hal ini dariku? Tapi sejujurnya aku sudah curiga sejak lama saat dia mengatakan bahwa dia telah membuat senjata bernama Pedang Naga Langit. Aku tak mengira, dia akan menggunakan jiwa dari Kaisar Long Yun untuk menjaga pedang tersebut. Aku belum tahu, bagaimana bisa dia mendapatkan Roh Kaisar Naga yan
Narashansa berkelit ke samping saat serangan datang menghujam. Lalu setelah Pedang itu lewat di sampingnya, dia pun melakukan serangan ke arah tubuh Sarasvati. Namun tiba-tiba tubuh wanita itu menghilang dan tahu-tahu sudah ada tepat di belakang tubuh Narashansa."Kau merepotkan saja!" umpat nya sambil mengayunkan pedang.Narashansa terkejut dan tak sempat untuk menghindar. Dia pun bertahan menggunakan Perisai petir miliknya. Meski sebenarnya dia tak yakin mampu menahan ayunan pedang kuat tersebut mengingat Gandi yang bertahan menggunakan Pedang Guntur Saketi saja jatuh ke bawah sana setelah dihantam aura pedang Naga Langit tersebut.Blaaarrrr!!!Ledakan menggelegar terdengar setelah pedang yang memiliki cahaya putih terang dengan semburat biru tua itu menghantam. Kening Narashansa nampak mengernyit menahan tekanan yang luar biasa dahsyat dari Pedang Naga Langit tersebut. Hingga akhirnya dia tak bisa lagi bertahan dari amukan Sarasvati.Tubuh Narashansa pun melayang jatuh menyusul Gan
Bebatuan yang hancur akibat terkena serangan tak terlihat itu menciptakan suara bergemuruh dahsyat. Gandi menatap semua itu dengan perasaan yang sedikit gelisah. Hal itu dikarenakan serangan sebesar itu tak disadari olehnya dan bahkan tak terasakan sama sekali hawa kedatangannya. Padahal dampak yang ditimbulkan dari serangan itu mampu menghancurkan puncak gunung batu yang ada di belakang sana."Sungguh mustahil...Bagaimana bisa aku tak merasakan aura kekuatan sebesar itu...? Apakah ini kemampuan sebenarnya dari Pedang Naga Langit?" batin Gandi."Sepertinya dia sudah tahu kedatangan kita. Padahal jarak dari tempat kita saat ini dengannya masih sangat jauh. Tapi dia bisa melancarkan serangan sekuat ini tanpa kau sadari sama sekali. Sepertinya, lawanmu kali ini lebih hebat lagi dibanding Bolo Satrio," kata Narashansa. Gandi menghela napas dalam-dalam dan menghembuskannya dengan keras."Kenapa kau bisa merasakan serangan itu sedangkan aku tidak? Seandainya tak ada dirimu, mungkin aku akan
Gandi menatap kearah lereng gunung yang longsor akibat hantaman tubuh Bolo Satrio yang baru saja terkena pukulan darinya. Tangan pemuda itu pun bergerak kedepan. Dari dalam telapak tangannya muncul aura biru yang merupakan kekuatan air miliknya. Tangan air tersebut bergerak cepat memanjang dan masuk ke dalam sela-sela batu.Tubuh Bolo Satrio keluar dari dalam reruntuhan tanah dan Batu dalam keadaan mengenaskan. Zirah di tubuhnya hancur dan nampak luka yang parah pada bagian dadanya. Tangan air itu mencengkram lehernya dan menyeret roh senjata tersebut keluat dari reruntuhan."Apa kau sudah menyerah? Kau tak mungkin bisa menang melawanku," kata Gandi.Bolo Satrio yang merasa tak berdaya pun melepaskan Palu Naga Bumi hingga terjatuh ke tanah pertanda dia telah menyerah. Gandi pun melepaskan cengkraman tangan air miliknya pada leher pria besar tersebut lalu melompat di dekatnya. Pemuda itu menempelkan telapak tangan kanannya di bahu Bolo Satrio. Saat itu juga aura kuning keluar dari tang
Disaat Gandi tengah berbincang dengan Dewi Narashansa yang baru saja muncul dari dalam Pedang Guntur Saketi, Bolo Satrio yang sebelumnya terkena pukulan wanita tersebut melompat keluar dari dalam tanah yang mengubur dirinya. Wajahnya terlihat sangat marah dan tubuhnya pun nampak gosong di beberapa bagian akibat pukulan mengandung kekuatan petir dari Narashansa."Kau...Apakah kau juga roh senjata sama seperti diriku?" tanyanya sambil menunjuk kearah wanita buta yang ada di hadapan Gandi. Meski marah dan dendam, tapi rasa penasarannya terhadap sosok yang keluar dari dalam Pedang Guntur Saketi itu lebih besar. Narashansa pun menoleh lalu tersenyum."Tidak. Aku bukan roh seperti dirimu. Aku adalah janin Dewa yang baru saja terlahir tepat disaat pemilikku memanggil diriku. Sebagai seorang Roh Senjata, seharusnya kau tahu apa itu janin dewa bukan?" sahut Narashansa. Kedua mata Bolo Satrio nampak membesar mendengar jawaban dari wanita cantik dengan ikat kepala biru tersebut."Janin Dewa...?
Bolo Satrio dan Naga Bumi miliknya telah jatuh ke dalam cengkraman tangan air raksasa milik Gandi Wiratama. Keduanya meronta-ronta berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman tersebut. Namun mereka tak bisa melakukannya karena kekuatan air milik Gandi sangat besar dan sulit untuk ditembus. Yang ada Bolo Satrio justru menjadi semakin lemah karena terperangkap di dalam air. Sedangkan Naga Bumi tubuhnya mulai remuk karena remasan tangan raksasa tersebut."Menyerahlah dan aku akan lepaskan kalian!" kata Gandi sambil menatap mereka berdua yang terlihat tersiksa.Bolo Satrio yang mendengar hal itu merasa harga dirinya diremehkan dan mulai terlihat sangat marah. Tangan kirinya pun mengarah ke Naga Bumi yang hampir hancur karena cengkraman tangan air raksasa. Kedua mata pria itu nampak menyala keemasan."Kau pikir aku sudah kalah hah!?" geram pria besar tersebut lalu dari dalam telapak tangannya keluar sinar emas. Tiba-tiba tubuh pria itu lenyap dari dalam telapak tangan air tersebut membu