Share

Menguak Tabir

Penulis: Auphi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-10 15:00:58

Didorong rasa penasaran yang teramat dalam, aku meminta satpam yang bekerja di rumah Haris untuk mencari rambut tuannya beserta rambut anak Silvy.

Besoknya rambut itu sudah dikirim ke butikku. Aku menimbang-nimbang plastik dengan zip lock ketat itu seraya mengamati dua helai rambut didalamnya.

"Kamu yakin harus melakukan ini?" selidik Ambar yang sengaja kuundang untuk percakapan rahasia.

"Aku yakin, Kak. Keculasan Silvy harus dihentikan."

Kata-kataku yang penuh kesungguhan, membuat Ambar tidak lagi berusaha membujuk. Serta-merta dia mengambil sampel rambut dari tanganku.

"Baiklah, tapi akan butuh waktu untuk mengetahui hasilnya."

"Tak apa, Kak. Asal kebenaran bisa diungkap."

Usai pertemuan dengan Ambar, aku tak membuang waktu untuk bertemu kenalan lama, manusia serba bisa jika menyangkut pencarian informasi.

"Ada perlu apa, Tiara? Kukira kamu tak tinggal di bumi lagi."

Basa-basinya yang kasar berh
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Puput Assyfa
ini sudah jd takdir Tuhan tiara
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Gara-gara Istri Muda Anakku Meregang Nyawa   Mediasi

    Beberapa hari kemudian, panggilan mediasi pun ditujukan padaku dan Haris. Dalam sebuah ruangan tertutup, kami bersama kuasa hukum masing-masing dipertemukan. Sementara itu, seorang hakim muda yang bertugas sebagai mediator duduk di kursi utama. Acara diawali dengan pembacaan poin-poin gugatan kuasa hukumku sementara kuasa hukum Haris beserta mediator tampak serius menyimak. "Kepada saudara tergugat, apakah delik yang disampaikan saudara penggugat benar adanya?"Haris terpekur sementara aku harap-harap cemas menanti. Pasalnya, tak begitu yakin jika Silvy bisa memaksa Haris mundur di tahap mediasi ini. Sejauh yang kutahu, mantan suami bisa sangat keras kepala ketika menginginkan sesuatu. Haris mengangkat muka dan menjawab mediator. "Tidak benar, yang mulia."Aku mengumpat dalam hati. Apa segitu susahnya mengakui kesalahan? Gugatan yang kusampaikan terkait pengalihan hak asuh sudah disertai bukti cukup. Terlebih sebab Cipta mema

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-11
  • Gara-gara Istri Muda Anakku Meregang Nyawa   Kejujuran

    "Kenapa kamu harus melakukan ini?" gumamku sambil mengusap wajah Hendra dengan kapas antiseptik. "Tak apa, Tiara. Laki-laki bajingan macam Haris menang harus dikasih pelajaran."Aku agak kaget mendengar kemarahan Hendra sampai tak sadar bila tanganku sudah menekan lukanya lebih kuat. Ketika wajahnya meringis barulah aku sadar yang terjadi. "Maaf, maaf, aku tak sengaja."Hendra cuma tersenyum tipis. "It's okay. Mendapat perhatian darimu sudah cukup. Rasanya seperti mimpi."Aku kembali terkesiap. Saat ini pikiranku kembali teringat dengan laporan Anton tempo hari. Rasa penasaran kembali meronta-ronta didalam sana. Memberanikan diri, aku mulai bertanya. "Hendra... mengapa kamu sebaik ini? Maksudku... kamu sangat perhatian sampai aku tidak enak hati."Dia menatapku sekilas. "Karena kamu memang layak diperhatikan. Tanpa melakukan apa-apa, semua perhatian bakal tertuju padamu."Ada gejolak rasa dalam batinku. Sejak

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-12
  • Gara-gara Istri Muda Anakku Meregang Nyawa   Rapat Umum

    Perbincanganku dengan Hendra ditambah kerelaan Haris melepas hak asuh Cipta, bikin suasana hati ini sangat baik. Jadi, dalam satu kesempatan langka, kuputuskan menelepon Silvy segera setelah Hendra mengantarku pulang. "Untuk apa kamu menghubungiku?" sergahnya kasar ketika telepon sudah tersambung. "Terima kasih sudah bikin Haris mundur. Kamu memang berbakat jadi rubah penggoda.""Kamu menelepon hanya untuk mengejekku?"Aku mempermainkan jemari seraya memikirkan hal remeh apa lagi yang bisa kukatakan agar Silvy dongkol. "Kenapa harus mengejekmu? Aku justru salut kamu bisa merebut cinta Haris padaku dengan mudah. Kalau bukan jelmaan rubah, aku tak tahu lagi apa namanya."Diluar dugaan, Silvy yang tadinya jengkel mendadak tertawa sangat keras. "Cinta? Kamu saja yang kepedean merasa dicintai. Asal tahu saja, Haris tak pernah tertarik padamu. Dulu dia punya pacar tetapi karena kamu terus mendekatinya tanpa malu, ditambah

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-13
  • Gara-gara Istri Muda Anakku Meregang Nyawa   Kesumat

    Sepulang dari rapat umum, aku langsung melangkah menuju basement, tempat dimana parkiran EraCipta berada. Namun baru akan memasuki lift, Hendra langsung mendatangiku dengan senyum sumringah yang tampak begitu mempesona. Aku sampai pangling untuk sesaat. "Tiara, terima kasih ya. Kalau bukan karena dukuganmu, aku tak akan bisa memenangkannya dengan mudah." Kata-kata yang ramah disertai tatapan hangat, membuat jantungku berdegup sangat kencang. Ke mana saja aku hingga tak sempat memperhatikan pesona Hendra dulu? "Setidaknya itu hal yang bisa kulakukan untuk orang yang sudah membantuku sejauh ini." Aku berucap sedatar mungkin demi menutupi rasa gugup yang makin menjadi. Anehnya, tangan Hendra yang kekar langsung meluncur ke atas puncak kepala dan mengacak rambutku sedikit. Aku jadi seperti gadis kecil yang sedang gugup dihadapan sang pacar, terlebih karena tubuh Hendra yang jangkung menjulang tinggi di depanku. Situasi macam ap

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-14
  • Gara-gara Istri Muda Anakku Meregang Nyawa   Kantor Polisi

    "Kamu baik-baik saja, Tiara?" Respon panik Hendra menyambutku pertama kali ketika mata ini terbuka. Kutatap wajahnya sambil berusaha mengingat kejadian apa yang membuatku sampai terbaring dengan selang infus. Sekelebat ingatan akhirnya singgah di otakku. "Dimana Haris?" tanyaku parau sebab tenggorokanku masih sangat perih, seperti terbakar. Bukan menjawab, Hendra justru buru-buru menuangkan secangkir teh lalu membantu aku minum. Dua tegukan cukup membuatku merasa baikan. "Dimana Haris sekarang?" ulangku lagi. "Kamu tidak apa-apa, kan?" "Tenang Tiara. Bajingan itu tak akan bisa lagi menyakitimu. Dia sedang dalam pemeriksaan polisi." Mendengar penuturan Haris, aku menarik nafas lega. Masih terbayang dalam benakku betapa menakutkan kegilaan mantan suamiku kemarin. Sungguh tak menyangka dia sanggup melakukan hal keji bahkan pembunuhan. "Sudah berap

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-15
  • Gara-gara Istri Muda Anakku Meregang Nyawa   Pulang

    Besoknya, sekira pukul sepuluh, aku diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Sebab Cipta harus masuk sekolah, dan baik Ambar maupun Hendra punya kesibukan tersendiri, akhirnya aku pulang bersama supirku, Supriyadi. "Untung Ibu nggak kenapa-kenapa, kalau tidak ... kalau tidak pasti saya merasa bersalah seumur hidup." Pria paruh baya itu berkata begitu aku memasuki mobil. "Tak apa, Pak. Itu bukan salah bapak."Menurut penuturan Hendra, supirku sudah sampai lebih awal di parkiran. Tetapi asisten Haris langsung menyeretnya secara paksa lalu membawa mobil entah kemana.Sampai detik ini, mobil tersebut masih dalam penanganan pihak berwajib. Untuk sementara, Hendra meminjamkan mobilnya padaku.Dengan wajah haru, Supri berkata lagi. "Semoga Ibu selalu dalam lindungan Tuhan. Ibu orang baik."Aku tersenyum kecil sembari menatap ke jalanan yang ramai di luar sana. Hatiku penuh dilema, antara memenjarakan Haris atau mengikuti kema

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-16
  • Gara-gara Istri Muda Anakku Meregang Nyawa   Bayar Dulu Utangmu

    Besoknya, waktu kami baru selesai sarapan, rumah tiba-tiba kedatangan tamu. Tamu tersebut, orang lama tentunya. Ambar. "Cepat juga angin berhembus, Kak." Aku menggoda dengan senyum lebar yang tak kusembunyikan. Ambar yang terpaut usia dua tahun diatasku nampak kikuk. Sementara itu, si beruang yang tahu-tahu saja sudah berdiri di belakang, langsung menoyor kepalaku. "Anak kecil, masuk sana. Tak usah ikut campur urusan orang dewasa." Aku meleletkan lidah. Sebelum pergi masih sempat kugoda mereka berdua. "Jangan kelamaan mikirnya. Nanti keburu uzur." Usai mengucapkan kalimat sindiran ini, aku berlari kecil sebelum tangan Chris beruang mendarat lagi di kepalaku. Hanya sesaat memasuki rumah, deru mobil pun terdengar. Sepertinya, kedua manusia dewasa itu ingin bicara secara pribadi. Baru memasuki rumah, aku berpapasan dengan Cipta yang sudah bersiap hendak pergi. "Ma, aku cabut dulu. Ada tugas kelompok dari sekolah." Sontak langkahku terhenti. Berhubung ini hari libur, tadin

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-17
  • Gara-gara Istri Muda Anakku Meregang Nyawa   Penyekapan

    Samar-samar netraku menangkap bayangan dinding berwarna kelabu di depan sana. Setelah itu, barulah aku sadar kenapa tubuh ini terasa kaku, sulit sekali digerakkan. Ternyata, posisiku di atas kursi dengan tangan dan kaki yang terikat kuat. "Akhirnya, kamu sadar juga." Suara Silvy sontak membuatku menoleh ke samping. Tampak wanita culas itu sedang bersantai sembari menikmati buah yang sudah dipotong-potong dalam wadah kecil. "Apa yang kamu lakukan, hah? Cepat lepaskan aku sekarang juga!""Lepas? Hahahha ... maaf, kamu tak mungkin lepas. Cuma malaikat maut yang bisa membebaskanmu dari sini, Tiara."Rasa takut menyergap segenap tubuhku. Sorot mata Silvy tampak liar, seperti orang kerasukan. Sosoknya yang ini tak pernah kulihat sebelumnya. "Silvy, tolong berpikir yang jernih. Kenapa harus pakai kekerasan, hah?"Wanita itu tertawa sangat keras, sampai tubuhnya terguncang. "Akhirnya kamu takut juga? Sayang sekali,

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-18

Bab terbaru

  • Gara-gara Istri Muda Anakku Meregang Nyawa   Akhir Cerita

    "Apa yang kalian lakukan? Lepaskan aku!"Aku berteriak panik seraya mencari jalan keluar tetapi ketiga orang dewasa yang duduk di sofa, bergeming. Sedikitpun, tak kasihan sama perempuan yang tengah menangis, mengiba. Sementara itu, dua petugas berseragam putih mulai mendekat, salah satu dari mereka bahkan sudah siap dengan borgolnya. "Haris! Kenapa diam saja? Tolong aku!"Aku makin panik, hendak melarikan diri dari jendela, akan tetapi pembantu kami sudah berdiri di sana, siap dengan sebuah sapu di tangan. Astaga! Apa mereka menganggapku anjing sekarang? Sebab semua jalan sudah buntu, aku akhirnya kembali ke hadapan laki-laki yang kusebut suami. Dengan air mata membanjiri pipi, aku mulai berteriak. "Haris, jelaskan maksud semua ini!"Pria yang sudah kudampingi selama tiga belas tahun itu menatap dingin. "Jangan berlebihan, Tiara. Mereka datang untuk menolongmu. Kurasa kamu butuh perawatan agar mentalmu stab

  • Gara-gara Istri Muda Anakku Meregang Nyawa   Resiko

    Keputusanku sepertinya sangat tepat, karena seminggu kemudian, anakku akhirnya pulang dengan berbagai bingkisan yang konon pemberian kerabat keluarga Danendra. "Ma, nenek juga menitipkan dokumen ini." Cipta menyerahkan sebuah map berwarna kuning. Meski sudah bisa menebak, tetap saja kuluangkan waktu melihat isinya. Ternyata benar, semua ini surat tanah dan bangunan yang masih dimiliki Haris. Tak sampai sepertiga dari kekayaannya diawal. Padahal, semua sahamnya pun sudah dijual saat memutuskan hengkang dari EraCipta. "Baiklah, Mama simpan semuanya. Kelak bila sudah cukup dewasa, kamu bisa mengambilnya."Cipta mengangguk lalu masuk kamar. Rupanya, ini jadi perbincangan kami yang terakhir karena sejak hari itu, anakku selalu menutup diri. Bila tidak sekolah, dia langsung mendekam di kamar dan hanya keluar bila ada urusan yang mengharuskannya begitu. Kucoba mendekatinya agar mau bicara, namun mulut anakku seperti terku

  • Gara-gara Istri Muda Anakku Meregang Nyawa   Sampai Maut Memisahkan

    "Selamat pagi, bu Tiara. Kami mau mengabarkan bahwa suami Anda sudah meninggal sekitar pukul satu subuh tadi."Aku membatu di tempat, tak tahu harus bereaksi apa. Setelah sekian menit lamanya, barulah bisa kutemukan suaraku. "Maaf, tapi saya tak punya suami lagi."Pihak rumah sakit yang menelepon jadi kelabakan sebab butuh beberapa saat baginya untuk kembali merespon. "Bukankah suami ibu bernama Haris Danendra? Soalnya nomor ini diberi nama 'istri' pada kontak beliau."Duarr! Bagai petir yang datang tiba-tiba, jantungku nyaris berhenti. Haris, mantan suamiku, meninggal? Tapi kenapa? Enam bulan lalu kami baru saja bertemu. "Apa Anda yakin? Setahu saya pak Haris sehat, tak ada penyakit fatal yang bisa membuat beliau meninggal."Dalam hati, aku masih berharap mereka salah nomor. Semoga yang meninggal itu Haris yang lain, bukan pria yang pernah jadi suamiku. Sayang sekali, harapanku tak terkabul.

  • Gara-gara Istri Muda Anakku Meregang Nyawa   Duka

    Beta testing dilakukan pada end user yang dipilih dari berbagai komunitas. Ada sekitar seratus lima puluh user yang berpartisipasi dalam hal ini. Berbeda dengan Alpa testing yang dilakukan di lab, maka testing kedua bisa dikerjakan dimana saja dan kapan saja selama periode yang ditentukan. "Apakah masih ada masalah?" tanyaku pada Hendra lewat sambungan telepon setelah lebih satu minggu masa testing berlangsung. "Sejauh ini belum ada. Aku yakin, kali ini aplikasinya sudah sembilan puluh sembilan persen siap."Hatiku agak lega mendapat kepastian ini sebab tak lama lagi, kami akhirnya bisa meluncurkan inovasi baru untuk memanjakan pelanggan. Perkataan Hendra ternyata bukan bualan karena dua minggu kemudian, aplikasi Ratu Mode akhirnya resmi diluncurkan. Meski menelan milyaran rupiah untuk pengembangan, desain, dan pemasaran, aku tetap bersemangat. Menandai peluncuran tersebut, aku mengadakan acara kecil-kecilan di aula gedung E

  • Gara-gara Istri Muda Anakku Meregang Nyawa   Serba-serbi Hidup

    Begitu data mentah yang akan diinput ke direktori sudah siap, Hendra langsung mengerahkan tim khusus untuk mewujudkan impianku. "Kamu harus sabar, butuh beberapa bulan agar aplikasinya bisa sempurna," ujar Hendra setelah beberapa waktu. "Kapan alpha testing bisa dikerjakan?"Sembari mengotak-atik bahasa pemrograman di layar monitor, Hendra menyahut singkat. "Paling cepat dua bulan lagi.""Baiklah, yang penting hasil akhirnya memuaskan."Membiarkan Hendra menyelesaikan segala hal menyangkut aplikasi, aku kembali larut dalam kesibukan lain agar penantian ini tidak terlalu panjang. Salah satu hal yang kutekuni, tentu saja merancang busana untuk menyambut tahun baru. Rencananya, kami akan meluncurkan busana berkonsep asimetris dengan warna pastel yang soft. Aku tengah sibuk dengan coretan-coretan di atas kertas ketika Bambang menghubungi. "Selamat siang bu Tiara, maaf mengganggu waktunya. Persidangan untuk tind

  • Gara-gara Istri Muda Anakku Meregang Nyawa   Ratu Mode

    Seruan MC tidak membawa riak apapun padaku sebab memang sejak awal kehadiranku di sini hanya meramaikan suasana, bukan untuk melantai. Aku terpaku mengamati orang-orang,-- lebih tepatnya outfit mereka -- ,yang mulai turun ke lantai dansa. Ada beberapa gaun yang cukup menarik minat tetapi banyak pula yang terlihat aneh, tak cocok dengan bentuk tubuh pemakainya. Tiba-tiba Hendra yang sekejap tadi duduk, berdiri dan mencondongkan tubuh ke arahku. "May I have this dance with you?" tanyanyaSontak aku ternganga, mengamati wajahnya yang berselimut humor. "Ta--tapi... ."Hendra mengedipkan mata dan aku pun mengamati sekeliling. Tampaknya beberapa tamu yang kebetulan duduk di dekat kami, mulai menoleh kemari. Pria tengil ini membuatku jadi pusat perhatian. Tak mau membuat kehebohan di pesta kakak sendiri, aku akhirnya ikut ke lantai dansa. Grogi betul rasanya, saat berpasang-pasang mata mengamati gerak-gerikku den

  • Gara-gara Istri Muda Anakku Meregang Nyawa   Lantai Dansa

    Hari yang dinanti kakakku pun tiba. Pagi ini dia terlihat tampan dalam balutan setelan tiga potong. Dan karena sebulan menjelang pesta, dia sudah wara-wiri di tempat fitness, maka tubuhnya yang bongsor terlihat lebih proporsional. "Tiara, kakakmu rupanya sangat tampan, ya." Dia berkata sambil mematut diri di depan cermin. "Hemm," sahutku malas. "Beruk pun kalau pakai tuxedo, tampan juga."Serta-merta tangannya bergerak cepat menoyor kepalaku. "Adek durhaka, sia-sia kakak melindungimu sepenuh hati."Aku pura-pura mau muntah dan makin meledeknya. Kebahagiaan tersendiri melihat melihat kakakku bad mood. Padahal kalau mau jujur, aku sangat sedih sekarang. Belum lama kebersamaan kami, Chris harus menikah dengan pujaan hatinya. Meskipun Ambar juga dekat denganku, tetap saja setelah pesta ini, kakak sah jadi milik perempuan lain. Andaikata aku masih bersuami, mungkin tak semiris ini rasanya. "Hei, kok diam? Sedih ya, karen

  • Gara-gara Istri Muda Anakku Meregang Nyawa   Saksi Bisu

    Tiga minggu berlalu, pembicaraanku dengan Cipta kemarin masih terngiang-ngiang hingga detik ini. Meski demikian, kuputuskan untuk abai. Pada akhirnya, dengan atau tanpa pasangan, seseorang harus bertanggung jawab atas hidupnya sendiri. "Bu, kita langsung ke rumah tahanan sekarang?" Supri bertanya kali kedua. Aku mengangguk mantap tanpa mengalihkan pandangan dari luar jendela.Hari ini kuputuskan untuk mengunjungi Silvy di rumah tahanan sebab kurasa perlu mengabarkan perilaku ayahnya. Bukan lantaran dendam atau apa, hanya saja dia harus tahu bahwa ayahnya masih hidup. "Kenapa lagi kamu kemari?"Seperti biasa, kata-kata sapaannya tak pernah ramah. "Cuma mau bilang, ayah yang kamu rindukan masih sehat dan hidup."Dia langsung berhenti memelintir rambutnya, menatapku penuh tanya, seolah apa yang kusampaikan tak mungkin benar-benar terjadi. "Aku tak percaya. Mana buktinya?"Kubuka gawai lalu mencari fot

  • Gara-gara Istri Muda Anakku Meregang Nyawa   Pengorbanan

    "Bagaimana situasi anakku?" Begitu membuka mata aku langsung bertanya pada Hendra yang duduk terpekur di sisi ranjang. Setelah dilarikan dari cengkeraman bandit kemarin malam, barulah pagi ini aku bangun. Sepertinya, tendangan dan siksaan yang kuterima bertubi-tubi, menyebabkan luka dalam sebab sekujur tubuhku terasa nyeri. Pria itu memegang tanganku. "Cipta sedang dirawat. Kamu tenanglah, dia pasti baikan.""Kamu tidak berbohong, kan?""Aku tak membohongimu, Tiara." Dia menyahut sungguh-sungguh. "Cipta memang terserempet peluru, tapi bagian bahu saja."Usai berkata demikian, Hendra bercerita tentang peristiwa malam itu. Cipta yang cerdas menyadari sekelompok orang sedang bersembunyi, menunggu saat yang tepat untuk melumpuhkan penjahat. Sama seperti pikiranku, dia pun menggigit bahu Anton hingga pria itu refleks menembak, yang rupanya berhasil menyerempet bahunya. Ketika tubuh anakku terlempar, orang yang bersembunyi

DMCA.com Protection Status