Ni El menatap Eugene yang tersenyum kecil menatap ponselnya diam. Eugene yang belum menyadari kedatangan Ni El pun meletakkan ponselnya lalu mengangkat pandnagannya, ia menarik kecil tubuhnya kaget melihat Ni El yang sudah menatapnya entah sejak kapan. Ni El pun melangkah santai masuk ke dalam ruangan Eugene dengan map hitam di tangannya
"apa kau se senang itu?" Tanyanya menghina sambil melempar kecil map di tangannya ke hadapan Eugene.
Eugene menghembuskan nafas kecil sambil menggeleng mengabaikan pertanyaan itu. Ni El duduk di depan meja Eugene lalu menurunkan pandangannya melirik kecil layar ponsel Eugene yang menunjukkan pesan dariku. Ni El langsung mengalihkan pandangannya cepat sambil berdeham kecil canggung. Setelah membaca sekilas dokumen yang di bawa Ni El, Eugene membubuhkan tanda tangannya cepat lalu menyerahkan map itu kembali pada Ni El. Eugene menatap Ni El yang masih diam di tempatnya lalu melepaskan tawa canggung
"wae? (Kenapa?) Ada yang
Ni El menurunkan lembaran biodata pegawai di tangannya perlahan, lalau melipat tangannya di depan bibir berpikir keras. Ia menutup matanya kembali terngiang aroma manis yang terus melekat dalam kepalanya sejak malam itu, pikirannya kembali semakin dalam ke saat di mana ia berpapasan denganku hari itu. Bayangan kami berpapasan beberapa kali terus berputar di kepalanya, telinganya pun ikut memutar suaraku saat aku mengatakan "ini buatanku sendiri," di rungannya hari itu. Mata Ni El terbuka tajam dan ia bangkit dari kursinya cepat keluar dari Ruang Kerjanya.000Langkahnya terhenti di depan Laboratorium uji coba produk, matanya berputar cepat mengamati setiap orang di dalam Laboratorium itu. Tiba - tiba aku lewat di hadapannya membuat matanya tertuju lurus padaku, bola mata hitamnya terus bergerak mengikuti arah kemana aku pergi. Ni El pun membalikkan badannya membuka pintu Laboratorium cepat membuat semua yang ada di dalamnya menoleh kompak menatap lurus ke arah pintu, s
Aku menatap Ni El lurus dengan harapan sekaligus perasaan yang tidak tenang memenuhi hatiku. Senyum miringnya mengembang dan ia melemparkan dokumen di tangannya ke arahku cepat"kau bilang ini laporan? Penulisannya berantakan, banyak kesalahan eja, dan tidak ada progres yang di jelaskan dalam laporan ini! Pergi dan perbaiki ini dengan benar!" Perintahnya kesal.Aku hanya terdiam melihat kertas - kertas yang beterbangan di atas kepalaku, aku kaget akan perlakuan yang baru aku dapat pertama kalinya dalam hidupku ini. Ni El yang kesal melihatku terdiam di tempatku dengan tatapan kosong kembali membuka mulutnya"apa yang kau lakukan? Apa kau tidak dengar kata - kataku?" Tekannya.Aku pun mengedipkan mataku beberapa kali tersadar lalu menunduk sopan, membalikkan badanku meninggalkan Rungan Ni El cepat. Aku menghembuskan nafas dalam yang sejak tadi aku tahan di depan pintu Ruangan Ni El, aku menoleh dengan mulut terbuka hampa tidak percaya atas perlakuan yang k
Aku membanting gelas kaca di tanganku kesal mengingat betapa tersiksanya aku sepanjang hari ini. Ha Na dan Mi Do yang tidak tahu apa yang terjadi padaku hari ini hanya menatapku dengan alis terangkat bingung, mereka saling menatap satu sama lain sejenak memberi kode satu sama lain lalu mereka kompak menggeleng kecil tidak mendapat alasan atas sikap anehku ini. Aku kembali menuang soju(minuman beralkohol khas Korea Selatan) di gelasku cepat hendak menegakknya kembali, namun Ha Na menahan tanganku lalu merebut gelasku secepat kilat"hey! Hentikan... hentikan..." cegahnya.Mi Do mengusap ujung bibirku yang terkena tumphansoju,ia menghembuskan nafas panjang lalu menopang sikunya di atas meja "katakan! Apa yang terjadi hari ini?" Tudingnya cepat. Aku kembali teringat akan perlakuan Ni El yang menyebalkan sepanjang hari ini, nafas berat terhembus dari mulutku cepat dan aku menjatuhkan kepalaku ke atas meja lemas. Ha Na mengulurkan jarinya
Eun Kyung berdiri diam dengan tangan terlipat di depan dada mendengarkan pembicaraan Eugene dengan seseorang di telfon. Senyum pahit tersungging di bibirnya mendengar tawa manis Eugene yang tidak pernah ia dengar sebelumnya. Eun Kyung menarik dirinya pelan, lalu berbalik kembali ke Ruang VIP setelah mendengar Eugene mengakhiri panggilannya. Eugene menurunkan ponselnya dari telinga dengan senyum puas, ia mengusap layar ponselnya yang mneunjukkan kontakku sejenak lalu memasukkan ponselnya kembali ke saku celana.Ia mendorong pintu besar di hadapannya lalu membungkuk sopan menyapa semua orang di dalamnya. Matanya bertemu dengan mata Eun Kyung yang menatapnya tajam, namun ia mengalihkan padangannya secepat mungkin dan kembali menyunggingkan senyum palsunya pada pria dan wanita paruh baya di samping Eun Kyung. Eugene menghampiri pasangan itu sopan lalu membuka mulutnya"Selaman malam,Hwejangnim (Kepala Pimpinan)," sapanya sopan.Pria paruh baya itu ter
Eun Kyung melangkahkan kakinya anggun berhenti di depan ruangan Eugene, ia mengulurkan tangannya hendak membuka pintu kaca itu namun pintu itu terbuka lebar menunjukkan wajahku yang berjalan keluar dari ruangan Eugene dengan senyum cerah. Mata kami yang bertemu lurus langsung melebar kompak mengenali wajah satu sama lain, aku pun membalikkan badanku cepat "Sunbae (Senior), anda kedatangan tamu," sahutku memberi tahu. Eugene langsung mengangkat pandangannya lurus, senyum di bibirnya tampak memudar perlahan saat matanya melihat sosok Eun Kyung yang sudah berdiri di depan pintu Ruang Kerjanya. Ia meletakkan bolpennya perlahan lalu membuka mulutnya tajam "ada apa kau kemari?" Tanyanya langsung. Eun Kyung melirik kecil ke arahku dengan senyum licik lalu membuka mulutnya "apa kau yakin aku bisa membahasnya sekarang?" Tanyanya. Eugene pun menoleh kecil menatapku lurus, "aku akan menghubungimu, sampai nanti!" Usirnya halus. A
Ni El terbaring diam menatap langit - langit kamarnya yang gelap, kepalanya terus menunjukkan tawa cerahku yang di lihatnya tadi dan hidungnya tak dapat berhenti mencium aroma manis yang di ciumnya sejak malam itu. Ia membalikkan tubuhnya gelisah sambil memejamkan matanya berusaha untuk tidur, namun ia terus tidak dapat terlelap. Tangannya pun terulur cepat membuka laci di samping Tempat Tidurnya, mengeluarkan botol putih dari laci itu. Bunyi kecil terdengar dari botol itu saat ia membuka tutupnya, Ni El mengeluarkan Dua butir pil dari botol itu lalu menelannya cepat. Ia kembali memasukkan botol putih itu ke dalam laci lalu kembali berbaring di tempat tidurnya tenang.000Eugene menoleh dengan mata melebar kaget menatap Sekertarisnya lurus, ia membuka mulutnya hampa tidak tahu harus mengatakan apa mendengar kabar yang di dengarnya barusan. Ia pun menerima dokumen persetujuan kerja sama proyek Vigues yang merupakan proyek kerja sama Vinchi Co dan Luxxe. Eugene melepaska
Eugene berdiri di depan Laboratorium sambil menendang kecil udara hampa menunggu kedatangan seseorang. Ia menunduk sambil tersenyum kecil, membalas setiap orang yang menunduk memberi salam sopan saat lewat di hadapannya. Senyumku melebar melihat Eugene yang berdiri di depan Laboratorium menungguku, aku melambai sambil melopat kecil di tempat "Sunbae (Senior)" panggilku ceria. Eugene pun menoleh cepat lalu tersenyum lebar mantapku lurus, ia mengeluarkan sebelah tanggannya dari saku celana, melambai cepat ke arahku. Aku berlari kecil menghampirinya lalu membuka mulutku cepat "maaf, apa kau sudah lama menunggu?" Tanyaku merasa bersalah. Eugene menggeleng kecil "tidak, aku juga baru datang," tepisnya cepat. Kami pun berjalan berdampingan pelan sambil berbincang kecil dan melempar gurau. Namun, aku tidak menyadari bahwa aku berada di antara CCTV hidup, yang selalu mengintaiku di Kantor. 000 Eugene meletakkan potongan kecil
Aku terdiam di depan Ruang Kerja Eugene yang terkunci rapat, harapan mulai hilang dari hatiku dan rasa takut yang semakin membesar terus mempengaruhi pikiranku. Aku mulai meremas kedua tanganku panik, memutar keras otakku "apa yang harus aku lakukan untuk menyelamatkan diriku? Haruskan aku kembali ke Indonesia saja?" Tanyaku dalam hati. Aku menggeleng kuat, nafas besar terhembus dari mulutku cepat dan aku menunduk dalam putus asa akan situasi ini. Tiba - tiba suara berat terdengar dari sampingku membuatku menoleh cepat "apa yang kau lakukan disini?" tanyanya. Mataku melebar melihat Ni El yang sedang menatapku dengan alis terangkat bingung, ia menoleh kecil menatap pintu ruangan Eugene yang tertutup rapat lalu kembali menatapku lurus "hari ini dia tidak masuk, apa ada yang ingin kau sampaikan?" Tanya Ni El tenang. Aku hanya menatapnya lurus sambil menggeleng kecil lalu menunduk dalam. Aku hanya bisa menyerahkan diriku menjalani situasi rumit ini seorang diri k