Share

Bab 2

Penulis: Liya Amoura
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-11 15:43:07

Dinda menatap keluar jendela taksi, lamunannya terputus saat sopir taksi memanggilnya melalui kaca spion. "Maaf, Mbak. Kita mau ke mana? Kita udah jalan jauh dari gedung," tanya sopir itu dengan nada kebingungan.

Dinda, dengan mata sembab, menyeka air matanya yang baru saja tumpah. "Kita ke Fantasy Club ya, Pak," jawab Dinda dengan suara serak.

Sopir taksi itu mengangguk paham dan segera membelokkan mobil menuju ke arah yang dituju.

Sementara itu, di ruangan yang mewah dengan dekorasi serba putih, Shella terbangun dari pingsannya.

Dengan gaun pengantin yang masih melekat di tubuhnya, ia pun kembali menangis tersedu-sedu. "Aku gak mau tahu! Pokoknya kamu harus kasih dia pelajaran," desak Shella pada Randy yang berdiri di sampingnya dengan wajah bimbang.

Randy menghela napas, bingung dengan situasi yang menjerat mereka berdua, namun ia tahu ia harus melakukan sesuatu untuk menenangkan Shella. "I-iya Sayang, nanti kita kasih dia pelajaran ya, yang penting kamu tenang dulu."

Bu Ani mengipasi wajahnya dengan kipas tangan. "Bisa-bisanya ya kamu undang dia buat datang ke acara ini."

"Randy gak tau, Bu, kalau Dinda bakal datang ke sini dan membuat acara kita jadi gaduh," balas Randy.

"Pokoknya kamu harus minta pertanggungjawaban dari Dinda, dia udah buat kita malu, Ran!" timpa Bu Tika.

"T-tapi Ma..." Randy tampak ragu dan bimbang.

"Tapi kenapa!?" sahut Shella, dengan wajah kesal.

Randy menunduk dan berkata, "Aku bingung, Sayang. Kamu sendiri kan dengar kalo Dinda meminta uang tabungannya dikembalikan? Sedangkan pernikahan ini hampir 70% menggunakan uangnya."

Shella yang mendengarnya langsung memalingkan wajah, bodo amat. "Itu urusanmu!"

Randy menatapnya tajam. "Tentu ini menjadi urusan kita, andai saja kamu tidak hamil, semuanya tidak akan terjadi."

Shella terpaku, tatapannya menusuk  dengan penuh kekecewaan. Air matanya pun mulai menggenang di sudut matanya saat dia mendengar kata-kata Randy yang pahit. "Bagaimana bisa kamu menyalahkanku atas kehamilan ini? Itu juga tanggung jawabmu, Randy," suaranya bergetar, penuh dengan emosi. "Lagipula tidak mungkin aku bisa hamil sendirian."

Randy, yang tampak resah dan gelisah, menggaruk kepala sembari menghela napas berat. "Andai saja aku tidak mudah tergoda, mungkin sekarang aku sudah menikah dengan Dinda, dan aku tidak perlu repot-repot memikirkan cara untuk melunasi hutangku padanya," batin Randy.

Suara Bu Tika meninggi di ruangan yang dipenuhi ketegangan, matanya terarah pada Shella yang terlalu menyalahkan putranya. "Itu karena kamu tidak bisa menjaga diri! Kenapa kamu malah menyalahkan Randy? Jika kamu tidak hamil, Randy tidak akan sepusing ini memikirkan hutangnya pada Dinda, karena yang seharusnya menjadi menantuku adalah Dinda bukan kamu." Ucapannya seperti petir yang menyambar, membuat semua orang terdiam seketika.

Shella, yang menjadi sasaran kata-kata Bu Tika pun menunduk, bibirnya bergetar menahan marah.

Di sisi lain, Bu Ani, merasakan hatinya terbakar mendengar anaknya dihina seperti itu. Dengan suara yang bergetar namun penuh keberanian, ia pun menimpali, "Maaf ya Bu, tapi Anda tidak berhak merendahkan putri saya!"

Di tengah kekacauan emosi yang berkobar-kobar, Pak Ahmad, ayah Randy, bangkit dari duduknya. "Sudah! Jangan debat lagi." Matanya yang tajam menatap mereka satu persatu. "Percuma memperdebatkan sesuatu yang sudah terjadi, lebih baik kita memperbaiki keadaan diluar, karena Papa yakin mereka pasti memikirkan yang tidak mengenai keluarga kita."

Mereka semua terdiam, karena merasa bahwa ucapan Pak Ahmad itu benar.

Pak Budi yang sedari tadi diam pun akhirnya mengangkat suara. "Sepertinya Ayah punya solusi, bagaimana jika kita menuntut kerugian pada Dinda atas kekacauan yang dia sebabkan? Ayah yakin dia pasti akan kalah, dan meminta perdamaian, di saat itulah kita bisa mengajukan banding untuk pelunasan pesta ini."

Mereka berenam pun saling memandang, seolah setuju dengan apa yang dikatakan oleh Pak Budi, ayah dari Shella.

Di tempat lain

Dinda, dengan rambut yang kusut dan make-upnya yang luntur, duduk terpaku di depan bar. Matanya sembab, dan bibirnya bergetar. 

Segelas wine di depannya hanya menambah kesedihan yang tergambar jelas di wajahnya. "Dasar pria tidak berguna! Bisa-bisanya kamu mengkhianatiku, dari banyaknya wanita di luar sana, kenapa kamu memilih Shella!?" teriaknya, suaranya tenggelam dalam hiruk pikuk klub. Dia menunjuk ke udara dengan jari yang gemetar, "Lihat saja! Aku pasti akan membalas kalian semua." Dengan sekali gerakan, ia menghabiskan sisa wine di gelasnya, dan menaruh gelas kosong tersebut dengan keras di depan sang bartender. "Tuang lagi!" perintahnya dengan suara yang serak, penuh emosi. 

Sang bartender dengan tegas menolak permintaannya. "Tapi Anda sudah terlalu mabuk, Nona."

Dinda menatapnya dengan tatapan yang penuh kekesalan dan berdiri dengan goyah, menopang tubuhnya yang hampir ambruk. "Kamu sama menyebalkannya dengan mantan kekasihku," teriak Dinda sambil menunjuk ke arah bartender tersebut. 

Dengan langkah terhuyung-huyung ia berjalan menuju lift yang akan membawanya ke lobi.

Saat lift terbuka, Dinda melangkah keluar dari gedung dengan langkah yang masih belum stabil. Udara malam yang dingin seketika menyambutnya, namun tidak cukup untuk menyegarkan matanya. Dia melambaikan tangan, berusaha menghentikan taksi yang melintas. Segera setelah taksi berhenti dan ia masuk, Dinda jatuh ke kursi belakang, bersandar dengan letih. 

"Kita mau kemana, Mbak?" tanya sopir taksi, meliriknya lewat kaca spion.

Dinda menutup matanya sejenak, berusaha mengumpulkan sisa-sisa kesadarannya untuk menjawab. 

"Malam ini mereka pasti akan menghabiskan waktu di hotel yang telah aku pesan. Tidak, tidak, aku tidak bisa membiarkan mereka tidur di atas uangku," pikir Dinda yang kemudian melirik ke arah sang sopir. "Kita ke Luxury Hotel, Pak."

Sang sopir mengangguk dan segera melajukan mobilnya.

Tepat ketika mereka sampai, Dinda pun segera keluar dari sana setelah ia membayar ongkosnya. Dengan langkah tertatih ia menghampiri sang resepsionis untuk mengambil kunci kamarnya, yang bernomor 609.

"Mbak, apa Anda baik-baik saja? Saya bisa meminta pegawai untuk menemani Anda," tawar sang resepsionis.

Dinda menggelengkan kepalanya dan berjalan menuju lift, susah payah ia memfokuskan pandangannya pada nomor lantai yang ada di hadapannya.

Ia tersenyum, dan bersandar pada lift ketika ia sudah menekan nomor tujuan.

Sesampainya di sana, Dinda bergegas mencari nomor kamarnya, dengan tangan yang terus menunjuk ke nomor-nomor pintu, guna memastikan kamarnya. 

Saat ia sudah menemukan kamarnya, ia pun segera memasuki kamar tersebut dengan cardlock yang ada di tangannya.

"Aku tidak akan membiarkan kalian meniduri kamarku!" racau Dinda yang langsung masuk, tanpa menutup rapat pintu kamarnya.

Di mana di saat yang bersamaan, angka dari ujung nomor kamar tersebut terbalik dari 609 menjadi 606.

Di dalam kamar, Dinda langsung menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidur yang empuk itu. Tanpa di sadari bahwa seseorang pria tengah berjalan sempoyongan di koridor hotel, dengan seorang pegawai yang memapahnya.

Tepat di kamar 606, pegawai itu berkata, "Ini kamar Anda, Tuan."

Pria itu mengangguk dan langsung masuk ke dalam kamar, meninggalkan sang pegawai yang tengah menyeringai. Dengan pelan ia berkata pada seseorang di seberang telponnya, "Tuan William sudah memasuki kamarnya, Nona."

Sebuah senyuman terbit di bibir bergincu merah itu. "Bagus! Sekarang, kamu pergi dari sana."

Selepas itu sambungan telpon pun terputus, dengan wanita itu yang bergegas pergi, untuk menemui William, mantan kekasih yang pernah ia tinggalkan, dengan niat untuk menjebaknya bermalam bersamanya karena sebelumnya ia telah menambahkan obat ke dalam minumannya.

Balik lagi pada Dinda, yang samar-samar mendengar pintunya ditutup. Ia membuka matanya yang sedikit kabur, dan tampak seorang pria tampan datang menghampirinya.

"Tampan sekali..." senyum Dinda, yang semakin lebar kala pria itu semakin mendekat ke arahnya.

Bersambung,

Bab terkait

  • Gara-gara Patah Hati Berakhir Dinikahi Bos Sendiri    Bab 3

    Dinda terbangun dengan suara dering yang memecah keheningan pagi. Dengan mata yang masih setengah tertutup, ia meraba-raba mencari sumber suara tersebut, sampai akhirnya ia mendapatkannya, dengan di layar ponselnya yang tertuliskan nama Santi. Sementara itu, Santi di ujung sana mulai kehilangan kesabaran, "Dinda kemana sih!? Kok gak diangkat-angkat?" Beberapa kali ia mencoba menghubungi Dinda. "Udah semalaman gak pulang-pulang, eh sekarang malah susah banget dihubungin."Saat Dinda hendak menekan tombol hijau untuk menjawab panggilan, tiba-tiba saja ada gerakan yang tidak terduga melingkar di perutnya.Dengan refleks ia berbalik dan terkejut bukan kepalang. Di belakangnya, ada seorang pria asing yang memeluknya dari belakang dengan mata yang masih terlelap.Dinda terpaku, matanya membulat, bahkan ponselnya pun terlepas dari genggamannya, jatuh ke lantai dengan suara yang sedikit nyaring."J-jadi semalam itu bukan mimpi?" batin Dinda.Seketika sekelebat ingatan tentang aksi panas merek

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-12
  • Gara-gara Patah Hati Berakhir Dinikahi Bos Sendiri    Bab 4

    Sesampainya di tempat kos, Dinda langsung membuka pintu kamar, membuat Santi yang tengah mengerjakan proposal langsung menoleh."Bagus ya... Dari semalam gue tungguin tapi gak balik-balik," omel Santi pada Dinda yang tengah merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, dengan ekspresi yang kacau. "Mana telpon gue gak diangkat lagi."Dinda hanya diam, matanya menatap lurus ke arah langit-langit kamarnya."Lo kenapa sih, Din?" Bersamaan dengan itu Santi menghampirinya, berdiri dengan tangan yang menekuk di pinggangnya. "Balik-balik udah kayak kehilangan harga diri aja!"Detik kemudian Dinda menangis tersedu-sedu, "Huaaaaaaa....."Santi yang bingung langsung duduk di sisi ranjang, menyangka bahwa Dinda mungkin masih patah hati atas pengkhianatan Randy."E sorry, Din, gue gak ada maksud buat bentak lo." Santi menyentuh lengan Dinda.Kemudian Dinda mendudukkan dirinya, dan menatap Santi. "G-gue emang udah kehilangan harga diri, San."Kening Santi berkerut. "Maksud lo?"Di hotelWilliam terban

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-12
  • Gara-gara Patah Hati Berakhir Dinikahi Bos Sendiri    Bab 5

    Dani melangkah lebar memasuki mansion megah milik William. Suasana mansion tampak tenang namun tetap terasa mewah dengan penerangan hangat dari lampu kristal yang menggantung di langit-langit. Dani mendekati seorang maid yang tampak sibuk dengan baki teh di tangannya. "Pak Will lagi di mana, Tik?" tanya Dani dengan nada yang bersahabat. Tika, yang kala itu membawa teko teh, menoleh dengan ekspresi terkejut sejenak sebelum menjawab, "Tuan Will sedang makan malam bersama Oma Tia dan Opa Anton, Pak." Dani mengangguk paham, "Oh, begitu." Sebelum Dani sempat bertanya lebih lanjut, Tika pun berpamitan padanya. "Maaf Pak, saya harus mengantarkan teh ini dulu untuk Oma." "Iya silahkan," balas Dani. Tak lama setelah Tika pergi, Ririn yang juga seorang maid, datang menghampirinya dengan langkah cepat. "Pak Dani, Tuan William meminta saya untuk menyampaikan pada Bapak, kalau Bapak disuruh menunggu di ruang kerja," ujar Ririn dengan sopan. Dani membalas dengan senyum singkat, "Terima k

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-13
  • Gara-gara Patah Hati Berakhir Dinikahi Bos Sendiri    Bab 6

    William terbaring di tempat tidur sambil menatap langit-langit kamarnya yang temaram. Pikirannya melayang pada malam itu, sebuah malam yang tak bisa ia hapus dari memorinya. "Kenapa aku sama sekali tidak bisa mengingat wajahnya?" bisiknya pada diri sendiri, seraya tangannya menggenggam sebuah gelang wanita yang ia temukan di sisi tempat tidurnya pagi itu. Di tempat yang lain, dalam ruangan yang dipenuhi dengan tumpukan kertas dan buku, Dinda tampak gelisah sambil membuka laci meja kerjanya satu per satu dengan tergesa-gesa. Santi, yang sedari tadi memperhatikan tingkah Dinda, akhirnya tidak tahan untuk bertanya, "Lo cari apa sih, Din?" Dinda menoleh sejenak, "Gelang gue ilang, San. Lo liat gak?" Santi mendekat, ingin membantu, "Gelang yang lo beli di Singapura waktu itu, ya?" Dinda mengangguk, merasa semakin frustasi karena tidak bisa menemukan apa yang dicarinya. Seraya membantu Dinda, Santi pun kembalj bertanya, "Sekali lagi coba lo ingat-ingat, Din. Dimana terak

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-18
  • Gara-gara Patah Hati Berakhir Dinikahi Bos Sendiri    Bab 7

    Dinda terengah-engah, detak jantungnya masih berdesir ketika ia duduk di kursinya dengan tergesa-gesa. Dengan mata yang masih memancarkan rasa terkejut, dia mencoba menormalkan napasnya. Anita, yang duduk di sebelahnya menoleh dengan kacamata yang ia angkat sedikit dari hidungnya. "Lo kenapa, Din? Kayak abis dikejar setan aja."Dinda mengatur nafasnya sekali lagi, dan menjawab, "Lebih dari itu, Nit." Anita mengerutkan keningnya, tidak mengerti maksud dari kata-kata Dinda. "Hah?" respons Anita, mencoba mencerna apa yang baru saja didengarnya.Dinda hanya menggeleng cepat. "Bukan apa-apa kok!" ucapnya, dengan cengiran.Tepat saat itu, Bu Merry, kepala divisi mereka datang dengan rambut bob hitamnya yang selalu terawat.Ia menghampiri keduanya dengan langkah yang ringan. "Pagi anak-anakku," sapa Bu Merry dengan suara ceria, yang kontras dengan suasana hati Dinda saat itu.Mendengar sapaan itu, Dinda dan Anita langsung menoleh. "Pagi Bu Merry," sahut mereka hampir bersamaan. Bu Merry k

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-19
  • Gara-gara Patah Hati Berakhir Dinikahi Bos Sendiri    Bab 8

    Dinda, Anita, dan Rini tengah berada di ruang dapur atau yang mereka sebut sebagai ruang praktik. Ruangan itu penuh dengan aroma tepung dan ragi, serta suara mixer dan oven yang menyala. Dinda yang tengah memanggang roti, mendadak terkejut saat pintu ruang praktik terbuka dengan tiba-tiba.Tampak sosok Bu Merry datang dengan mengenakan jas praktik putihnya yang khas. "Udah selesai Bu, meetingnya?" tanya Dinda sambil tetap fokus pada roti yang sedang dipanggangnya."Udah, tapi ada yang aneh sama Pak Will," jawab Bu Merry sambil mendekat ke oven untuk memeriksa roti yang sedang dipanggang Dinda.Anita yang tengah menguleni adonan di meja seberang mendengar pembicaraan itu dan segera berseru, "Ada Pak presdir juga?"Bu Merry mengangguk, "Iya donk, kan tadi Ibu abis meeting sama semua kepala divisi dan otomatis Pak Presdir juga ikut karena kita lagi bahas perihal penting."Dinda, Anita dan Rini mengangguk dengan mulut yang berbentuk o."Oh iya! Tadi Ibu bilang, ada yang aneh sama Pak W

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-20
  • Gara-gara Patah Hati Berakhir Dinikahi Bos Sendiri    Bab 1

    Dinda menyeka air matanya yang terus mengalir, bahkan suara tangisannya pun semakin kencang dan menggema di dinding kamar kosnya. Di sisi lain, Santi duduk di sampingnya ikut prihatin melihat kondisi Dinda yang sedang patah hati itu, bahkan bekas tisu pun berhamburan memenuhi kotak sampah di bawah tempak tidurnya. "Udah Din, lo gak perlu nangisin si Randy lagi," ucap Santi dengan nada penuh empati. "Harusnya lo ngerasa beruntung karena gak jadi nikah sama si mokondo itu." Mendengar kata 'menikah', Dinda semakin terisak, rasa sakit hatinya semakin memuncak. "Iya San, tapi yang bikin nyesek itu, kenapa dia malah ngehamilin Shella, sahabat gue sendiri. Mana mereka nikah pakek duit tabungan gue sama Randy lagi," ratapnya. "Gue gak ikhlas!!" Santi mempererat genggamannya di tangan Dinda. "Udah, lebih baik lo dandan, terus lo pergi ke acara pernikahan mereka dan ancurin pestanya. Tunjukin kalo lo itu korban, dan mereka harus tau kalo pernikahan itu harusnya jadi milik lo dan kalo bi

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10

Bab terbaru

  • Gara-gara Patah Hati Berakhir Dinikahi Bos Sendiri    Bab 8

    Dinda, Anita, dan Rini tengah berada di ruang dapur atau yang mereka sebut sebagai ruang praktik. Ruangan itu penuh dengan aroma tepung dan ragi, serta suara mixer dan oven yang menyala. Dinda yang tengah memanggang roti, mendadak terkejut saat pintu ruang praktik terbuka dengan tiba-tiba.Tampak sosok Bu Merry datang dengan mengenakan jas praktik putihnya yang khas. "Udah selesai Bu, meetingnya?" tanya Dinda sambil tetap fokus pada roti yang sedang dipanggangnya."Udah, tapi ada yang aneh sama Pak Will," jawab Bu Merry sambil mendekat ke oven untuk memeriksa roti yang sedang dipanggang Dinda.Anita yang tengah menguleni adonan di meja seberang mendengar pembicaraan itu dan segera berseru, "Ada Pak presdir juga?"Bu Merry mengangguk, "Iya donk, kan tadi Ibu abis meeting sama semua kepala divisi dan otomatis Pak Presdir juga ikut karena kita lagi bahas perihal penting."Dinda, Anita dan Rini mengangguk dengan mulut yang berbentuk o."Oh iya! Tadi Ibu bilang, ada yang aneh sama Pak W

  • Gara-gara Patah Hati Berakhir Dinikahi Bos Sendiri    Bab 7

    Dinda terengah-engah, detak jantungnya masih berdesir ketika ia duduk di kursinya dengan tergesa-gesa. Dengan mata yang masih memancarkan rasa terkejut, dia mencoba menormalkan napasnya. Anita, yang duduk di sebelahnya menoleh dengan kacamata yang ia angkat sedikit dari hidungnya. "Lo kenapa, Din? Kayak abis dikejar setan aja."Dinda mengatur nafasnya sekali lagi, dan menjawab, "Lebih dari itu, Nit." Anita mengerutkan keningnya, tidak mengerti maksud dari kata-kata Dinda. "Hah?" respons Anita, mencoba mencerna apa yang baru saja didengarnya.Dinda hanya menggeleng cepat. "Bukan apa-apa kok!" ucapnya, dengan cengiran.Tepat saat itu, Bu Merry, kepala divisi mereka datang dengan rambut bob hitamnya yang selalu terawat.Ia menghampiri keduanya dengan langkah yang ringan. "Pagi anak-anakku," sapa Bu Merry dengan suara ceria, yang kontras dengan suasana hati Dinda saat itu.Mendengar sapaan itu, Dinda dan Anita langsung menoleh. "Pagi Bu Merry," sahut mereka hampir bersamaan. Bu Merry k

  • Gara-gara Patah Hati Berakhir Dinikahi Bos Sendiri    Bab 6

    William terbaring di tempat tidur sambil menatap langit-langit kamarnya yang temaram. Pikirannya melayang pada malam itu, sebuah malam yang tak bisa ia hapus dari memorinya. "Kenapa aku sama sekali tidak bisa mengingat wajahnya?" bisiknya pada diri sendiri, seraya tangannya menggenggam sebuah gelang wanita yang ia temukan di sisi tempat tidurnya pagi itu. Di tempat yang lain, dalam ruangan yang dipenuhi dengan tumpukan kertas dan buku, Dinda tampak gelisah sambil membuka laci meja kerjanya satu per satu dengan tergesa-gesa. Santi, yang sedari tadi memperhatikan tingkah Dinda, akhirnya tidak tahan untuk bertanya, "Lo cari apa sih, Din?" Dinda menoleh sejenak, "Gelang gue ilang, San. Lo liat gak?" Santi mendekat, ingin membantu, "Gelang yang lo beli di Singapura waktu itu, ya?" Dinda mengangguk, merasa semakin frustasi karena tidak bisa menemukan apa yang dicarinya. Seraya membantu Dinda, Santi pun kembalj bertanya, "Sekali lagi coba lo ingat-ingat, Din. Dimana terak

  • Gara-gara Patah Hati Berakhir Dinikahi Bos Sendiri    Bab 5

    Dani melangkah lebar memasuki mansion megah milik William. Suasana mansion tampak tenang namun tetap terasa mewah dengan penerangan hangat dari lampu kristal yang menggantung di langit-langit. Dani mendekati seorang maid yang tampak sibuk dengan baki teh di tangannya. "Pak Will lagi di mana, Tik?" tanya Dani dengan nada yang bersahabat. Tika, yang kala itu membawa teko teh, menoleh dengan ekspresi terkejut sejenak sebelum menjawab, "Tuan Will sedang makan malam bersama Oma Tia dan Opa Anton, Pak." Dani mengangguk paham, "Oh, begitu." Sebelum Dani sempat bertanya lebih lanjut, Tika pun berpamitan padanya. "Maaf Pak, saya harus mengantarkan teh ini dulu untuk Oma." "Iya silahkan," balas Dani. Tak lama setelah Tika pergi, Ririn yang juga seorang maid, datang menghampirinya dengan langkah cepat. "Pak Dani, Tuan William meminta saya untuk menyampaikan pada Bapak, kalau Bapak disuruh menunggu di ruang kerja," ujar Ririn dengan sopan. Dani membalas dengan senyum singkat, "Terima k

  • Gara-gara Patah Hati Berakhir Dinikahi Bos Sendiri    Bab 4

    Sesampainya di tempat kos, Dinda langsung membuka pintu kamar, membuat Santi yang tengah mengerjakan proposal langsung menoleh."Bagus ya... Dari semalam gue tungguin tapi gak balik-balik," omel Santi pada Dinda yang tengah merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, dengan ekspresi yang kacau. "Mana telpon gue gak diangkat lagi."Dinda hanya diam, matanya menatap lurus ke arah langit-langit kamarnya."Lo kenapa sih, Din?" Bersamaan dengan itu Santi menghampirinya, berdiri dengan tangan yang menekuk di pinggangnya. "Balik-balik udah kayak kehilangan harga diri aja!"Detik kemudian Dinda menangis tersedu-sedu, "Huaaaaaaa....."Santi yang bingung langsung duduk di sisi ranjang, menyangka bahwa Dinda mungkin masih patah hati atas pengkhianatan Randy."E sorry, Din, gue gak ada maksud buat bentak lo." Santi menyentuh lengan Dinda.Kemudian Dinda mendudukkan dirinya, dan menatap Santi. "G-gue emang udah kehilangan harga diri, San."Kening Santi berkerut. "Maksud lo?"Di hotelWilliam terban

  • Gara-gara Patah Hati Berakhir Dinikahi Bos Sendiri    Bab 3

    Dinda terbangun dengan suara dering yang memecah keheningan pagi. Dengan mata yang masih setengah tertutup, ia meraba-raba mencari sumber suara tersebut, sampai akhirnya ia mendapatkannya, dengan di layar ponselnya yang tertuliskan nama Santi. Sementara itu, Santi di ujung sana mulai kehilangan kesabaran, "Dinda kemana sih!? Kok gak diangkat-angkat?" Beberapa kali ia mencoba menghubungi Dinda. "Udah semalaman gak pulang-pulang, eh sekarang malah susah banget dihubungin."Saat Dinda hendak menekan tombol hijau untuk menjawab panggilan, tiba-tiba saja ada gerakan yang tidak terduga melingkar di perutnya.Dengan refleks ia berbalik dan terkejut bukan kepalang. Di belakangnya, ada seorang pria asing yang memeluknya dari belakang dengan mata yang masih terlelap.Dinda terpaku, matanya membulat, bahkan ponselnya pun terlepas dari genggamannya, jatuh ke lantai dengan suara yang sedikit nyaring."J-jadi semalam itu bukan mimpi?" batin Dinda.Seketika sekelebat ingatan tentang aksi panas merek

  • Gara-gara Patah Hati Berakhir Dinikahi Bos Sendiri    Bab 2

    Dinda menatap keluar jendela taksi, lamunannya terputus saat sopir taksi memanggilnya melalui kaca spion. "Maaf, Mbak. Kita mau ke mana? Kita udah jalan jauh dari gedung," tanya sopir itu dengan nada kebingungan.Dinda, dengan mata sembab, menyeka air matanya yang baru saja tumpah. "Kita ke Fantasy Club ya, Pak," jawab Dinda dengan suara serak.Sopir taksi itu mengangguk paham dan segera membelokkan mobil menuju ke arah yang dituju.Sementara itu, di ruangan yang mewah dengan dekorasi serba putih, Shella terbangun dari pingsannya.Dengan gaun pengantin yang masih melekat di tubuhnya, ia pun kembali menangis tersedu-sedu. "Aku gak mau tahu! Pokoknya kamu harus kasih dia pelajaran," desak Shella pada Randy yang berdiri di sampingnya dengan wajah bimbang.Randy menghela napas, bingung dengan situasi yang menjerat mereka berdua, namun ia tahu ia harus melakukan sesuatu untuk menenangkan Shella. "I-iya Sayang, nanti kita kasih dia pelajaran ya, yang penting kamu tenang dulu."Bu Ani mengip

  • Gara-gara Patah Hati Berakhir Dinikahi Bos Sendiri    Bab 1

    Dinda menyeka air matanya yang terus mengalir, bahkan suara tangisannya pun semakin kencang dan menggema di dinding kamar kosnya. Di sisi lain, Santi duduk di sampingnya ikut prihatin melihat kondisi Dinda yang sedang patah hati itu, bahkan bekas tisu pun berhamburan memenuhi kotak sampah di bawah tempak tidurnya. "Udah Din, lo gak perlu nangisin si Randy lagi," ucap Santi dengan nada penuh empati. "Harusnya lo ngerasa beruntung karena gak jadi nikah sama si mokondo itu." Mendengar kata 'menikah', Dinda semakin terisak, rasa sakit hatinya semakin memuncak. "Iya San, tapi yang bikin nyesek itu, kenapa dia malah ngehamilin Shella, sahabat gue sendiri. Mana mereka nikah pakek duit tabungan gue sama Randy lagi," ratapnya. "Gue gak ikhlas!!" Santi mempererat genggamannya di tangan Dinda. "Udah, lebih baik lo dandan, terus lo pergi ke acara pernikahan mereka dan ancurin pestanya. Tunjukin kalo lo itu korban, dan mereka harus tau kalo pernikahan itu harusnya jadi milik lo dan kalo bi

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status