Ha Na dan Mi Do membuka hampa mulut mereka kompak mendengar ceritaku tentang kejadian kemarin. Ha Na menggeleng kecil kembali mencerna ceritaku barusan
"jadi kemarin kau tidur dengan seseorang yang tidak kau kenal, dan sekarang kau bilang dia adalah atasanmu di De Roz?" tanyanya memastikan.
Aku menghembuskan nafas panjang lalu mengangguk lesu, Mi Do pun melambai cepat dengan mata tertuju lurus pada layar ponselnya "hey... hey... lihat ini!" desaknya membuat kami penasaran. Wajah Ni El terpajang memenuhi layar ponsel Mi Do, berbagai artikel tentang kesuksesannya tersebar di internet. Semua berita menceritakan kesuksesannya di usia muda dan tidak ada satupun berita buruk tentangnya tertulis di internet, aku dan kedua temanku langsung saling menatap dengan mulut terbuka hampa kehabisan kata - kata. Mi Do pun meletakkan ponselnya ke atas meja lalu menegak bir di gelasnya anggun
"lalu apa yang terjadi setelah itu?" tanyanya ingin tahu,
aku pun memutar mataku kembali mengingat apa yang terjadi di ruang rapat siang tadi.
000
Ni El melepas kancing jasnya lalu duduk di tengah - tengah meja sambil mengamati setiap karyawan baru yang menunduk canggung di hadapannya. Eugene pun mendekat ke arah Ni El lalu berbisik kecil di telinganya
"ada apa denganmu? Apa kau tidak sibuk?" tanyanya mengusir.
Ni El hanya melirik Eugene tajam membuat Eugene langsung memutar matanya berpaling dari Ni El cepat. Beberapa karyawan baru sudah menandatangani kontrak kerja mereka secepat mungkin, membuatku semakin terdesak oleh situasi hidup matiku. Aku tidak mungkin tidak menandatangani kontrak ini, tapi aku juga tidak ingin identitasku di ketahui. Aku menunduk dalam dengan nafas besar terhembus di mulutku membuat Eugene mendekatiku cepat
"Sophie ada apa? Apa yang membuatmu ragu?" bisiknya bertanya.
Aku pun mengangkat pandanganku cepat lalu memecahkan tawa canggung singkat "aah... tidak, tidak apa" tepisku menyembunyikan rasa bimbangku.
Eugene pun menggerakkan dagunya kecil "kalau tidak ada apa - apa tanda tanganilah!" perintahnya tenang dengan senyum miring yang meluluhkan hatiku.
Aku melirik kecil ke arah Ni El yang sejak tapi duduk mengamati kami lurus - lurus, saat mata kami bertemu aku pun langsung memutar mataku menghindari tatapan tajam itu. Aku memaksakan diri menggerakkan tanganku, meraih bolpen di atas meja dan menandatangani kontrak kerja di hadapanku. Nafas besar kembali terhembus dari mulutku 'selamat datang di neraka' ucapku dalam hati mengutuk diriku sendiri.
000
Aku memejamkan mataku lalu menopang sikuku ke atas meja memijat kecil dahiku "aku tidak punya pilihan" tutupku pasrah. Ha Na menyandarkan tubuhnya santai sambil melipat tangannya di depan dada mendengar akhir ceritaku
"kau tidak punya pilihan, tapi kau punya cara untuk mencari tahunya" timpalnya memberikan harapan padaku.
Mataku dan Mi Do langsung tertuju lurus pada Ha Na, ia pun mencondongkan tubuhnya cepat mendekat ke arah kami "kau bisa mengujinya, apa dia mengenalimu atau tidak" bisiknya licik. Aku hanya memiringkan kepalaku bingung akan apa yang di maksudnya itu sementara Ha Na menaikkan alisnya dengan senyum lebar yang terlihat sangat licik.
000
Aku berdiri di depan pintu utama DeRoz, nafas besar terhembus singkat dari mulutku dan aku kembali teringat akan ide yang Ha Na sampaikan semalam
"coba kau pancing ingatannya dengan baju yang kau kenakan hari itu, nesok pakailah baju itu ke kantor" perintahnya yakin.
Aku menunduk melihat terusan hitam yang aku kenakan ke club hari itu, aku menggigit bibir bawahku meyakinkan diriku lalu mengangguk kecil sebelum akhirnya melangkah masuk memulai hari pertamaku.
Aku berjalan di halaman utama membuat semua mata tertuju padaku, aku yang merasakan tatapan aneh semua orang itu berusaha tidak peduli dan tetap melangkahkan kakiku cepat. Kakiku tidak perlu berlama - lama membawaku menanggung rasa malu ini, dalam hitungan detik aku telah berhadapan dengan Ni El.
Mata kami bertemu dan perlahan kerutan dalam terlihat di kening Ni El, aku berhenti sejenak menunduk memberi hormat sopan padanya lalu kembali melangkahkan kakiku hendak pergi meninggalkannya. Ni El menatapku sinis lalu membuka mulutnya tegas
"tunggu!" tahannya.
Kami sama - sama berbalik saling menatap satu sama lain, namun tatapan Ni El yang menakutkan membuat nyaliku menciut. Aku mengepalkan tanganku menaunggunya mengatakan sesuatu sambil menahan rasa cemas yang sejak tadi mengelitik hatiku. Ni El menatapku dari atas ke bawah beberapa kali lalu menunjukku lurus
"apa kau tidak mengikuti pelatihan kerja perusahaan?" tanyanya kesal.
Mataku melebar bingung mendengar pertanyaan itu "ne?" tanyaku begitu saja, aku mengedipkan mataku beberapa kali lalu mengangguk cepat "sa- saya mengikutinya Hong Daepyo(CEO)" jawabnku gugup.
Ni El memutar matanya kesal mendengar jawabanku lalu menghembuskan nafas berat sambil memijat keningnya kesal "LALU KENAPA?? KAU-" teriaknys kesal terhenti.
Ni El melihat sekeliling yang sudah memusatka perhatian mereka pada kami, ia menghembuskan nafas besar lalu "ikut ke ruanganku!" perintahnya cepat lalu melewatiku kembali ke Ruang Kerjanya. Matanya melirik kecil saat melewatiku, hidungnya kembali menagkap aroma tubuh yang berbeda dan tidak dapat ia lupakan. Aroma tubuh wanita misterius yang memikat hatinya malam itu.
***
Eugene menerobos masuk ke dalam ruangan Ni El begitu saja setelah mendengar kabar tentang keributan yang aku sebabkan pagi tadi. Aku hanya berdiri dengan tangan terlipat sopan dan kepala tertunduk dalam, di hadapan Ni El yang duduk menatap keluar jendela membelakangiku. Eugene menatapku dengan terusan hitam yang terlihat cukup menggoda itu lalu berdeham kecil sambil memalingkan wajahnya cepat, Ni El yang mendengar suara dehaman Eugene pun melirik kecil lalu memutar kursinya menghadap kami. Ia menatap Eugene lurus lalu melipat tangannya di atas meja "kau bilang kau mengenalnya," bukanya singkat. Eugene mengangguk kecil sambil mengangkat kedua tangannya ke pinggang santai "hmm, aku akan mengajarinya dengan baik, maafkan kali ini saja!" Mintanya cepat. Ni El menggeleng kecil "peraturan tetap peraturan!" Tepisnya dingin. Aku yang merasa aneh dengan arah pembicaraan itu pun mengatupkan kedua tanganku di depan wajahku "aku mohondaepyonim,
Eugene langsung duduk di hadapan Ni El cepat setelah pintu ruang kerjanya tertutup rapat "ada apa dengan aroma parfumnnya? Apa kau tertarik?" Tanyanya penasaran. Ni El hanya menghembuskan nafas kecil sambil menggeleng heran lalu membuka tumpukan dokumen di hadapannya santai, Eugene yang tidak menyerah pun kembali membuka mulutnya menghujani Ni El dengan ceramah panjang lebar "sudah ku bilang dia sangat berbakat, percaalah padaku kau tidak akan menyesal mempekerjakannya, dia sudah membuat parfum itu sejak kuliah jadi aku tahu bahwa dia berbakat," jelasnya bangga. Ni El menghembuskan nafas besar dari mulutnya mendengar celotehan Eugene, ia menutup map di hadapannya cepat lalu menatap Eugene sinis "jika kau begitu menyukainya kenapa kau tidak mengencaninya?" Tembaknya keras. Eugene terdiam mendengar pertanyaan itu, ia menggaruk belakang kepalanya "pokoknya dia berbakat, jangan sia - siakan dia," tepisnya canggung lalu bangkit dari kursinya mening
Wanita cantik itu membuka pintu Ruang Kerja Eugene, lalu masuk dan menjatuhkan dirinya nyaman ke sofaseberang meja kerja Eugene. Ia melepas kaca mata hitamnya lalu menoleh kecil menatap Eugene yang mengabaikannya, wanita itu hanya tersenyum kecil paham akan sikap itu. Ia pun menghela nafas besar lalu melipat tangannya di depan dada mulai membuka mulut tajamnya "apa kau begitu menyukainya sampai mempekerjakannya disini?" Tanyanya mengacu padaku. Eugene yang terpancing akan pertanyaan itu langsung menghentikan gerakannya dan memutar matanya menatap wanita yang di abaikannya sejak tadi "kau menemuinya?" Timpalnya balik bertanya. Wanita itu tersenyum puas lalu menaikkan kedua bahunya bermain - main dengan Eugene yang tampak tegang. Ia pun bangkit dari duduknya berpindah ke kursi di depan Eugene, keduanya terdiam saling menatap lurus membuat suasana dingin menyelimuti ruangan itu. Eugene pun membuka mulutnya memecahkan keheningan dingin itu
Ni El menatap Eugene yang tersenyum kecil menatap ponselnya diam. Eugene yang belum menyadari kedatangan Ni El pun meletakkan ponselnya lalu mengangkat pandnagannya, ia menarik kecil tubuhnya kaget melihat Ni El yang sudah menatapnya entah sejak kapan. Ni El pun melangkah santai masuk ke dalam ruangan Eugene dengan map hitam di tangannya"apa kau se senang itu?" Tanyanya menghina sambil melempar kecil map di tangannya ke hadapan Eugene.Eugene menghembuskan nafas kecil sambil menggeleng mengabaikan pertanyaan itu. Ni El duduk di depan meja Eugene lalu menurunkan pandangannya melirik kecil layar ponsel Eugene yang menunjukkan pesan dariku. Ni El langsung mengalihkan pandangannya cepat sambil berdeham kecil canggung. Setelah membaca sekilas dokumen yang di bawa Ni El, Eugene membubuhkan tanda tangannya cepat lalu menyerahkan map itu kembali pada Ni El. Eugene menatap Ni El yang masih diam di tempatnya lalu melepaskan tawa canggung"wae? (Kenapa?) Ada yang
Ni El menurunkan lembaran biodata pegawai di tangannya perlahan, lalau melipat tangannya di depan bibir berpikir keras. Ia menutup matanya kembali terngiang aroma manis yang terus melekat dalam kepalanya sejak malam itu, pikirannya kembali semakin dalam ke saat di mana ia berpapasan denganku hari itu. Bayangan kami berpapasan beberapa kali terus berputar di kepalanya, telinganya pun ikut memutar suaraku saat aku mengatakan "ini buatanku sendiri," di rungannya hari itu. Mata Ni El terbuka tajam dan ia bangkit dari kursinya cepat keluar dari Ruang Kerjanya.000Langkahnya terhenti di depan Laboratorium uji coba produk, matanya berputar cepat mengamati setiap orang di dalam Laboratorium itu. Tiba - tiba aku lewat di hadapannya membuat matanya tertuju lurus padaku, bola mata hitamnya terus bergerak mengikuti arah kemana aku pergi. Ni El pun membalikkan badannya membuka pintu Laboratorium cepat membuat semua yang ada di dalamnya menoleh kompak menatap lurus ke arah pintu, s
Aku menatap Ni El lurus dengan harapan sekaligus perasaan yang tidak tenang memenuhi hatiku. Senyum miringnya mengembang dan ia melemparkan dokumen di tangannya ke arahku cepat"kau bilang ini laporan? Penulisannya berantakan, banyak kesalahan eja, dan tidak ada progres yang di jelaskan dalam laporan ini! Pergi dan perbaiki ini dengan benar!" Perintahnya kesal.Aku hanya terdiam melihat kertas - kertas yang beterbangan di atas kepalaku, aku kaget akan perlakuan yang baru aku dapat pertama kalinya dalam hidupku ini. Ni El yang kesal melihatku terdiam di tempatku dengan tatapan kosong kembali membuka mulutnya"apa yang kau lakukan? Apa kau tidak dengar kata - kataku?" Tekannya.Aku pun mengedipkan mataku beberapa kali tersadar lalu menunduk sopan, membalikkan badanku meninggalkan Rungan Ni El cepat. Aku menghembuskan nafas dalam yang sejak tadi aku tahan di depan pintu Ruangan Ni El, aku menoleh dengan mulut terbuka hampa tidak percaya atas perlakuan yang k
Aku membanting gelas kaca di tanganku kesal mengingat betapa tersiksanya aku sepanjang hari ini. Ha Na dan Mi Do yang tidak tahu apa yang terjadi padaku hari ini hanya menatapku dengan alis terangkat bingung, mereka saling menatap satu sama lain sejenak memberi kode satu sama lain lalu mereka kompak menggeleng kecil tidak mendapat alasan atas sikap anehku ini. Aku kembali menuang soju(minuman beralkohol khas Korea Selatan) di gelasku cepat hendak menegakknya kembali, namun Ha Na menahan tanganku lalu merebut gelasku secepat kilat"hey! Hentikan... hentikan..." cegahnya.Mi Do mengusap ujung bibirku yang terkena tumphansoju,ia menghembuskan nafas panjang lalu menopang sikunya di atas meja "katakan! Apa yang terjadi hari ini?" Tudingnya cepat. Aku kembali teringat akan perlakuan Ni El yang menyebalkan sepanjang hari ini, nafas berat terhembus dari mulutku cepat dan aku menjatuhkan kepalaku ke atas meja lemas. Ha Na mengulurkan jarinya
Eun Kyung berdiri diam dengan tangan terlipat di depan dada mendengarkan pembicaraan Eugene dengan seseorang di telfon. Senyum pahit tersungging di bibirnya mendengar tawa manis Eugene yang tidak pernah ia dengar sebelumnya. Eun Kyung menarik dirinya pelan, lalu berbalik kembali ke Ruang VIP setelah mendengar Eugene mengakhiri panggilannya. Eugene menurunkan ponselnya dari telinga dengan senyum puas, ia mengusap layar ponselnya yang mneunjukkan kontakku sejenak lalu memasukkan ponselnya kembali ke saku celana.Ia mendorong pintu besar di hadapannya lalu membungkuk sopan menyapa semua orang di dalamnya. Matanya bertemu dengan mata Eun Kyung yang menatapnya tajam, namun ia mengalihkan padangannya secepat mungkin dan kembali menyunggingkan senyum palsunya pada pria dan wanita paruh baya di samping Eun Kyung. Eugene menghampiri pasangan itu sopan lalu membuka mulutnya"Selaman malam,Hwejangnim (Kepala Pimpinan)," sapanya sopan.Pria paruh baya itu ter