Eun Kyung terdiam di ruang kerjanya dengan tangan terlipat di atas meja, hayut dalam pikirannya. Kepalanya memainkan berbagai kejadian yang di lihatnya selama ia bekerja di De Roz, dan mulai mengakaitkan kejadian - kejadian itu satu per satu. Eun Kyung menghembuskan nafas kecil sambil menggigit bibir bawahnya ragu, ia pun meraih ponselnya cepat lalu mengetuk kontak seseorang untuk menghubunginya
"hmm, ini aku!" Sapanya cepat.
Senyum kecilnya tesungging ringan, Eun Kyung pun menyandarkan tubuhnya satai sambil memindah ponselnya ke telinga sebelah kanannya. Ia menggeleng singkat
"tidak, aku butuh bantuanmu sekarang."
Mendengar jawaban dari sosok yang di hubunginya, Eun Kyung segera bangkit dari kursinya meraih tas dan jaketnya yang tergantung tak jauh di belakangnya.
000
Sosok wanita dengan rambut pendek yang tampan bergelombang melangkahkan kaki rampingnya masuk ke Ruang VIP, alisnya terangkat kecil melihat Eun Kyung yang duduk sambil menyesa
BEBERAPA BULAN LALU.Eugene menghembuskan nafas kecil sambil menoleh ke sekeliling, menunggu kedatangan seseorang di depan Club Malam yang tampak ramai. Ia menoleh ke kiri dengan mata menyipit tersorot lampu mobil yang berhenti agak jauh darinya, senyumnya mengembang kecil tampak mengenali mobil yang berhenti itu. Eugene pun berlari kecil menghampiri mobil itu lalu menunduk pelan menatap sosok di balik kemudi.Ni El menekan tombol di samping pintunya, menurunkan jendela mobilnya menunjukkan dirinya pada Eugene yang menunggunya dengan senyum cerah. Ia menaikkan alisnya dengan air muka kesal"ada apa?"Eugene pun menggerakkan kepalanya pelan "ayo, masuk! Aku akan memperkenalkanmu pada Pewaris HanMan, saat ini dia sedang merayakan ulang tahunnya disini," ajak Eugene cepat.Ni El pun memutar matanya kesal, ia terpaksa turun dari mobilnya mengikuti permintaan Eugene yang jarang ia setujui.000Dentuman musi menggema keras di
Eun Kyung tediam di depan layar komputernya yang menyala terang menunjukkan rekaman CCTV yang terhenti. Nafas besar terhembus begitu saja dari mulutnya, tidak percaya akan apa yang barusan di lihatnya. Tangannya mengepal perlahan, matanya melirik tajam fotoku yang tergeletak di atas mejanya penuh amarah yang membakar hatinya.Eun Kyung pun membereskan kertas - kertas yang berserakan di atas mejanya cepat, lalu berdiri meraih tas dan jaketnya cepat menemui seseorang.000Ni El mengalihkan pandangannya dari buku di hadapannya mendengar suara bell Apartemennya yang berbunyi keras. Ia melihat jam tergantung di ujung ruangan menunjukkan pukul Sebelas malam, membuat keningnya berkerut dalam. Ketukan keras terdnegar cepat dari balik pintu Apartemennya, telinganya pun akhirnya menangkap suara familiar seseorang"Eun Kyung?" Panggilnya bingung.Ni El langsung beranjak cepat dari sofanya, membuka pintu Apartemennya lebar. Matanya langsung bertemu dengan mata
Langkahku terhenti melihat Ni El yang berdiri menunggu pintuliftdi hadapannya terbuka. Ni El tampak melihat sekeliling sambil menyunggingkan senyum kecil, pada semua orang yang menyapanya. Mata kami yang bertemu membuat ku menyungingkan senyum kecil pada Ni El seperti biasanya, namun Ni El tampak berpaling cepat seakan ia tidak melihat kehadiranku.Senyumku memudar perlahan melihat sikap dingin itu, aku yang tidak mengetahui apa - apa mulai merasakan sesuatu yang aneh. Namun, perasaan aneh itu berubah menjadi rasa sedih. Perasaan sedih karena dia mengabaikanku.000Aku pun melalui hariku dengan perasaan sedih yang masih tertinggal itu. Kakiku terus melangkah, namun aku hanyut dalam pikiranku sendiri. Tiba - tiba suara familiar terdengar di telingaku membuat kakiku berhenti bergitu saja"menurutku ini bukan saat yang tepat untuk berpura - pura tidak melihatku!"Aku pun menoleh dengan kening berkerut kecil, mataku langsung
Perasaan anehku ini terus belanjut sepanjang hari. Kejadian - kejadian aneh yang kebetulan pun membuatku semakin yakin bahwa Ni El menghidariku sekarang.Aku menyusuri koridor sambil bergurau kecil dengan teman - temanku setelah kembali dari Ruang Makan Kantor. Mataku tanpa sengaja menangkap Ni El dari kejauhan yang tampak berjalan mendekat ke arahku, teman - temanku pun membungkuk kecil menyapa Ni El sopan. Aku pun memmbungkuk kecil sambil menyunggingkan senyum terbaikku padanya, Ni El pun menunduk kecil sambil terus berjalan melewati kami begitu saja. Seperti biasanya aku menoleh kecil menunggu Ni El yang juga akan berbalik menatapku, namun ia terus melangkahkan kakinya sampai punggungnya tidak terlihat lagi.Aku awalnya merasa itu biasa, 'mungkin dia terburu - buru,' simpulku dalam hati. Namun, perubahan itu semakin terasa aneh.Aku mengetuk pintu Ruang Kerja Ni El pelan dengan tumpukan laporan di tanganku. Setelah mendengar suara Ni El dari dalam ruangan, ak
Moon Ho menoleh kecil mendengar ketukan dari pintu Ruang Kerjanya. Ia pun membuka mulutnya singkat mempersilahkan seseorang yang mencarinya ini masuk. Suara langkah seorang wanita yang terdengar cepat membuat Moon Ho kembali mengangkat pandangannya, menatap putrinya yang masuk dengan wajah kesal"putriku, ada apa?"Eun Kyung menghembuskan nafas sambil melipat tangannya di depan dada "kenapa Appa (Ayah) membatalkan kerja sama dengan Ayah Yoo Jin?" Tanyanya kesal.Moon Ho menaikkan bahunya pelan "karena tidak ada gunanya bagiku," timpalnya cepat.Eun Kyung pun memutar matanya sambil menghembuskan nafas besar, mendengar alasan yang baginya tidak masuk akal itu. Ia pun membalikkan badannya meninggalkan ruangan Ayahnya kehabisan kata - kata.Moon Ho hanya kembali mengangkat bolpennya cepat dengan senyum kecil di ujung bibirnya.000Tamparan keras langsung menadarat di pipi Eugene seketika ia masuk ke Ruang Kerja Ayahnya. Eugene te
Eun Kyung melangkah keluar dari Ruangan Eugene dengan senyum puas menghiasi bibirnya. Ia kembali mengenakan kaca mata Hitamnya, sambil terus melangkahkan kakinya dengan dagu terangkat angkuh. Langkahnya tiba - tiba terhenti, matanya melirik kecil dari balik kaca mata Hitamnya. Senyumnya pun semakin melebar cerah, terpikirkan sebuah ide yang menarik di kepalanya. Ia pun melanjutkan langkahnya dengan rasa percaya diri yang besar di dalam hatinya.000Ketukan kecil terdengar dari pintu Laboratorium, membuat seluruh timku menoleh kompak melihat siapa yang datang. Mereka pun membungkuk sopan menyambut kedatangan Eun Kyung yang tiba - tiba itu.Eun Kyung melangkahkan kakinya santai sambil menoleh ke sekeliling"dimana Sophie?"Salah satu anggota timku pun langsung menunjuk pintu Ruang Penyimpanan di ujung Laboratorium "Ketua ada disana, biar saya panggilkan untuk anda Nona Kim!" Sahutnya menawarkan diri.Eun Kyung pun mengangkat tangannya cepat, m
Hari penting yang ku tunggu kini tiba. Di balik permasalahan berat antara aku, Eun Kyung, Eugene, dan Ni El, pekerjaanku masih tetap berlanjut.Aku menghembuskan nafas besar membaca spanduk yang bertuliskan "SEOUL FASHION WEEK" di hadapanku. Tanganku mengepal kuat, senyumku pun perlahan mengembang bangga akan apa yang telah aku capai saat ini.Suasana sibuk terlihat di setiap sudut Aula, mempersiapkan acara besar yang sangat penting ini. Para wartawan terlihat sibuk memperisapkan konfersi pers yang akan berlangsung satu jam lagi.000Aku menoleh kecil menangkap bayangan Eugene di ujung mataku, membuatku kembali teringat akan kata - kata Eun Kyung yang memberatkan hatiku. Aku pun berpaling cepat, menghidari Eugene. Namun, mataku malah menangkap wajah Ni El yang duduk di ujung ruangan, berbicang kecil dengan pihak penyelenggara. Nafas besar pun terhembus begitu saja dari mulutku 'sial...' keluhku dalam hati.Tiba - tiba terdengar suara pintu Ruang Tu
Sesi wawancara terus berlanjut dengan nyaman. Tiba - tiba seorang wartawan mengangkat tangannya, membuat perhatian kami terarah lurus padanya. Wartawan itu pun menurunkan tangannya lalu membuka mulutnya, melemparkan bom yang membuat kecanggungan menyerang kami dalam hitungan detik"saudara Shin Yoo Jin, terkait berita putusnya kerja sama Vinchi Co dan Luxxe, apa itu ada kaitannya dengan hubungan andadan Nona Sophie?" Tanyanya.Mataku melebar kaget dan aku langsung berdeham canggung tidak tahu harus berkata apa. Wartawan lain pun termakan rasa penasaran akan pertanyaan itu, mereka mulai bergumam kecil lalu menatap kami bergantian dengan rasa ingin tahu yang terlihat jelas di wajah setiap mereka.Ni El pun mengangkat tangannya sejenak membuat perhatian tertuju padanya, ia menunduk kecil sambil membuka mulutnya "maaf, saya rasa pertanyaan itu tidak akan kami jawab disini," timpalnya. Wartawan yang tidak terima dengan jawaban itu pun kembali membuka mulutnya
Langkahku terhenti menatap mobil yang tampak aku kenali berhenti di depan tangga menuju Rumahku, si pemilik mobil yang menyadari kedatanganku turun dari mobilnya, dia menatapku lurus. Aku menghela nafas dalam sebelum kembali melanjutkan langkahku pelan, berhenti tak jauh dari pria yang sudah menungguku entah sejak kapan. "Dimana kau tidur semalam?" "Rumah Mi Do, sejak kapanSunbae(Senior) menungguku?" Timpalku balik bertanya. Eugene melepaskan nafas panjang sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana, ia mengangguk pelan "lupakan, apa kau baik - baik saja?" Tepisnya mengalihkan topik. Aku mengarahkan pandanganku menatap Eugene lurus - lurus, aku pun langsung menyadari bahwa ia menyembunyikan sesuatu dariku saat ini. Aku menganggukkan kepalaku pelan "hmm, aku baik - baik saja,Sunbae(Senior) sendiri?" Tanyaku canggung. Eugene ikut mengangguk kecil "aku baik," timpalnya cepat. Nafa
Aku berguling gelisah memikirkan masalah yang menimpaku ini, aku tidak mungkin hidupa dalam persembunyian terus seperti ini. Aku juga merasa bahwa ini masalahku, jadi aku harus menyelesaikannya sendiri.Aku bangun dari tidurku cepat, meraih ponselku di samping tempat tidur. Jariku bergerak sibuk mencari tahu berita terbaru tentang kasusuku ini, membuat keningku mulai berkerut. Aku membenarkan posisi duduku, menggerakkan jariku semakin cepat, mencari lebih teliti."Apa yang terjadi?" Tanyaku sendiri.Aku menurunkan ponselku dengan nafas besar terhembus begitu saja dari mulutku, kepalaku mulai berpikir keras tentang kejadian aneh ini. Aku pun kembali mengangkat ponselku, memastikan apa yang aku lihat ini benar. Aku tidak percaya akan apa yang aku lihat."Kenapa semuanya menghilang begitu saja?" Tanyaku bingung.Aku membuka selimutku turun dari tempat tidur cepat, menghampiri Ha Na yang tidur di sofa depan. Aku menggoyang tubuh Ha Na cepat membangunka
Aku terdiam menatap ponselku lurus, rasa cemas dalam hatiku semakin menghantuiku seiring usahaku untuk menahannya. Ponselku yang tiba - tiba bergetar, membuat mataku melebar dan harapanku bangkit. Aku langsung menatap ponselku lurus - lurus, namun harpan itu terasa hancur dalam hitungan detik.[Apa kau baik - baik saja?]Pesan itu terlihat hangat, hanya saja pesan itu datang bukan dari orang yang aku harapkan saat ini. Aku terdiam menatap nama Eugene sebagai pengirim pesan itu, aku pun menghembuskan nafas pelan "apa yang kau harapkan Sophie," keluhku tersadar.Aku menggerakkan jariku cepat, membalas pesan itu lalu mengirimkannya dengan rasa kecewa di hatiku. Aku menyisir rambutku ke belakang, menunduk dalam berusaha menenangkan diriku sendiri. Mi Do dan Ha Na yang melihat kegelisahanku pun menghembuskan nafas besra kompak, Ha Na menutup ponselnya cepat sambil membuka mulutnya"sebaiknya kau tidak berusaha untuk mencari tahu keadaan di luar sana lebih dulu
Eugene duduk menatap Eun Kyung yang tersenyum penuh kemenangan tajam. Wanita di hadapanya terdiam menatapnya lurus dengan tangan terlipat di depan dada anguh, sambil menyandarkan tubuhnya nyaman di kursi."Aku tahu cepat atau lambat kau akan mencariku," buka Eun Kyung percaya diri.Eugene memalingkan wajahnya dengan air muka kesal, sambil menghembuskan nafas besar dari mulutnya keras. Ia menelan berat air liurnya sebelum akhirnya membuka mulutnya"kau yang melakukan semua ini bukan?" Tanyanya menuduh.Eun Kyung melepaskan tawa keras mendengar nada kesal Eugene yang semakin memuaskan hatinya, wanita itu melepaskan nafas lega berusaha mengendalikan tawanya "aku tidak menyangka membuatmu marah akan semudah ini, sangat menarik..." timpalnya.Eugene mengepalkan tangannya perlahan mendengar perkataan Eun Kyung itu, ia menunduk sambil menjilat kecil bibirnya berusaha menahan emosinya yang semakin mendidih. Matanya berputar tajam menatap Eun Kyung lurus, m
Kerutan terlihat samar di keningku saat aku mengetahui ponselku yang mati sejak tadi, aku meghembuskan nafas teringat bahwa aku belum sempat menyalakan ponselku sejak dari Bandara tadi.Mataku melebar kecil merasakan getaran berturut - turut dari ponselku, pemberitahuan pesan masuk bergantian, nomor - nomor yang tidak di kenal pun terlihat menghubungiku. Keningku langsung berkerut dalam seiring rasa curiga yang memenuhi hatiku. Aku langsung menggerakkan jariku cepat mengetuk layar ponselku, membuka ruang obrolanku dengan teman - temanku yang meninggalkan banyak pemberitahuan.[Hey, Sophie dimana kau? Kau sudah melihat berita ini?][Sophie, apa kau baik - baik saja?][Hey, kau membuat kami takut... hubungi kami secepatnya!]Aku pun mengetuk tautan yang Mi Do kirimkan, membaca semua isi berita yang terpajang di layar ponselku cepat, mataku mulai melebar dan aku membekap mulutku yang terbuka hampa kaget melihat berita itu. Aku tidak percaya apa
Mobil Ni El yang melanju cepat menuyusi jalan raya membuatku cemas akan keselamatan kami, aku menoleh kesal sambil terus menggenggam erat sabuk pengamanku."Hey, pelan - pelan saja! Kita bisa celaka kalau begini terus!" Protesku kesal.Ni El menginjak gasnya semakin dalam, mengabaikan perkataanku hanyut dalam emosinya sendiri. Aku yang semakin kesal dengan sikap itu pun kembali membuka mulutku "HEY!" Teriakku. Ni El langsung memutar roda kemudinya, menepikan mobil yang kami tumpangi, memindahkan kakinya cepat, menginjak dalam rem mobilnya.Tubuhku yang terbanting keras ke sandaran kursi membuat amarahku semakin tersulut, aku menyampirkan poniku yang berantakan, menatap Ni El sinis "HEY! APA KAU SUDAH GILA?" Amukku kesal."KAU SENDIRI APA MASIH WARAS?" Bentaknya menatapku dengan maa melotot kesal.Ni El memalingkan wajahnya sambil melepaskan nafas besar, berusaha mengendalikan emosinya. Ia kembali menoleh menatapku lurus, membuatku mencengkram sabuk
Ni El mengusap darah segar yang mengalir dari luka di ujung bibirnya, ia melepaskan nafas besar lalu menoleh menatap Eugene lurus "maafkan aku," sahutnya canggung.Eugene hanya diam tertunduk dalam dengan tatapan kosong, mengabaikan permintaan maaf Ni El itu. Ia melepaskan nafas besar, membalikkan badannya hendak meninggalkan ruangan Ni El, namun Ni El menahan langkahnya."Sophie belum mengetahui apapun yang terjadi!"Tangan Eugene mengepal kuat mendengar kata - kata itu, ia menoleh kecil menatap Ni El sinis "lalu? Apa maumu sekarang?" Tanyanya menantang.Ni El kembali menghembuskan nafas besar dari mulutnya, ia menundukkan kepalanya sambil menggeleng kecil "aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan sekarang, tapi aku ingin meminta bantuanmu..." jawabnya meninggalkan harga dirinya.Amarah Eugene yang semakin tersulut, membuatnya melepaskan nafas kecil sambil menggeleng heran "apa aku terlihat seperti akan memberimu bantuan?" Tanyanya menghina. Euge
Dae Gil menghembuskan nafas panjang dari mulutnya, kembali mengarahkan pandangannya lurus padaku. Ia memaksakan senyum kecil sebelum kembali membuka mulutnya "aku menyesalinya..." sahutnya. Dae Gil meremas erat kedua tangannya sambil menunduk dalam, nafas berat kembali terdengar dari mulut Dae Gil. Ia menggelengkan kepalanya pelan "aku tidak seharusnya membohongi Ni El saat kami bercerai," lanjutnya penuh penyesalan.Mataku melebar kecil mendengar kejujuran itu, mulutku terbuka kecil hampa, aku terdiam tidak tahu harus mengatakan apa menanggapi perkataan itu.Dae Gil pun kembali mengeluarkan suaranya "aku tidak ingin ia terluka jika semua orang tahu bahwa kami bercerai karena ia memilih pria itu," bukanya. Dae Gil melepaskan nafas pelan "jadi aku berbohong pada wartawan, aku mengatakan kami bercerai karena perebutan ahli waris," lanjutnya terdengar berat."Tapi anda tidak menyangka bahwa itu akan sangat menyakiti HongDaepyo (CEO)?" Timpalku begitu
Waktu berlalu dengan senyuman, membuat Dae Gil semakin yakin bahwa semuanya kini baik - baik saja.Segalanya terasa seperti sebagaimana harusnya, seperti apa yang Dae Gil harapkan. Kebahagiaan Dae Gil semakin memuncak setelah mendengar kabar kehamilan Seo Hwa, sukacita yang tidak terbilang dengan kata - kata semkin memenuhi hati Dae Gil.Kelahiran Ni El, menjadi awal perjalanan baru mereka menuju kebahagiaan yang lebih dari sebelumnya.000Dae Gil terdiam menatap kosong keluar jendela teringat akan kebahagiaan mereka saat menggendong Ni El di hari kelahirannya. Senyumnya mengembang kecil meskipun sorot matanya sangat sayu.Aku hanya terdiam hanyut dalam keheningan, hatiku tiba - tiba ikut merasakan kesedihan yang Dae Gil simpan di dalam hatinya saat ini."Saat Ni El lahir dulu, aku sangat bahagia..." bukanya. Dae Gil memalingkan wajahnya menatapku lurus "hari itu aku berjanji akan membuatnya bahagia, aku berjanji akan memberikannya keluarga