Eugene langsung duduk di hadapan Ni El cepat setelah pintu ruang kerjanya tertutup rapat
"ada apa dengan aroma parfumnnya? Apa kau tertarik?" Tanyanya penasaran.
Ni El hanya menghembuskan nafas kecil sambil menggeleng heran lalu membuka tumpukan dokumen di hadapannya santai, Eugene yang tidak menyerah pun kembali membuka mulutnya menghujani Ni El dengan ceramah panjang lebar
"sudah ku bilang dia sangat berbakat, percaalah padaku kau tidak akan menyesal mempekerjakannya, dia sudah membuat parfum itu sejak kuliah jadi aku tahu bahwa dia berbakat," jelasnya bangga.
Ni El menghembuskan nafas besar dari mulutnya mendengar celotehan Eugene, ia menutup map di hadapannya cepat lalu menatap Eugene sinis "jika kau begitu menyukainya kenapa kau tidak mengencaninya?" Tembaknya keras.
Eugene terdiam mendengar pertanyaan itu, ia menggaruk belakang kepalanya "pokoknya dia berbakat, jangan sia - siakan dia," tepisnya canggung lalu bangkit dari kursinya mening
Wanita cantik itu membuka pintu Ruang Kerja Eugene, lalu masuk dan menjatuhkan dirinya nyaman ke sofaseberang meja kerja Eugene. Ia melepas kaca mata hitamnya lalu menoleh kecil menatap Eugene yang mengabaikannya, wanita itu hanya tersenyum kecil paham akan sikap itu. Ia pun menghela nafas besar lalu melipat tangannya di depan dada mulai membuka mulut tajamnya "apa kau begitu menyukainya sampai mempekerjakannya disini?" Tanyanya mengacu padaku. Eugene yang terpancing akan pertanyaan itu langsung menghentikan gerakannya dan memutar matanya menatap wanita yang di abaikannya sejak tadi "kau menemuinya?" Timpalnya balik bertanya. Wanita itu tersenyum puas lalu menaikkan kedua bahunya bermain - main dengan Eugene yang tampak tegang. Ia pun bangkit dari duduknya berpindah ke kursi di depan Eugene, keduanya terdiam saling menatap lurus membuat suasana dingin menyelimuti ruangan itu. Eugene pun membuka mulutnya memecahkan keheningan dingin itu
Ni El menatap Eugene yang tersenyum kecil menatap ponselnya diam. Eugene yang belum menyadari kedatangan Ni El pun meletakkan ponselnya lalu mengangkat pandnagannya, ia menarik kecil tubuhnya kaget melihat Ni El yang sudah menatapnya entah sejak kapan. Ni El pun melangkah santai masuk ke dalam ruangan Eugene dengan map hitam di tangannya"apa kau se senang itu?" Tanyanya menghina sambil melempar kecil map di tangannya ke hadapan Eugene.Eugene menghembuskan nafas kecil sambil menggeleng mengabaikan pertanyaan itu. Ni El duduk di depan meja Eugene lalu menurunkan pandangannya melirik kecil layar ponsel Eugene yang menunjukkan pesan dariku. Ni El langsung mengalihkan pandangannya cepat sambil berdeham kecil canggung. Setelah membaca sekilas dokumen yang di bawa Ni El, Eugene membubuhkan tanda tangannya cepat lalu menyerahkan map itu kembali pada Ni El. Eugene menatap Ni El yang masih diam di tempatnya lalu melepaskan tawa canggung"wae? (Kenapa?) Ada yang
Ni El menurunkan lembaran biodata pegawai di tangannya perlahan, lalau melipat tangannya di depan bibir berpikir keras. Ia menutup matanya kembali terngiang aroma manis yang terus melekat dalam kepalanya sejak malam itu, pikirannya kembali semakin dalam ke saat di mana ia berpapasan denganku hari itu. Bayangan kami berpapasan beberapa kali terus berputar di kepalanya, telinganya pun ikut memutar suaraku saat aku mengatakan "ini buatanku sendiri," di rungannya hari itu. Mata Ni El terbuka tajam dan ia bangkit dari kursinya cepat keluar dari Ruang Kerjanya.000Langkahnya terhenti di depan Laboratorium uji coba produk, matanya berputar cepat mengamati setiap orang di dalam Laboratorium itu. Tiba - tiba aku lewat di hadapannya membuat matanya tertuju lurus padaku, bola mata hitamnya terus bergerak mengikuti arah kemana aku pergi. Ni El pun membalikkan badannya membuka pintu Laboratorium cepat membuat semua yang ada di dalamnya menoleh kompak menatap lurus ke arah pintu, s
Aku menatap Ni El lurus dengan harapan sekaligus perasaan yang tidak tenang memenuhi hatiku. Senyum miringnya mengembang dan ia melemparkan dokumen di tangannya ke arahku cepat"kau bilang ini laporan? Penulisannya berantakan, banyak kesalahan eja, dan tidak ada progres yang di jelaskan dalam laporan ini! Pergi dan perbaiki ini dengan benar!" Perintahnya kesal.Aku hanya terdiam melihat kertas - kertas yang beterbangan di atas kepalaku, aku kaget akan perlakuan yang baru aku dapat pertama kalinya dalam hidupku ini. Ni El yang kesal melihatku terdiam di tempatku dengan tatapan kosong kembali membuka mulutnya"apa yang kau lakukan? Apa kau tidak dengar kata - kataku?" Tekannya.Aku pun mengedipkan mataku beberapa kali tersadar lalu menunduk sopan, membalikkan badanku meninggalkan Rungan Ni El cepat. Aku menghembuskan nafas dalam yang sejak tadi aku tahan di depan pintu Ruangan Ni El, aku menoleh dengan mulut terbuka hampa tidak percaya atas perlakuan yang k
Aku membanting gelas kaca di tanganku kesal mengingat betapa tersiksanya aku sepanjang hari ini. Ha Na dan Mi Do yang tidak tahu apa yang terjadi padaku hari ini hanya menatapku dengan alis terangkat bingung, mereka saling menatap satu sama lain sejenak memberi kode satu sama lain lalu mereka kompak menggeleng kecil tidak mendapat alasan atas sikap anehku ini. Aku kembali menuang soju(minuman beralkohol khas Korea Selatan) di gelasku cepat hendak menegakknya kembali, namun Ha Na menahan tanganku lalu merebut gelasku secepat kilat"hey! Hentikan... hentikan..." cegahnya.Mi Do mengusap ujung bibirku yang terkena tumphansoju,ia menghembuskan nafas panjang lalu menopang sikunya di atas meja "katakan! Apa yang terjadi hari ini?" Tudingnya cepat. Aku kembali teringat akan perlakuan Ni El yang menyebalkan sepanjang hari ini, nafas berat terhembus dari mulutku cepat dan aku menjatuhkan kepalaku ke atas meja lemas. Ha Na mengulurkan jarinya
Eun Kyung berdiri diam dengan tangan terlipat di depan dada mendengarkan pembicaraan Eugene dengan seseorang di telfon. Senyum pahit tersungging di bibirnya mendengar tawa manis Eugene yang tidak pernah ia dengar sebelumnya. Eun Kyung menarik dirinya pelan, lalu berbalik kembali ke Ruang VIP setelah mendengar Eugene mengakhiri panggilannya. Eugene menurunkan ponselnya dari telinga dengan senyum puas, ia mengusap layar ponselnya yang mneunjukkan kontakku sejenak lalu memasukkan ponselnya kembali ke saku celana.Ia mendorong pintu besar di hadapannya lalu membungkuk sopan menyapa semua orang di dalamnya. Matanya bertemu dengan mata Eun Kyung yang menatapnya tajam, namun ia mengalihkan padangannya secepat mungkin dan kembali menyunggingkan senyum palsunya pada pria dan wanita paruh baya di samping Eun Kyung. Eugene menghampiri pasangan itu sopan lalu membuka mulutnya"Selaman malam,Hwejangnim (Kepala Pimpinan)," sapanya sopan.Pria paruh baya itu ter
Eun Kyung melangkahkan kakinya anggun berhenti di depan ruangan Eugene, ia mengulurkan tangannya hendak membuka pintu kaca itu namun pintu itu terbuka lebar menunjukkan wajahku yang berjalan keluar dari ruangan Eugene dengan senyum cerah. Mata kami yang bertemu lurus langsung melebar kompak mengenali wajah satu sama lain, aku pun membalikkan badanku cepat "Sunbae (Senior), anda kedatangan tamu," sahutku memberi tahu. Eugene langsung mengangkat pandangannya lurus, senyum di bibirnya tampak memudar perlahan saat matanya melihat sosok Eun Kyung yang sudah berdiri di depan pintu Ruang Kerjanya. Ia meletakkan bolpennya perlahan lalu membuka mulutnya tajam "ada apa kau kemari?" Tanyanya langsung. Eun Kyung melirik kecil ke arahku dengan senyum licik lalu membuka mulutnya "apa kau yakin aku bisa membahasnya sekarang?" Tanyanya. Eugene pun menoleh kecil menatapku lurus, "aku akan menghubungimu, sampai nanti!" Usirnya halus. A
Ni El terbaring diam menatap langit - langit kamarnya yang gelap, kepalanya terus menunjukkan tawa cerahku yang di lihatnya tadi dan hidungnya tak dapat berhenti mencium aroma manis yang di ciumnya sejak malam itu. Ia membalikkan tubuhnya gelisah sambil memejamkan matanya berusaha untuk tidur, namun ia terus tidak dapat terlelap. Tangannya pun terulur cepat membuka laci di samping Tempat Tidurnya, mengeluarkan botol putih dari laci itu. Bunyi kecil terdengar dari botol itu saat ia membuka tutupnya, Ni El mengeluarkan Dua butir pil dari botol itu lalu menelannya cepat. Ia kembali memasukkan botol putih itu ke dalam laci lalu kembali berbaring di tempat tidurnya tenang.000Eugene menoleh dengan mata melebar kaget menatap Sekertarisnya lurus, ia membuka mulutnya hampa tidak tahu harus mengatakan apa mendengar kabar yang di dengarnya barusan. Ia pun menerima dokumen persetujuan kerja sama proyek Vigues yang merupakan proyek kerja sama Vinchi Co dan Luxxe. Eugene melepaska