Share

Bab 68

Author: Dhisa Efendi
last update Last Updated: 2024-05-10 16:20:24

'Malam ini aja? Bisa jadi kebiasaan!' gerutu hati Anda. Para pemancing itu tidak boleh diberi kesempatan. Mereka memang gila memancing. Hoby mengalahkan kebutuhan utama.

"Bu Nisa gimana, sih? Dia mau tidur mah tidur aja! Yang kerja 'kan ada!"

"Padahal kalau di sini sampai season 3, Kita nggak usah kemana - mana."

"Iya! Payah banget!"

Anda, Catur dan Yasa hanya diam tanpa dapat membela. Tapi mereka memang tidak sanggup bila harus ke season 3.

'Maaf, Bu.' ucap hati mereka masing - masing.

Dengan cara ini mereka tidak mendapat omelan dari Bos mereka, Iman. Dan Nisa rela mendapat kecaman dari para pemancing.

Setelah ucapan salam terkirim si Mbak akhirnya benar - benar datang.

"Maaf, Bu. Saya mau pamit." katanya to the point. Meskipun kesal, Nisa merasa lega.

"Di tempat Saya nggak ada yang jagain warungnya." Katanya lagi melihat Nisa hanya diam menatapnya.

"Ya. Baik - baik di sana." ujar Nisa tanpa ingin menahannya.

Si Mbak terperangah. Nisa bersikap tidak perduli atas pengunduran dir
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Gara-gara Selembar 50 Ribu   Bab 69

    "Yasa berhenti kerja kayaknya. Udah beberapan hari Dia nggak masuk. Nggak ngasih kabar juga.""Catur dan Anda kerja berdua aja, Mereka sanggup, Pah?""Itulah." tentu saja mereka keteteran. Seringkali Iman harus turun tangan untuk me membantu mereka. "Nggak ada orang lagi ya, Bos?" komentar para pemancing. "Emang kenapa kalau Saya ikut bantuin?" sergah Iman kesal. Para pemancing ini selalu ada saja yang dikomentarin."Bos lelet!" kurang ajar banget memang. Iman menjebik. "Kan emang bukan passionnya!" "Terus passionnya apa?" netra - netra bertanya menatap Iman. "Passionnya jadi Bos, lah! Beginian mah nggak level!" Adududududuh..!"Cepot suruh jadi Cady aja, Mah." Iman meminta pada Nisa. "Biar Ina bisa masuk warung." kata Iman lagi. Sepertinya itu bagus, tapi apa Cepot mau?Dan tanggapan Cepot adalah:"Nggak mau, Bu. Saya nggak mau jadi Cady.""Kenapa? Penghasilan Cady lebih besar, lho.""Biarin. Saya senang di warung, bu.""Tapi Cady lagi butuh orang, Sep.""Ibu ngusir Saya dari w

    Last Updated : 2024-05-11
  • Gara-gara Selembar 50 Ribu   Bab 70

    "Okelah kalau begitu." Nisa tersenyum. Ina memilih sendiri tugas yang tepat untuknya."Tapi Kamu beneran nggak capek, Na?""Nggak lah, Nis. Biasanya Aku jauh lebih capek dari ini.""Tapi hasilnya juga jauh lebih banyak." Nisa mengusap bahu Ina. "Bagaimana reaksi Tanto kalau Kamu kerja di sini? Malam, lagi.""Aku nggak perduli, Nisa. Aku bilang Aku cari uang cuma buat jajan anak - anakku. Sekarang kalau Dia masih malu nganggep Aku istrinya, masih ngerasa jadi Bapak, Dia harus usaha." pikiran Nisa traveling. Sebenarnya dirinya juga bernasib sama andai tidak ada pemancingan ini. "Aku bilang, Aku dan anak - anak nggak makan kalau Dia nggak mau nyari uang."Nisa menghela nafas."Kamu pasti masih punya simpanan, ya?" Ina mengangguk. Tapi Tanto tidak tahu ia punya simpanan itu karena Ina selalu mengatakan tidak punya uang untuk mereka makan sehari - hari."Nisa yang kasih." itu kalauTanto bertanya bila ada lauk di meja makan mereka. Kalau simpanan itu sudah habis, ia tidak tahu lagi baga

    Last Updated : 2024-05-12
  • Gara-gara Selembar 50 Ribu   Bab 71

    Dahi Anet yang berkerut menjadi pertanyaan Ina. Ia meletakkan gelas - gelas kotor di dalam tempat cucian piring tapi tidak langsung mencucinya. Ina memilih mendekati Anet yang menghadapi buku catatannya. "Kenapa, Net?" Anet mengangkat wajahnya. Alisnya yang tebal juga terangkat menanggapi pertanyaan Ina. "Itu, muka Kamu sampai butek banget kayak air kobokan." Anet menarik nafas panjang. "Ada orang gila, Bu." hah? "Ada orang gila? Dimana? Kok nggak ada yang ribut? Kenapa nggak diusir, sih?" tanya Ina beruntun. Ia langsung berdiri di pintu warung dan melihat keluar. Mana orang gilanya? "Orang gilanya ikut mancing." Hah? Ada orang gila ikut mancing? Ina semakin tidak mengerti. "Ibu nyuci gelasnya aja dulu, Aku ngitung dulu. Nanti Aku ceritain, deh." Ina terpaksa mengangguk. Ina kembali ke tempat cuci piring dan mengerjakan tugasnya. Anet juga mulai menghitung. Ina lebih dulu selesai. Ia dengan tidak sabar duduk menunggu Anet. "Cepat, Net! Keburu masuk season 2.""Iya." jawab Ane

    Last Updated : 2024-05-13
  • Gara-gara Selembar 50 Ribu   Bab 72

    Meski yang bertugas di lampak kecil tetap merasa berat melangkah, mereka tetap bertahan. Kini Cepot juga merasakannya. "Beneran berat, Bos." kali ini Iman percaya."Sekarang banyakin kocokan di lampak besar."Iman meminta yang bertugas di papan lebih banyak memilih nomor di lampak besar untuk dikocok. "Bagaimana kalau lampaknya penuh, Bos?""Itu 'kan baru kalau. Nyatanya lampak Kita nggak pernah penuh bulan - bulan terakhir ini.""Ini 'kan kalau, Bos.""Nanti Aku bantuin. Rewel banget, sih?" sungut Iman. Tapi ia berharap lampaknya akan penuh lagi seperti dulu. "Maaf ya para sedulur." Ia juga meminta pemancing yang duduk di lampak kecil agar lebih bersabar. "Nambaha orang aja atuh, Bos!" tetap saja para pemancing itu complain. Mereka itu memang selalu ingin cepat. Iman hanya dapat tersenyun pahit. "Jangan nambah orang ya, Bos."Anak - anak itu sendiri yang tidak mau orangnya ditambah karena penghasilan mereka lebih sedikit karena harus dibagi 4."Memang nggak bisa terus begini, Bo

    Last Updated : 2024-05-14
  • Gara-gara Selembar 50 Ribu   Bab 73

    "Papah kok lebih ngebelain mereka, sih? Mereka itu cuma sementara, Pah. Kalau renovnya udah selesai mereka juga nggak mancing lagi di sini.""Nah, itu Mamah tau. Kita manfaatin aja yang 3 hari ini. Lampak penuh, Mah. 2 season! Udah lama Kita nggak begitu.""Tapi cuma 3 hari, Pah. Bagaimana kalau pemancing Kita yang memilih pergi?""Nggak akan, Mah. Mereka pemancing - pemancing setia Kita. Udah tahunan mereka di sini."Meski tidak suka, Nisa tidak ingin berdebat lagi. Ia hanya berharap para pemancingnya tidak benar - benar 77kabur ke tempat lain gara - gara ini."Apalagi orang gila itu ada terus!" dengusnya sebal. Anet harus datang lebih awal karena Ina tidak mau menghadapi mereka sendirian."Sebel, Net. Mereka itu udah samanya sama yang punya empang.""Sama gimana, Bu?" Anet bertanya meski ia sudah dapat menebak jawabannya. Ina memiringkan telunjuk di dahinya. "Sinting, gila, miring." Anet tertawa. Ia menyerahkan kopi pada orang di depannya sambil bertanya, "Nama Abang siapa?""Ko

    Last Updated : 2024-05-15
  • Gara-gara Selembar 50 Ribu   Bab 74

    Anet tersenyum. Ia berusaha menahan dirinya agar tetap bersikap sopan. "Manusia tempatnya lupa, Bang. Maaf.""Tulisin aja, deh. Nabilla, kopi susu." mata Anet membulat tapi ia tetap menulis. Jadi yang namanya Nabilla itu laki - laki? "Itu nama anak Saya." seperti dapat menebak jalan pikiran Anet orang itu langsung menjelaskan. Ina yang sudah membuatkan kopi susunya langsung memberikannya."Ini, Bapaknya Nabilla." orang itu nengambil gelas itu tanpa menjawab sepatah katapun. "Jutek amat." sembur Ina. Anet tertawa. "Untung ini hari terakhir mereka di sini." Ina dan Anet merasa lega. Lain halnya dengan Iman. Meski Ia harus rela bertugas di papan karena yang bertugas di lampak kecil mesti 2 orang karena ia tidak ingin mengecewakan mereka. Iman senang melihat pemancingannya penuh.Para pemancing itu bahkan meminta melanjutkan ke season 3, tapi Iman menolaknya."Maaf, di sini cuma ada 2 season." Itu membuat anak - anak buahnya lega. Mereka pikir Iman akan menuruti para pemancing itu.

    Last Updated : 2024-05-16
  • Gara-gara Selembar 50 Ribu   Bab 75

    Mereka menerima hasil pembagiannya dengan senang. Hari ini Iman hanya mengambil sedikit, 2 hari kemarin ia membaginya sama rata. "Bos udah ketularan bu Nisa." bisik Cepot. Keduanya mengangguk setuju. "Besok Kita kembali lagi seperti semula.""Iya. Tapi kok rasanya lebih tenang, ya.""Iya. Mereka belagu - belagu banget.""Tapi mereka juga nguntungin Kita.""Cuma 3 hari.""Disyukurin aja." Catur mengangguk. Iya, semua itu harus disyukuri, meskipun sebentar. Meskipun cuma sedikit. Apalagi 3 hari ini mereka cukup banyak mendapatkan uang. Catur menepuk jidatnya dengan keras. Cepot dan Anda tentu saja terkejut. "Dasar nggak tahu bersyukur!" umpatnya pada diri sendiri. Cepot dan Anda tertawa. "Memang manusia itu selalu begitu, A. Selalu merasa kurang." Cepot menepuk bahu Catur."Akhirnya kembali lagi."Pemancingan kembali terlihat normal meski sebenarnya tidak. Ada beberapa pemancing yang tidak kembali sementara pemancing pendatang tidak ada yang menetap sama sekali."Bener - bener ngga

    Last Updated : 2024-05-17
  • Gara-gara Selembar 50 Ribu   Bab 76

    Nisa tersenyum. Ia merasa sangat senang tapi ia harus lebih memastikan lagi."Tapi jangan yang genit ya, Na. Nggak boleh pakai baju terbuka. Nggak boleh pakai celana pendek..""Emang Aku nyari jablay?" potong Ina. Nisa mengangkat alisnya. "Bukan, ya?" mereka kembali tertawa."Aku pasti kangen sama Kamu.""Jangan lebay, ah. Kayak jarak Kita ratusan kilometer aja. Rumah Kita cuma ratusan meter! Masih bisa jalan!""Ah, Kamu Na! Nggak tau Orang lagi melow." Nisa menyeka airmatanya dengan ujung lengan dasternya. Bagaimanapun Ia akan sangat kehilangan Ina. Ina menepati janjinya. Ia mencari pengganti dirinya dan membawanya ke warung Nisa untuk dapat langsung bekerja. Tapi..Waktu yang datang adalah gadis bohay dengan memakai celana jeans yang robek di sana sini, bahkan menyembulkan kulit pahanya yang putih, Nisa langsung menolaknya dan menyuruhnya pulang. Sedang Anet tidak dapat menahan mulutnya untuk tidak terbuka. Ia bingung. Darimana Ina membawa gadis itu? Ia cantik tapi terlihat dekil

    Last Updated : 2024-05-18

Latest chapter

  • Gara-gara Selembar 50 Ribu   Bab 130

    "Udangnya pesan beberapa porsi ya, Nah. Oke, Kita nanti meluncur ke sana. Nemenin Edi dulu sebentar." Hasby menutup ponselnya."Bagaimana? Mau ikut apa tinggal di sini?" Hasby melirik Sani yang langsung tersipu malu."Saya punya suami, Bang." Mumu, Yanti, Iman dan Nisa langsung tergelak - gelak. "Emang Saya nanya?"Edi mengerucutkan bibirnya. Hasby tak dapat menahannya lagi. Tawanya terlepas. "Dia ngomong begitu karena takut Kamu kena php, Di.""Ayok, jalan." Edi menyeruput kopinya lagi sebelum berjalan."Mau kemana? Yanah di sebelah sana!" Hasby menunjuk arah yang sebaliknya. Edi memutar langkahnya. "Kasihan Bang Edi." ucap Nisa. Iman merengkuh bahu dan memeluk Nisa.Yanti tau Mumu tidak akan melakukan itu karena tidak terbiasa. Ia berinsiatif memeluk lengan Mumu lagi. Tapi tak di sangka Mumu melepaskan tangan Yanti dan melingkarkan tangannya di pinggang istrinya. Yanti hampir menangis karena bahagia. Netra Edi yang tajam langsung melihat keberadaan Yanah dan Ijay. "Nah!" ter

  • Gara-gara Selembar 50 Ribu   Bab 129

    "Bang Hasby tidak terlalu memuja pada kecantikan. Yang penting klik.""Tapi Aku nggak pe de tanpa make up." kata Ratna, mulai goyah. "Ya, jangan harap Bang Hasby akan melirik Mbak. Padahal Dia lagi cari pendamping hidup, lho. Dia sudah lama jadi duren. Duda keren." Yanti mulai menjadi kompor. "Udah, yuk. Kita mau ke toilet." ajak Yanah. "Eh, nanti dulu. Kalau Saya nggak pakai make up apa Hasby akan menyukai Saya?"Ikan memakan umpannya. Nisa tersenyum. "Sudah pasti. Abang pernah bilang suka kok, sama Mbak. Tapi katanya,'Sayang ya, Dia pakai make up. Coba kalau enggak." Nisa heran kenapa Yanti begitu lancarnya berbohong. Ratna termenung. "Andai Mbak bisa jadi kakak ipar Kita, Kita pasti seneng banget bisa makan enak terus." rayu Yanah lagi. Dalam hatinya ia bergumam, 'Duh - duhh..! Apanya yang enak, siiih?'Ratna tercenung. Apakah Hasby benar - benar akan tertarik padanya tanpa riasan di wajahnya? Mereka melanjutkannya dengan cerita mengenai Hasby. Hasby yang seorang psikiate

  • Gara-gara Selembar 50 Ribu   Bab 128

    "Ra.. Ra..?" Edi tergagap. Ia terkesima bukan karena takjub tapi lebih karena terkejut dan takut. "Ratna?" sapa Hasby dengan senyum yang mengembang. Bertolak belakang dengan Edi yang kemudian memalingkan wajahnya, Hasby justru bangun untuk menjabat tangannya. Di mata Edi Ratna begitu menyeramkan. Alisnya hanya tinggal sebelah - sebelah karena tidak ada lukisan dari pensil alis di sana. Bibirnya juga hampir membiru karena tidak ada sapuan lipstik di atasnya. Hasby tersenyum."Apa kabar?" tuturnya. Lebih hangat dari biasanya. "Baik." Ratna langsung duduk di sebelah Hasby. Ia merasa Hasby telah meresponnya dengan baik. Tidak kaku seperti sebelumnya. Bibir birunya menguakkan senyum. "Kapan - kapan Saya main ke rumah Abang, ya?" katanya tanpa melirik sedikitpun pada Edi yang belum pulih dari rasa terkejutnya. "Boleh." Hasby tersenyum tipis. Ia tidak takut Ratna datang ke rumahnya karena banyak anak buahnya yang dapat menghalangi Ratna untuk bertemu dengannya. Ratna semakin senang

  • Gara-gara Selembar 50 Ribu   Bab 127

    Iman ikut tertawa sedang Hasby yang baru keluar dari ruangan itu menahan senyumnya. Baru kali ini Mumu mencemburui istrinya. Sudah puluhan tahun sejak mereka menikah. Selama ini Iman yang terkenal dengan kecemburuannya. Mumu selalu cuek pada istrinya. Tapi sekarang? Setelah menghentikan tawanya Edi berujar, "Habis ini Aku akan bertemu dengan Ratnaku. Aku sudah rindu berat." Ratnaku? Yang lain sontak menepuk jidatnya masing - masing. Gusti, bagaimana menyadarkbuan manusia satu ini? "Emang Kita mau ke sana lagi? Makanannya 'kan kurang enak?" berengut Yanah. "Iya." timpal Iman setuju. Edi menatap Hasby. Ia mulai cemas. Hasby mengerti kecemasan Edi. Bagaimanapun Ia tidak ingin mengecewakan adiknya yang satu ini. "Ya. Nanti Kita ke sana." Edi kembali ceria dan bersemangat. "Yes!"Nisa menggelengkan kepalanya. Prihatin. 'Kasihan Bang Edi. Dia kesepian.'Yanti menarik lengan Nisa."Ayok nanti Kita kerjain ondel - ondel itu, Nisa." bisiknya. "Bagaimana?" Yanti membisikkan sesu

  • Gara-gara Selembar 50 Ribu   Bab 126

    "Sabar, dong. Orang sabar itu kekasih Allah." ucap Hasby. Bijak seperti biasanya. "Taraaa!" Nisa mengembangkan kedua tangannya. Netra merah Mumu membelalak saat Yanti kembali. Yanti mengenakan gamis seperti Yanah dan Nisa. Kepalanya juga memakai hijab instan. Ada sapuan bedak dan lipstik tipis - tipis. Yanti terlihat berbeda. Yanti terlihat berbeda. Ia tersenyum malu saat netra suaminya nyaris tak berkedip menatapnya. "Kamu apain Dia, Nisa?" tanya Edi dengan mengerjapkan netranya berulangkali. "Ternyata gamis Teh Yanti banyak. Bagus - bagus. Tapi Dia nggak berani pakai. Takut Bang Mumu nggak suka. Takut diketawain.""Aku suka. Suka banget." cetus Mumu tanpa sadar. Air liurnya bahkan menetes. Ia seperti siap menelan Yanti sekarang juga."Iler tuh, iler!" Edi tertawa diikuti yang lain. "Nggak ada yang nggak suka sama perempuan feminin." ujar Iman sambil meraih Nisa dan menghadiahinya dengan sebuah kecupan kecil di pipinya. Cup! "Hadiah karena udah membuat Teh Yanti jadi peremp

  • Gara-gara Selembar 50 Ribu   Bab 125

    Yanah kembali memeluk Nisa. 'Kasihan anak ini. Dia benar - benar jadi korban untuk semuanya.'Ijay menatap Nisa. Ia kini menyadari perasaannya. "Itu bukan cinta, Nah. Itu cuma rasa kagum yang dibaluri rasa iri karena tidak dapat memilikinya. Nisa seperti boneka yang tidak bisa Kamu miliki, Jay. Jadi Kamu terobsesi padanya."Yanah dan Ijay mengangguk. Mereka sama menatap Nisa yang memerah wajahnya karena dikatakan boneka. Bulu matanya yang lentik mengerjap. Dia memang seperti boneka. "Boneka kesayangan." Yanah mencium pipi Nisa yang memerah karena malu.Nisa menyadari sesuatu. "Tolong, Teh, Bang, Iman nggak usah tau hal ini, ya?" Nisa tidak ingin membuat Iman menjadi posesif bila melihat Ia bersama Ijay."Masalah ini Kita tutup sampai di sini. Yang lain nggak usah tau, bukan hanya Iman." tegas Hasby. "Ya." Ijay dan Yanah mengangguk. Hasby tersenyum. Ia juga langsung pamit untuk pulang. Masalah ini sudah mereka selesaikan dengan baik karena campur tangan Hasby. Ijay berjanji aka

  • Gara-gara Selembar 50 Ribu   Bab 124

    "Teteh kenapa? Jangan bikin Nisa takut, Teh?" Nisa mengusap airmata Yanah dengan jari dan telapak tangannya. "Kamu mau maafin Aku kan, Nisa? Apapun kesalahanku?" Nisa semakin bingung. Ia ikut menangis karena mengkhawatirkan keadaan Yanah. Ia takut Yanah seperti Sari yang meminta maaf padanya karena akan pergi untuk selamanya. "Iya. Tapi Teteh jangan nangis gitu, dong?"Melihat Nisa ikut menangis Yanah berusaha meredam tangisnya. Tapi tidak bisa. Airmatanya justru meluncur semakin deras. Ia tidak henti - hentinya mengucapkan kata maaf. "Maafin Aku, Nisa. Maafin Aku."Terbayang sikap buruknya selama ini pada Nisa.'Kenapa Aku baru merasakan kebaikanmu, Nisa? Kenapa Kamu nggak pernah membalas perkataanku yang sengaja membuatmu sakit hati?'Melihat Yanah terus menangis Nisa tidak tahan lagi. Ia menghambur keluar kamar. Ijay dan Umboh terkejut melihat wajah Nisa yang basah dengan airmatanya. "Kenapa, Bik?" tanya Umboh panik. Ia langsung berlari ke kamar Mamahnya. Ijay menatap Nisa sebe

  • Gara-gara Selembar 50 Ribu   Bab 123

    Iman mengangguk seraya menepuk kantong celananya. "Ada. Tadi Bang Hasby sebelum berangkat ngasih Papah uang. Katanya biar Papah semangat nyetirnya." memang Hasby itu sangat murah hati. "Buat belanja besok aja, Pah." Nisa mulai berhitung. "Cukup, kok." berapa yang harus dihabiskan, sih? Hanya makan bakso berdua. Mereka semua makan juga masih ada lebihnya. "Buat bekal Doni?" Nisa ini benar - benar, ya? "Aman." rungut Iman. Tapi Nisa berpikir lagi."Tapi Mamah benaran kenyang, lho." Nisa melihat kekecewaan di mata Iman. Ia ingin jalan berdua dengan istrinya. Makan bakso hanya alasan."Gini aja. Mamah temenin Papah makan, ya?" Iman menjadi tidak bersemangat. "Mana enak makan sendiri."Nisa tersenyum. Tangannya mengelus pipi Iman. Ketiga anak mereka menatap dengan hati senang. "Mamah lagi romantis." bisik Doni. "Kita bikin romantis," Deni malah bersenandung dengan mulut penuh nasi. Ada yang tersembur keluar. "Jorok, ih!" Nino menoyor kepala adiknya. Deni dan Doni tertawa. "Yang

  • Gara-gara Selembar 50 Ribu   Bab 122

    Setiap ada masalah Nisa yang akan selalu disalahkan."Itu semua karena Nisa!" "Gara - gara Nisa!" "Nisa, siiih..!"Demi menutupi perasaannya Ijay mendukung keinginan Yanah. Bahkan ia ikut bersikap julid pada Nisa di depan orang lain. Ijay berhasil membohongi orang lain termasuk Iman, tapi ia tidak dapat mengelabui istrinya. Ijay dapat mengelabui siapapun tapi tidak dengan istrinya, Yanah. Istrinya diam dengan hati yang berkobar dan bila ada kesempatan akan membakar saat ada permasalahan antara Iman dan Nisa.Tapi itu beberapa waktu yang lalu. Setelah Yanah sakit dan mendapat curahan perhatian dari Nisa rasa benci itu terkikis sedikit demi sedikit. Kelembutan Nisa saat menemaninya membuatnya luluh. Apalagi Nisa selalu menundukkan pandangannya pada lelaki lain, termasuk Ijay. "Siapa yang tidak jatuh hati pada Nisa. Dia begitu cantik dan lembut. Idaman setiap laki - laki." Yanah tidak pernah mendengar Nisa berteriak. Bahkan saat Yanah memakinya sekalipun.Iman membelokkan mobil k

DMCA.com Protection Status