Langkahku terhenti menatap mobil yang tampak aku kenali berhenti di depan tangga menuju Rumahku, si pemilik mobil yang menyadari kedatanganku turun dari mobilnya, dia menatapku lurus.
Aku menghela nafas dalam sebelum kembali melanjutkan langkahku pelan, berhenti tak jauh dari pria yang sudah menungguku entah sejak kapan.
"Dimana kau tidur semalam?"
"Rumah Mi Do, sejak kapan Sunbae (Senior) menungguku?" Timpalku balik bertanya.
Eugene melepaskan nafas panjang sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana, ia mengangguk pelan "lupakan, apa kau baik - baik saja?" Tepisnya mengalihkan topik.
Aku mengarahkan pandanganku menatap Eugene lurus - lurus, aku pun langsung menyadari bahwa ia menyembunyikan sesuatu dariku saat ini. Aku menganggukkan kepalaku pelan "hmm, aku baik - baik saja, Sunbae (Senior) sendiri?" Tanyaku canggung.
Eugene ikut mengangguk kecil "aku baik," timpalnya cepat. Nafa
Aku pernah mendengar kata “cinta akan datang di saat yang tidak terduga” awalnya aku mengangap itu hanya omong kosong belaka, sampai aku berjalan melewatinya di Halaman Kampus hari itu. Mata tajam, bibir kemerahan yang tipis, rahang dan hidung tegasnya memikat hatiku dalam hitungan detik. Apa ini yang di sebut cinta pada pandangan pertama? Tidak, ini bukan hanya cinta pada pandangan pertama, ini adalah cinta pertama.Aku Sophie, wanita sederhana yang bermimpi menjadi seorang putri. Aku tahu ini tidak masuk akal, tapi setelah aku bertemu cinta pertamaku keinginan itu muncul bergitu saja. Tubuhku tidak terlalu tinggi, hidung tinggi, bibir kemerahan tipis, dan mata sedikit lebar tampak menyatu sempurna dengan pipiku yang sediki tembam. Aku yang tidak punnya cita – cita atau harapan yang berlebihan dari hidupku bertemu Eugene, pria sempurna bagaikan pangeran yang baik hati. Dia adalah cinta pertamaku, cinta pertama yang sampai saat ini masih aku kejar. Dia membu
SEOUL, 2022. Matahari bersinar cerah menembus jendela membuatku membuka mata perlahan, aku mengangkat tanganku menghalangi sinar yang menusuk tajam mataku lalu memalingkan wajahku perlahan. Aku membuka mataku dengan senyum kecil teringat akan hari penting yang aku tunggu ini akhirnya tiba, aku langsung bangkit dari tempat tidurku cepat dengan langkah ringan berjalan menuju kamar mandi. Aku berdiri di depan cermin dengan setelan kantor biru muda rapi, aku merapikann rambutku sejenak lalu mengangguk kecil melihat pantulan diriku yang tampak sempurna di kaca. 000 Tanpa terasa sudah Enam tahun sejak kedatanganku pertama kali ke Korea Selatan, aku tidak menyangka aku sampai sejauh ini mengejar cinta pertama yang aku impikan selama ini. Setelah berjuang seberat ini akhirnya aku mendapatkan kesempatan yang aku incar, yaitu kartu karyawan DeRoz. Perusahaan Parfum terkenal yang menjadi pilihan orang – orang terkenal di sleuruh belahan dunia, tapi tentu
Suara musik yang perlahan semakin keras menusuk telinga, lantai dansa bagaikan lautan manusia yang menari dan melompat penuh girang. Kami pun duduk di meja bar menunggu minuman kami sambil menoleh ke sekeliling yang tampak berkelas, Mi Do pun mendekatkan bibirnya ke telingaku “orang kaya yang sedang menghambur – hamburkan uang mereka,” guraunya menghina. Tawaku pecah mendengar hinaan halus itu, aku kembali melayangkan pandanganku sampai aku menatap satu sosok pria yang tampak tak asing di mataku. Keningku mulai berkerut kecil berusaha mengenali pria itu, namun ia menghilang di antara desakan orang banyak di lantai dansa. Aku pun memalingkan wajahku dan menyesap minumanku anggun sambil sesekali bergurau kecil bersama teman – temanku. Tiba – tiba segerombolan pria dari lantai dansa menghampiri kami, kami pun akhirnya berdansa dan minum bersama, meskipun awalnya terasa asing kami akhirnya membaur dengan orang – orang di pesta itu. Aku menggerak
Eugene masuk ke dalam ruangan kantor dengan interior modern yang sangat bersih dan setiap sudutnya sangat rapi tanpa cacat sedikitpun, ia mengerutkan keningnya menatap pria dengan rambut hitam, mata sipitnya terpejam, kerutan kecil tampak menghiasi keningnya, kacamata dengan bingkai besi berwarna perah tergantung di hidungnya yang tinggi, dan bibir merahnya tertutup rapat tidak seperti biasanya. Melihat pemandangan aneh itu Eugene menunduk lalu mengetuk keras meja kaca di hadapannya membuat pria yang tidak menyadari kedatangannya membuka mata tajamnya kaget “hey, Hong Ni El ada apa denganmu? Tidak biasanya kau seperti ini?” Tanyanya curiga. Ni El hanya menghembuskan nafas besar dari mulutnya lalu kembali memejamkan matanya mengabaikan Eugene. Ia mengayunkan tangannya pelan “jika yang ingin kau bicarakan tidak penting, lebih baik pergilah!” Usirnya halus. Tawa kecil Eugene pun pecah mendengar hal yang seakan sudah biasa baginya itu, ia meletakkan map hitam yang di baw
Ha Na dan Mi Do membuka hampa mulut mereka kompak mendengar ceritaku tentang kejadian kemarin. Ha Na menggeleng kecil kembali mencerna ceritaku barusan "jadi kemarin kau tidur dengan seseorang yang tidak kau kenal, dan sekarang kau bilang dia adalah atasanmu di De Roz?" tanyanya memastikan. Aku menghembuskan nafas panjang lalu mengangguk lesu, Mi Do pun melambai cepat dengan mata tertuju lurus pada layar ponselnya "hey... hey... lihat ini!" desaknya membuat kami penasaran. Wajah Ni El terpajang memenuhi layar ponsel Mi Do, berbagai artikel tentang kesuksesannya tersebar di internet. Semua berita menceritakan kesuksesannya di usia muda dan tidak ada satupun berita buruk tentangnya tertulis di internet, aku dan kedua temanku langsung saling menatap dengan mulut terbuka hampa kehabisan kata - kata. Mi Do pun meletakkan ponselnya ke atas meja lalu menegak bir di gelasnya anggun "lalu apa yang terjadi setelah itu?" tanyanya ingin tahu, aku pun memutar mata
Eugene menerobos masuk ke dalam ruangan Ni El begitu saja setelah mendengar kabar tentang keributan yang aku sebabkan pagi tadi. Aku hanya berdiri dengan tangan terlipat sopan dan kepala tertunduk dalam, di hadapan Ni El yang duduk menatap keluar jendela membelakangiku. Eugene menatapku dengan terusan hitam yang terlihat cukup menggoda itu lalu berdeham kecil sambil memalingkan wajahnya cepat, Ni El yang mendengar suara dehaman Eugene pun melirik kecil lalu memutar kursinya menghadap kami. Ia menatap Eugene lurus lalu melipat tangannya di atas meja "kau bilang kau mengenalnya," bukanya singkat. Eugene mengangguk kecil sambil mengangkat kedua tangannya ke pinggang santai "hmm, aku akan mengajarinya dengan baik, maafkan kali ini saja!" Mintanya cepat. Ni El menggeleng kecil "peraturan tetap peraturan!" Tepisnya dingin. Aku yang merasa aneh dengan arah pembicaraan itu pun mengatupkan kedua tanganku di depan wajahku "aku mohondaepyonim,
Eugene langsung duduk di hadapan Ni El cepat setelah pintu ruang kerjanya tertutup rapat "ada apa dengan aroma parfumnnya? Apa kau tertarik?" Tanyanya penasaran. Ni El hanya menghembuskan nafas kecil sambil menggeleng heran lalu membuka tumpukan dokumen di hadapannya santai, Eugene yang tidak menyerah pun kembali membuka mulutnya menghujani Ni El dengan ceramah panjang lebar "sudah ku bilang dia sangat berbakat, percaalah padaku kau tidak akan menyesal mempekerjakannya, dia sudah membuat parfum itu sejak kuliah jadi aku tahu bahwa dia berbakat," jelasnya bangga. Ni El menghembuskan nafas besar dari mulutnya mendengar celotehan Eugene, ia menutup map di hadapannya cepat lalu menatap Eugene sinis "jika kau begitu menyukainya kenapa kau tidak mengencaninya?" Tembaknya keras. Eugene terdiam mendengar pertanyaan itu, ia menggaruk belakang kepalanya "pokoknya dia berbakat, jangan sia - siakan dia," tepisnya canggung lalu bangkit dari kursinya mening
Wanita cantik itu membuka pintu Ruang Kerja Eugene, lalu masuk dan menjatuhkan dirinya nyaman ke sofaseberang meja kerja Eugene. Ia melepas kaca mata hitamnya lalu menoleh kecil menatap Eugene yang mengabaikannya, wanita itu hanya tersenyum kecil paham akan sikap itu. Ia pun menghela nafas besar lalu melipat tangannya di depan dada mulai membuka mulut tajamnya "apa kau begitu menyukainya sampai mempekerjakannya disini?" Tanyanya mengacu padaku. Eugene yang terpancing akan pertanyaan itu langsung menghentikan gerakannya dan memutar matanya menatap wanita yang di abaikannya sejak tadi "kau menemuinya?" Timpalnya balik bertanya. Wanita itu tersenyum puas lalu menaikkan kedua bahunya bermain - main dengan Eugene yang tampak tegang. Ia pun bangkit dari duduknya berpindah ke kursi di depan Eugene, keduanya terdiam saling menatap lurus membuat suasana dingin menyelimuti ruangan itu. Eugene pun membuka mulutnya memecahkan keheningan dingin itu