Share

Bab 4

Penulis: Liya Amoura
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-12 22:48:56

Sesampainya di tempat kos, Dinda langsung membuka pintu kamar, membuat Santi yang tengah mengerjakan proposal langsung menoleh.

"Bagus ya... Dari semalam gue tungguin tapi gak balik-balik," omel Santi pada  Dinda yang tengah merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, dengan ekspresi yang kacau. "Mana telpon gue gak diangkat lagi."

Dinda hanya diam, matanya menatap lurus ke arah langit-langit kamarnya.

"Lo kenapa sih, Din?" Bersamaan dengan itu Santi menghampirinya, berdiri dengan tangan yang menekuk di pinggangnya. "Balik-balik udah kayak kehilangan harga diri aja!"

Detik kemudian Dinda menangis tersedu-sedu, "Huaaaaaaa....."

Santi yang bingung langsung duduk di sisi ranjang, menyangka bahwa Dinda mungkin masih patah hati atas pengkhianatan Randy.

"E sorry, Din, gue gak ada maksud buat bentak lo." Santi menyentuh lengan Dinda.

Kemudian Dinda mendudukkan dirinya, dan menatap Santi. "G-gue emang udah kehilangan harga diri, San."

Kening Santi berkerut. "Maksud lo?"

Di hotel

William terbangun ketika sayup-sayup sinar matahari masuk ke celah kamarnya, menghantam matanya yang masih lelah.

Dia terduduk dengan tangan yang  memegangi kepalanya, karena masih pening. "Arghh... Kenapa kepalaku sangat sakit?" gumamnya.

Perlahan ia mengedarkan pandangannya, dan terfokus pada ponselnya. Ia pun mengambilnya untuk mengecek waktu saat ini, dan ternyata waktu sudah menunjukkan pukul 9 pagi.

"Aku harus segera pergi, Oma pasti sudah menunggu," kata William sambil menyibakkan selimut yang menutupi tubuhnya.

Namun di detik kemudian ia dikejutkan dengan noda darah yang berada di sampingnya.

"Darah?" William seketika teringat kejadian semalam, dimana ia menghabiskan malam panas dengan seorang wanita. "Siapa perempuan itu? Kenapa dia bisa masuk ke dalam kamarku? Apa dia penyusup?!"

Di detik itu juga William menelpon asistennya, Dani.

"Pagi, Pak. Ada yang bisa saya bantu?" tanya Dani di seberang sana.

"E begini Dani, semalam yang menginap di hotel dan entah kejadiannya seperti apa, yang jelas saya telah meniduri seseorang."

Dani yang mendengarnya sedikit awkward.

"Kamu tolong cari tau siapa perempuan yang sudah masuk ke dalam kamar saya, karena saya sama sekali tidak mengundangnya," lanjut William.

Dani mengangguk. "Baik, Pak."

Tak berselang lama sambungan telpon pun terputus, dengan William yang bersiap untuk pergi, begitu pula dengan Dani yang akan ke hotel untuk menyelidiki masalah tersebut.

Di tempat lain,

"Aaaaaaaa....!!! Rebecca berteriak, sambil memandang pecahan gelas di lantai yang tercecer karena amarahnya.

Nafasnya tersengal, matanya menyala penuh saat ia menatap pria di depannya. "Apakah kamu tidak mengerti apa yang kuucapkan, atau kamu sengaja mengabaikannya?"

Pria itu menunduk, mencoba menyembunyikan rasa takutnya. "Maaf, Nona Rebecca. Tapi, saya benar-benar sudah membawa Tuan William ke kamar yang Nona maksud."

Rebecca menghela napas berat, mengusap wajahnya frustrasi. "Tetapi dia tidak ada di sana saat aku datang! Bagaimana bisa?!" ucapnya dengan nada tinggi, tangannya terkepal erat.

Lelaki itu menelan ludah, mencoba menjelaskan. "M-mungkin... mungkin Tuan William pergi sebelum Nona datang."

Rebecca menghempaskan diri ke kursi terdekat, matanya masih membara. "Ini benar-benar membuat rencanaku rusak total!"

Kegagalan ini tidak hanya menghilangkan sebuah momen, tetapi juga menghilangkan kesempatan yang mungkin sulit akan datang lagi.

"Sekarang kamu pergi! Saya benar-benar muak melihat kamu," kata Rebecca seraya memijat pelipisnya.

Lelaki itu mengangguk, dan kemudian pergi dari sana.

Balik lagi ke kosan, tampak mulut Santi terbuka dengan lebar.

"What!! Lo gak salah, Din? Lo lagi gak bercanda kan?" tanya Santi sembari menggoyang-goyangkan lengan Dinda.

Dinda menggeleng pelan. "Gue serius, San. Gue bener-bener udah nyerahin kesucian gue, sama orang yang enggak gue kenal."

"Kita harus cari tahu siapa dia! Bisa-bisanya dia masuk ke kamar lo." Santi tampak sangat marah.

Dinda menghembuskan nafas. "Kayaknya gak perlu deh, San."

"Lah, kenapa? Dia kan udah perk*sa lo." Santi bingung dengan perkataan Dinda barusan.

"Gue gak mau memperpanjang masalah, lagian pas kita ngelakuinnya, gak ada paksaan sama sekali. Jadi jatuhnya ya mau sama mau," kata Dinda pelan.

Santi memijat pelipisnya. "Ck! Terus kalo lo sampe hamil gimana?"

"Gak mungkin, kan cuma sekali." Bersamaan dengan itu Dinda menunjukkan telunjuknya, membentuk angka 1.

"Padahal lo pintar, Din, tapi kenapa soal beginian lo mendadak b*go?" Santi hanya bisa menggelengkan kepala.

"Ya semoga aja nggak," lanjut Dinda. "Udah ah, gak usah bahas soal ini lagi, gue bener-bener stress." Dinda kembali merebahkan tubuhnya.

Santi mengguncangkan tubuh Dinda. "Seenggaknya lo ganti baju, Din."

"Iya nanti," sahut Dinda yang tubuhnya masih terasa lemas.

Di sebuah mansion yang sangat mewah, terhenti sebuah mobil sport di depannya. Sampai sepasang sepatu mengkilap turun dari sana.

Dan dia adalah William Emilio Harvey, presdir dari Harvey Corp, perusahaan yang bergerak di bidang makanan dan juga bakery.

"Selamat siang, Tuan," sapa para maid kala William berjalan memasuki rumah.

"Oh iya, Oma ada di mana?" tanya William pada salah satu diantaranya.

"Beliau sedang berada di taman belakang, Tuan," jawab Ririn.

William hanya mengangguk, dan berjalan menuju gazebo belakang, dimana Oma Tia sedang menikmati teh hangatnya.

"Siang, Oma," sapa William seraya duduk di samping Oma.

Oma Tia tampak ngambek. "Kemana aja kamu? Kok gak pulang?"

"E iya Oma, semalam William nginep di hotel karena tiba-tiba aja William gak enak badan," jawab William yang memang begitu adanya.

Oma Tia hanya mengangguk sekali, dan William yang tau Oma-nya itu masih marah, lantas menggenggam tangannya. "Maafin Will ya, Oma, harusnya William nemenin Oma sarapan."

Oma Tia hanya menghela nafas. "Iya gak apa-apa."

"Em, Oma gak sama Opa?" tanya William dengan mata mencari.

"Opa kamu pergi main golf," jawabnya.

William hanya manggut-manggut. 

Di kamar,

"Shell, kamu bisa pijitin kaki aku, nggak? Rasanya kaki aku pada pegel-pegel semua," kata Randy sembari memijat tipis betisnya.

Shella duduk di samping Randy, dan mulai memijat kaki sang suami. "Ran, maafin aku ya soal tadi pagi." 

"Iyah gak apa-apa, ngomong-ngomong kamu udah selesai hitung amplopnya?" lanjut Randy.

Shella mengangguk. "Iya udah, nanti uangnya kita pakek buat nyicil rumah ya? Soalnya aku gak mau kita tinggal di rumah Ibu atau Mama kamu, aku pengen punya rumah sendiri."

"Iya terserah kamu, yang penting cicilannya sesuai." Randy memejamkan matanya, menikmati pijitan tersebut.

Shella tersenyum lebar. "Kalau gitu nanti kita coba ke survei ke kelapa gading ya, Sayang. Rumah disana kan bagus-bagus, pasti sesuai sama selera kita."

Seketika mata Randy membelak. "Tapi rumah disana kan mahal, Shell."

Shella berdecak. "Ck! Tapi aku maunya di sana, lagian kan gaji kamu pasti besar, kamu kan asisten manajer di kantor."

"Iya, tapi kamu harus ingat kalo aku juga harus kasih jatah ke Mama aku. Tau sendiri kan Papa aku kerjaannya freelance," lanjut Randy.

"Iya aku tau..." Bibir Shella tampak manyun. "Tapi, semuanya aku yang atur ya, soalnua kan kita udah nikah jadi kita juga punya kebutuhan juga."

Randy hanya mengiyakan, malas untuk berdebat dengan sang istri yang baru ia nikahi itu.

Bersambung,

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Gara-gara Patah Hati Berakhir Dinikahi Bos Sendiri    Bab 5

    Dani melangkah lebar memasuki mansion megah milik William. Suasana mansion tampak tenang namun tetap terasa mewah dengan penerangan hangat dari lampu kristal yang menggantung di langit-langit. Dani mendekati seorang maid yang tampak sibuk dengan baki teh di tangannya. "Pak Will lagi di mana, Tik?" tanya Dani dengan nada yang bersahabat. Tika, yang kala itu membawa teko teh, menoleh dengan ekspresi terkejut sejenak sebelum menjawab, "Tuan Will sedang makan malam bersama Oma Tia dan Opa Anton, Pak." Dani mengangguk paham, "Oh, begitu." Sebelum Dani sempat bertanya lebih lanjut, Tika pun berpamitan padanya. "Maaf Pak, saya harus mengantarkan teh ini dulu untuk Oma." "Iya silahkan," balas Dani. Tak lama setelah Tika pergi, Ririn yang juga seorang maid, datang menghampirinya dengan langkah cepat. "Pak Dani, Tuan William meminta saya untuk menyampaikan pada Bapak, kalau Bapak disuruh menunggu di ruang kerja," ujar Ririn dengan sopan. Dani membalas dengan senyum singkat, "Terima k

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-13
  • Gara-gara Patah Hati Berakhir Dinikahi Bos Sendiri    Bab 6

    William terbaring di tempat tidur sambil menatap langit-langit kamarnya yang temaram. Pikirannya melayang pada malam itu, sebuah malam yang tak bisa ia hapus dari memorinya. "Kenapa aku sama sekali tidak bisa mengingat wajahnya?" bisiknya pada diri sendiri, seraya tangannya menggenggam sebuah gelang wanita yang ia temukan di sisi tempat tidurnya pagi itu. Di tempat yang lain, dalam ruangan yang dipenuhi dengan tumpukan kertas dan buku, Dinda tampak gelisah sambil membuka laci meja kerjanya satu per satu dengan tergesa-gesa. Santi, yang sedari tadi memperhatikan tingkah Dinda, akhirnya tidak tahan untuk bertanya, "Lo cari apa sih, Din?" Dinda menoleh sejenak, "Gelang gue ilang, San. Lo liat gak?" Santi mendekat, ingin membantu, "Gelang yang lo beli di Singapura waktu itu, ya?" Dinda mengangguk, merasa semakin frustasi karena tidak bisa menemukan apa yang dicarinya. Seraya membantu Dinda, Santi pun kembalj bertanya, "Sekali lagi coba lo ingat-ingat, Din. Dimana terak

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-18
  • Gara-gara Patah Hati Berakhir Dinikahi Bos Sendiri    Bab 7

    Dinda terengah-engah, detak jantungnya masih berdesir ketika ia duduk di kursinya dengan tergesa-gesa. Dengan mata yang masih memancarkan rasa terkejut, dia mencoba menormalkan napasnya. Anita, yang duduk di sebelahnya menoleh dengan kacamata yang ia angkat sedikit dari hidungnya. "Lo kenapa, Din? Kayak abis dikejar setan aja."Dinda mengatur nafasnya sekali lagi, dan menjawab, "Lebih dari itu, Nit." Anita mengerutkan keningnya, tidak mengerti maksud dari kata-kata Dinda. "Hah?" respons Anita, mencoba mencerna apa yang baru saja didengarnya.Dinda hanya menggeleng cepat. "Bukan apa-apa kok!" ucapnya, dengan cengiran.Tepat saat itu, Bu Merry, kepala divisi mereka datang dengan rambut bob hitamnya yang selalu terawat.Ia menghampiri keduanya dengan langkah yang ringan. "Pagi anak-anakku," sapa Bu Merry dengan suara ceria, yang kontras dengan suasana hati Dinda saat itu.Mendengar sapaan itu, Dinda dan Anita langsung menoleh. "Pagi Bu Merry," sahut mereka hampir bersamaan. Bu Merry k

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-19
  • Gara-gara Patah Hati Berakhir Dinikahi Bos Sendiri    Bab 8

    Dinda, Anita, dan Rini tengah berada di ruang dapur atau yang mereka sebut sebagai ruang praktik. Ruangan itu penuh dengan aroma tepung dan ragi, serta suara mixer dan oven yang menyala. Dinda yang tengah memanggang roti, mendadak terkejut saat pintu ruang praktik terbuka dengan tiba-tiba.Tampak sosok Bu Merry datang dengan mengenakan jas praktik putihnya yang khas. "Udah selesai Bu, meetingnya?" tanya Dinda sambil tetap fokus pada roti yang sedang dipanggangnya."Udah, tapi ada yang aneh sama Pak Will," jawab Bu Merry sambil mendekat ke oven untuk memeriksa roti yang sedang dipanggang Dinda.Anita yang tengah menguleni adonan di meja seberang mendengar pembicaraan itu dan segera berseru, "Ada Pak presdir juga?"Bu Merry mengangguk, "Iya donk, kan tadi Ibu abis meeting sama semua kepala divisi dan otomatis Pak Presdir juga ikut karena kita lagi bahas perihal penting."Dinda, Anita dan Rini mengangguk dengan mulut yang berbentuk o."Oh iya! Tadi Ibu bilang, ada yang aneh sama Pak W

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-20
  • Gara-gara Patah Hati Berakhir Dinikahi Bos Sendiri    Bab 9

    William meletakkan dokumen yang sedang dipelajarinya di meja kerjanya, sambil menggosok pelipisnya yang mulai berdenyut. Kacamata yang biasa menemaninya bekerja kini tergantung lemas di tangannya. Ruangan kerjanya yang kedap suara seharusnya menjadi benteng dari segala gangguan, namun suara pertengkaran yang melengking dari luar masih mampu menembus masuk. "Sebenarnya ada keributan apa diluar sana?" gumamnya pelan.Dengan rasa penasaran yang mengusik, ia beranjak dari kursi empuknya dan melangkah keluar ruangan.Pemandangan di koridor tidak seperti biasanya. Mitha, sekretarisnya, tampak sedang beradu argumen dengan Rebecca, yang tidak lain adalah mantan kekasihnya. Wajah Mitha merah padam, sementara Rebecca, dengan postur tubuh yang tegap, tampak tidak kalah emosinya."Ada apa ini?!" seru William dengan suara yang cukup keras, seketika memecah pertengkaran yang terjadi.Rebecca, yang menyadari kehadiran William, langsung berbalik dengan senyum yang lebar. Dia melangkah cepat mende

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-23
  • Gara-gara Patah Hati Berakhir Dinikahi Bos Sendiri    Bab 10

    Dinda mematikan komputer meja di ruang kerjanya. "Akhirnya selesai juga..." senyum Dinda merekah, sambil meregangkan kedua otot lengannya yang terasa pegal.Matanya melirik ke arah jam tangan, dimana waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore.Segera ia pun mengambil tasnya, dan berpamitan pada yang lain."Guys, gue duluan ya!?" pamit Dinda.Ririn yang berada di sampingnya menoleh dengan kacamata yang sedikit terangkat. "Oke, Din! Hati-hati ya."Dinda mengangguk dan melirik ke arah Anita, yang penampilannya sudah berantakan. "Semangat ya buat lemburnya malam ini," cengir Dinda seraya menyentuh lengannya.Dengan lesu, Anita menganggukkan kepalanya. Sedangkan Pak Yanto dan Bu Merry sudah pulang di 15 menit yang lalu.Dinda beranjak dari tempat duduknya dan melangkah gembira menuju lift. Setelah hari yang panjang, ia tidak sabar untuk bertemu dengan sahabatnya, Santi, sesuai janji mereka.Begitu pintu lift terbuka di lantai dasar, Dinda melangkah cepat menuju pintu keluar, tersenyum lebar saat

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-24
  • Gara-gara Patah Hati Berakhir Dinikahi Bos Sendiri    Bab 11

    Di kos,Dinda merebahkan diri di atas tempat tidur yang dipenuhi dengan paper bag berisi belanjaannya. "Capek banget gue, San," ujar Dinda sambil menghela napas berat. Santi yang berada di ujung tempat tidur, menyahuti, "Sama, Din."Dinda kemudian memejamkan matanya, seakan ingin menarik diri sejenak dari kelelahan yang membelenggu. Namun, seketika itu juga, ia membuka mata lebar-lebar dan berkata, "Oh iya, gue mau curhat sama lo, San." Santi dengan rasa penasaran, langsung menoleh ke arah Dinda. "Mau curhat soal apa lo?" tanyanya, mencoba menebak-nebak topik yang akan dibahas. "Soal malam panas lo?" celetuk Santi dengan nada menggoda sambil tertawa kecil. Dinda, yang tidak mengharapkan komentar seperti itu, langsung melemparkan bantal ke arah Santi. "Itu kecelakaan, San!" serunya, wajahnya memerah, campuran antara malu dan juga kesal.Santi hanya bisa tertawa melihat reaksi Dinda. "Iya iya, gue cuma becanda aja, Din. Soalnya gue kepikiran sesuatu."Dinda terduduk di tepi ranjangn

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-25
  • Gara-gara Patah Hati Berakhir Dinikahi Bos Sendiri    Bab 12

    William menatap pantulan dirinya di dalam cermin, mengatur posisi dasi kupu-kupunya agar terlihat lebih sempurna. Dengan gerakan yang terampil, ia memastikan setiap detail tuxedonya terlihat rapi dan elegan. "Dani, Mitha, apakah semua persiapan untuk malam ini telah selesai?" tanya William, penuh antisipasi. Mereka berdua yang tengah berdiri di sampingnya, menjawab hampir bersamaan, "Sudah Pak."William mengangguk dengan puas. "Baguslah! Kita berangkat ke sana sekarang," ujarnya dengan nada tegas.Sementara itu, di sebuah pesta yang meriah, dua wanita berpakaian dres elegan terlihat sedang berbincang dengan akrab. Masing-masing dari mereka memegang segelas anggur, dengan beberapa dessert yang memenuhi meja di sebelahnya. "Dinda..." panggil seseorang, membuat wanita bergaun biru dongker itu menoleh, senyumannya yang lebar perlahan meluntur kala ia melihat Shella dan Randy yang berjalan menghampirinya, dengan tangan yang saling bertautan. Santi bergumam pelan. "Ngapain sih mereka ke s

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-07

Bab terbaru

  • Gara-gara Patah Hati Berakhir Dinikahi Bos Sendiri    Bab 13

    Dinda mengabaikan uluran tangan dari William, dan lebih memilih Santi yang membantunya. William yang merasa tak enak, segera menarik tangannya kembali.Bu Merry segera menghampiri William. "Maaf Pak, atas insiden kecilnya."William merapikan jasnya dan berdehem. "Saya tidak ingin hal ini terulang lagi."Mereka semua mengangguk, dengan Bu Merry yang melirik tajam ke arah Shella dan Randy.Detik kemudian Andi berjalan ke arah William. "Mari Pak, saya antarkan ke kursi Bapak."William mengangguk kecil, dan berlalu dari hadapan mereka menuju sederet kursi yang berada tepat di depan panggung megah.Sedangkan Mitha, segera menyiapkan minuman untuk beliau. "Diminum, Pak."William mengambil segelas anggur, dan meminumnya, sesekali ia melirik ke arah Dinda yang mash terpaku, dengan senyuman miringnya."Din! Lo apa-apaan sih!? Bisa-bisanya lo nolak Pak Will?" seru Santi yang setengah berbisik.Seketika Dinda tersadar, dan ia menatap Santi dengan raut yang sulit diartikan."Pak Will harus nahan

  • Gara-gara Patah Hati Berakhir Dinikahi Bos Sendiri    Bab 12

    William menatap pantulan dirinya di dalam cermin, mengatur posisi dasi kupu-kupunya agar terlihat lebih sempurna. Dengan gerakan yang terampil, ia memastikan setiap detail tuxedonya terlihat rapi dan elegan. "Dani, Mitha, apakah semua persiapan untuk malam ini telah selesai?" tanya William, penuh antisipasi. Mereka berdua yang tengah berdiri di sampingnya, menjawab hampir bersamaan, "Sudah Pak."William mengangguk dengan puas. "Baguslah! Kita berangkat ke sana sekarang," ujarnya dengan nada tegas.Sementara itu, di sebuah pesta yang meriah, dua wanita berpakaian dres elegan terlihat sedang berbincang dengan akrab. Masing-masing dari mereka memegang segelas anggur, dengan beberapa dessert yang memenuhi meja di sebelahnya. "Dinda..." panggil seseorang, membuat wanita bergaun biru dongker itu menoleh, senyumannya yang lebar perlahan meluntur kala ia melihat Shella dan Randy yang berjalan menghampirinya, dengan tangan yang saling bertautan. Santi bergumam pelan. "Ngapain sih mereka ke s

  • Gara-gara Patah Hati Berakhir Dinikahi Bos Sendiri    Bab 11

    Di kos,Dinda merebahkan diri di atas tempat tidur yang dipenuhi dengan paper bag berisi belanjaannya. "Capek banget gue, San," ujar Dinda sambil menghela napas berat. Santi yang berada di ujung tempat tidur, menyahuti, "Sama, Din."Dinda kemudian memejamkan matanya, seakan ingin menarik diri sejenak dari kelelahan yang membelenggu. Namun, seketika itu juga, ia membuka mata lebar-lebar dan berkata, "Oh iya, gue mau curhat sama lo, San." Santi dengan rasa penasaran, langsung menoleh ke arah Dinda. "Mau curhat soal apa lo?" tanyanya, mencoba menebak-nebak topik yang akan dibahas. "Soal malam panas lo?" celetuk Santi dengan nada menggoda sambil tertawa kecil. Dinda, yang tidak mengharapkan komentar seperti itu, langsung melemparkan bantal ke arah Santi. "Itu kecelakaan, San!" serunya, wajahnya memerah, campuran antara malu dan juga kesal.Santi hanya bisa tertawa melihat reaksi Dinda. "Iya iya, gue cuma becanda aja, Din. Soalnya gue kepikiran sesuatu."Dinda terduduk di tepi ranjangn

  • Gara-gara Patah Hati Berakhir Dinikahi Bos Sendiri    Bab 10

    Dinda mematikan komputer meja di ruang kerjanya. "Akhirnya selesai juga..." senyum Dinda merekah, sambil meregangkan kedua otot lengannya yang terasa pegal.Matanya melirik ke arah jam tangan, dimana waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore.Segera ia pun mengambil tasnya, dan berpamitan pada yang lain."Guys, gue duluan ya!?" pamit Dinda.Ririn yang berada di sampingnya menoleh dengan kacamata yang sedikit terangkat. "Oke, Din! Hati-hati ya."Dinda mengangguk dan melirik ke arah Anita, yang penampilannya sudah berantakan. "Semangat ya buat lemburnya malam ini," cengir Dinda seraya menyentuh lengannya.Dengan lesu, Anita menganggukkan kepalanya. Sedangkan Pak Yanto dan Bu Merry sudah pulang di 15 menit yang lalu.Dinda beranjak dari tempat duduknya dan melangkah gembira menuju lift. Setelah hari yang panjang, ia tidak sabar untuk bertemu dengan sahabatnya, Santi, sesuai janji mereka.Begitu pintu lift terbuka di lantai dasar, Dinda melangkah cepat menuju pintu keluar, tersenyum lebar saat

  • Gara-gara Patah Hati Berakhir Dinikahi Bos Sendiri    Bab 9

    William meletakkan dokumen yang sedang dipelajarinya di meja kerjanya, sambil menggosok pelipisnya yang mulai berdenyut. Kacamata yang biasa menemaninya bekerja kini tergantung lemas di tangannya. Ruangan kerjanya yang kedap suara seharusnya menjadi benteng dari segala gangguan, namun suara pertengkaran yang melengking dari luar masih mampu menembus masuk. "Sebenarnya ada keributan apa diluar sana?" gumamnya pelan.Dengan rasa penasaran yang mengusik, ia beranjak dari kursi empuknya dan melangkah keluar ruangan.Pemandangan di koridor tidak seperti biasanya. Mitha, sekretarisnya, tampak sedang beradu argumen dengan Rebecca, yang tidak lain adalah mantan kekasihnya. Wajah Mitha merah padam, sementara Rebecca, dengan postur tubuh yang tegap, tampak tidak kalah emosinya."Ada apa ini?!" seru William dengan suara yang cukup keras, seketika memecah pertengkaran yang terjadi.Rebecca, yang menyadari kehadiran William, langsung berbalik dengan senyum yang lebar. Dia melangkah cepat mende

  • Gara-gara Patah Hati Berakhir Dinikahi Bos Sendiri    Bab 8

    Dinda, Anita, dan Rini tengah berada di ruang dapur atau yang mereka sebut sebagai ruang praktik. Ruangan itu penuh dengan aroma tepung dan ragi, serta suara mixer dan oven yang menyala. Dinda yang tengah memanggang roti, mendadak terkejut saat pintu ruang praktik terbuka dengan tiba-tiba.Tampak sosok Bu Merry datang dengan mengenakan jas praktik putihnya yang khas. "Udah selesai Bu, meetingnya?" tanya Dinda sambil tetap fokus pada roti yang sedang dipanggangnya."Udah, tapi ada yang aneh sama Pak Will," jawab Bu Merry sambil mendekat ke oven untuk memeriksa roti yang sedang dipanggang Dinda.Anita yang tengah menguleni adonan di meja seberang mendengar pembicaraan itu dan segera berseru, "Ada Pak presdir juga?"Bu Merry mengangguk, "Iya donk, kan tadi Ibu abis meeting sama semua kepala divisi dan otomatis Pak Presdir juga ikut karena kita lagi bahas perihal penting."Dinda, Anita dan Rini mengangguk dengan mulut yang berbentuk o."Oh iya! Tadi Ibu bilang, ada yang aneh sama Pak W

  • Gara-gara Patah Hati Berakhir Dinikahi Bos Sendiri    Bab 7

    Dinda terengah-engah, detak jantungnya masih berdesir ketika ia duduk di kursinya dengan tergesa-gesa. Dengan mata yang masih memancarkan rasa terkejut, dia mencoba menormalkan napasnya. Anita, yang duduk di sebelahnya menoleh dengan kacamata yang ia angkat sedikit dari hidungnya. "Lo kenapa, Din? Kayak abis dikejar setan aja."Dinda mengatur nafasnya sekali lagi, dan menjawab, "Lebih dari itu, Nit." Anita mengerutkan keningnya, tidak mengerti maksud dari kata-kata Dinda. "Hah?" respons Anita, mencoba mencerna apa yang baru saja didengarnya.Dinda hanya menggeleng cepat. "Bukan apa-apa kok!" ucapnya, dengan cengiran.Tepat saat itu, Bu Merry, kepala divisi mereka datang dengan rambut bob hitamnya yang selalu terawat.Ia menghampiri keduanya dengan langkah yang ringan. "Pagi anak-anakku," sapa Bu Merry dengan suara ceria, yang kontras dengan suasana hati Dinda saat itu.Mendengar sapaan itu, Dinda dan Anita langsung menoleh. "Pagi Bu Merry," sahut mereka hampir bersamaan. Bu Merry k

  • Gara-gara Patah Hati Berakhir Dinikahi Bos Sendiri    Bab 6

    William terbaring di tempat tidur sambil menatap langit-langit kamarnya yang temaram. Pikirannya melayang pada malam itu, sebuah malam yang tak bisa ia hapus dari memorinya. "Kenapa aku sama sekali tidak bisa mengingat wajahnya?" bisiknya pada diri sendiri, seraya tangannya menggenggam sebuah gelang wanita yang ia temukan di sisi tempat tidurnya pagi itu. Di tempat yang lain, dalam ruangan yang dipenuhi dengan tumpukan kertas dan buku, Dinda tampak gelisah sambil membuka laci meja kerjanya satu per satu dengan tergesa-gesa. Santi, yang sedari tadi memperhatikan tingkah Dinda, akhirnya tidak tahan untuk bertanya, "Lo cari apa sih, Din?" Dinda menoleh sejenak, "Gelang gue ilang, San. Lo liat gak?" Santi mendekat, ingin membantu, "Gelang yang lo beli di Singapura waktu itu, ya?" Dinda mengangguk, merasa semakin frustasi karena tidak bisa menemukan apa yang dicarinya. Seraya membantu Dinda, Santi pun kembalj bertanya, "Sekali lagi coba lo ingat-ingat, Din. Dimana terak

  • Gara-gara Patah Hati Berakhir Dinikahi Bos Sendiri    Bab 5

    Dani melangkah lebar memasuki mansion megah milik William. Suasana mansion tampak tenang namun tetap terasa mewah dengan penerangan hangat dari lampu kristal yang menggantung di langit-langit. Dani mendekati seorang maid yang tampak sibuk dengan baki teh di tangannya. "Pak Will lagi di mana, Tik?" tanya Dani dengan nada yang bersahabat. Tika, yang kala itu membawa teko teh, menoleh dengan ekspresi terkejut sejenak sebelum menjawab, "Tuan Will sedang makan malam bersama Oma Tia dan Opa Anton, Pak." Dani mengangguk paham, "Oh, begitu." Sebelum Dani sempat bertanya lebih lanjut, Tika pun berpamitan padanya. "Maaf Pak, saya harus mengantarkan teh ini dulu untuk Oma." "Iya silahkan," balas Dani. Tak lama setelah Tika pergi, Ririn yang juga seorang maid, datang menghampirinya dengan langkah cepat. "Pak Dani, Tuan William meminta saya untuk menyampaikan pada Bapak, kalau Bapak disuruh menunggu di ruang kerja," ujar Ririn dengan sopan. Dani membalas dengan senyum singkat, "Terima k

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status