Aku membanting gelas kaca di tanganku kesal mengingat betapa tersiksanya aku sepanjang hari ini. Ha Na dan Mi Do yang tidak tahu apa yang terjadi padaku hari ini hanya menatapku dengan alis terangkat bingung, mereka saling menatap satu sama lain sejenak memberi kode satu sama lain lalu mereka kompak menggeleng kecil tidak mendapat alasan atas sikap anehku ini. Aku kembali menuang soju (minuman beralkohol khas Korea Selatan) di gelasku cepat hendak menegakknya kembali, namun Ha Na menahan tanganku lalu merebut gelasku secepat kilat
"hey! Hentikan... hentikan..." cegahnya.
Mi Do mengusap ujung bibirku yang terkena tumphan soju, ia menghembuskan nafas panjang lalu menopang sikunya di atas meja "katakan! Apa yang terjadi hari ini?" Tudingnya cepat. Aku kembali teringat akan perlakuan Ni El yang menyebalkan sepanjang hari ini, nafas berat terhembus dari mulutku cepat dan aku menjatuhkan kepalaku ke atas meja lemas. Ha Na mengulurkan jarinya
Eun Kyung berdiri diam dengan tangan terlipat di depan dada mendengarkan pembicaraan Eugene dengan seseorang di telfon. Senyum pahit tersungging di bibirnya mendengar tawa manis Eugene yang tidak pernah ia dengar sebelumnya. Eun Kyung menarik dirinya pelan, lalu berbalik kembali ke Ruang VIP setelah mendengar Eugene mengakhiri panggilannya. Eugene menurunkan ponselnya dari telinga dengan senyum puas, ia mengusap layar ponselnya yang mneunjukkan kontakku sejenak lalu memasukkan ponselnya kembali ke saku celana.Ia mendorong pintu besar di hadapannya lalu membungkuk sopan menyapa semua orang di dalamnya. Matanya bertemu dengan mata Eun Kyung yang menatapnya tajam, namun ia mengalihkan padangannya secepat mungkin dan kembali menyunggingkan senyum palsunya pada pria dan wanita paruh baya di samping Eun Kyung. Eugene menghampiri pasangan itu sopan lalu membuka mulutnya"Selaman malam,Hwejangnim (Kepala Pimpinan)," sapanya sopan.Pria paruh baya itu ter
Eun Kyung melangkahkan kakinya anggun berhenti di depan ruangan Eugene, ia mengulurkan tangannya hendak membuka pintu kaca itu namun pintu itu terbuka lebar menunjukkan wajahku yang berjalan keluar dari ruangan Eugene dengan senyum cerah. Mata kami yang bertemu lurus langsung melebar kompak mengenali wajah satu sama lain, aku pun membalikkan badanku cepat "Sunbae (Senior), anda kedatangan tamu," sahutku memberi tahu. Eugene langsung mengangkat pandangannya lurus, senyum di bibirnya tampak memudar perlahan saat matanya melihat sosok Eun Kyung yang sudah berdiri di depan pintu Ruang Kerjanya. Ia meletakkan bolpennya perlahan lalu membuka mulutnya tajam "ada apa kau kemari?" Tanyanya langsung. Eun Kyung melirik kecil ke arahku dengan senyum licik lalu membuka mulutnya "apa kau yakin aku bisa membahasnya sekarang?" Tanyanya. Eugene pun menoleh kecil menatapku lurus, "aku akan menghubungimu, sampai nanti!" Usirnya halus. A
Ni El terbaring diam menatap langit - langit kamarnya yang gelap, kepalanya terus menunjukkan tawa cerahku yang di lihatnya tadi dan hidungnya tak dapat berhenti mencium aroma manis yang di ciumnya sejak malam itu. Ia membalikkan tubuhnya gelisah sambil memejamkan matanya berusaha untuk tidur, namun ia terus tidak dapat terlelap. Tangannya pun terulur cepat membuka laci di samping Tempat Tidurnya, mengeluarkan botol putih dari laci itu. Bunyi kecil terdengar dari botol itu saat ia membuka tutupnya, Ni El mengeluarkan Dua butir pil dari botol itu lalu menelannya cepat. Ia kembali memasukkan botol putih itu ke dalam laci lalu kembali berbaring di tempat tidurnya tenang.000Eugene menoleh dengan mata melebar kaget menatap Sekertarisnya lurus, ia membuka mulutnya hampa tidak tahu harus mengatakan apa mendengar kabar yang di dengarnya barusan. Ia pun menerima dokumen persetujuan kerja sama proyek Vigues yang merupakan proyek kerja sama Vinchi Co dan Luxxe. Eugene melepaska
Eugene berdiri di depan Laboratorium sambil menendang kecil udara hampa menunggu kedatangan seseorang. Ia menunduk sambil tersenyum kecil, membalas setiap orang yang menunduk memberi salam sopan saat lewat di hadapannya. Senyumku melebar melihat Eugene yang berdiri di depan Laboratorium menungguku, aku melambai sambil melopat kecil di tempat "Sunbae (Senior)" panggilku ceria. Eugene pun menoleh cepat lalu tersenyum lebar mantapku lurus, ia mengeluarkan sebelah tanggannya dari saku celana, melambai cepat ke arahku. Aku berlari kecil menghampirinya lalu membuka mulutku cepat "maaf, apa kau sudah lama menunggu?" Tanyaku merasa bersalah. Eugene menggeleng kecil "tidak, aku juga baru datang," tepisnya cepat. Kami pun berjalan berdampingan pelan sambil berbincang kecil dan melempar gurau. Namun, aku tidak menyadari bahwa aku berada di antara CCTV hidup, yang selalu mengintaiku di Kantor. 000 Eugene meletakkan potongan kecil
Aku terdiam di depan Ruang Kerja Eugene yang terkunci rapat, harapan mulai hilang dari hatiku dan rasa takut yang semakin membesar terus mempengaruhi pikiranku. Aku mulai meremas kedua tanganku panik, memutar keras otakku "apa yang harus aku lakukan untuk menyelamatkan diriku? Haruskan aku kembali ke Indonesia saja?" Tanyaku dalam hati. Aku menggeleng kuat, nafas besar terhembus dari mulutku cepat dan aku menunduk dalam putus asa akan situasi ini. Tiba - tiba suara berat terdengar dari sampingku membuatku menoleh cepat "apa yang kau lakukan disini?" tanyanya. Mataku melebar melihat Ni El yang sedang menatapku dengan alis terangkat bingung, ia menoleh kecil menatap pintu ruangan Eugene yang tertutup rapat lalu kembali menatapku lurus "hari ini dia tidak masuk, apa ada yang ingin kau sampaikan?" Tanya Ni El tenang. Aku hanya menatapnya lurus sambil menggeleng kecil lalu menunduk dalam. Aku hanya bisa menyerahkan diriku menjalani situasi rumit ini seorang diri k
Aku terus melakukan pekerjaanku seharian dengan kepala tertunduk dan rasa takut yang terus membayangiku. Aku menurunkan ponselku dari telinga, semakin putus asa mengetahui Eugene tidak menjawab telfonku seharian ini. Aku mengangkat pandanganku cepat mendengar suara pintu Laboratorium yang terbuka lebar. Mataku melebar kecil dan aku menunduk sopan melihat Ni El yang berjalan masuk melewati pintu Laboratorium. Ni El menghentikan langkahnya lalu menoleh ke arahku yang menunduk sopan menyambut kedatangannya, Kepala Produksi pun menghampirinya cepat lalu membuka mulutnya "HongDaepyo (CEO), apa ada yang bisa saya bantu?" Tanyanya sopan. Aku memutar mataku mencuri pandang ke arah Ni El penasaran, mata kami yang langsung bertemu membuatku kembali memutar mataku cepat menunduk dalam berpura - pura tidak melihatnya. Ni El pun menggerakkan dagunya pelan "sampaikan pada Nona So Hee, untuk datang ke Ruanganku secepatnya!" Perintahnya. 000 Ak
Ni El mengangkat gagang telfon di ujung mejanya lalu menekan kode telfon Departemen Humas, ia menunggu sejenak lalu membuka mulutnya "hmm, segera proses beritanya!" Perintahnya singkat. Ni El terdiam sejenak lalu kembali membuka mulutnya "kerja bagus! Terima kasih" pujinya singkat. Ia menggeleng kecil sejenak "tidak ada, itu saja," timpalnya sebelum menutup sambungan telfonnya. Mata Ni El langsung berputar lurus menatapku dan ia menyunggingkan senyum kecilnya "aku sudah melakukan tugasku, sekarang giliranmu!" Ucapnya santai. Mataku melebar kaget mendengar perkataannya barusan, aku membuka mulutku hampa tidak percaya 'hanya begitu saja?' Tanyaku dalam hati. Aku pun mengedipkan mataku beberapa kali lalu mengangguk kaku "ba -baik,Daepyonim," timpalku tercengang. Aku membungkuk kecil masih tidak percaya dengan apa yang aku lihat barusan, lalu membalikkan badanku meninggalkan Ruangan Ni El dengan keraguan besar terhadapnya. Set
Aku duduk terdiam di lantai Kamarku yang dingin. Aku tidak mengerti apa yang aku lakukkan tadi, aku mengutuk diriku sendiri atas sikap aneh tadi. Aku menunduk dalam memeluk erat kedua kakiku, menyembunyikan wajahku di atas lututku. 000 Eugene terdiam menatap kursi kosong di hadapan lurus, ia menghembuskan nafas panjang sambil menunduk dalam tidak tahu harus berbuat apa. Eugene meraih ponselnya di atas meja lemas, lalu bangkit dari kursinya meninggalkanCafe. Mobilnya melaju dengan kecepatan normal di jalan raya yang cukup padat, ia menopang sikunya ke jendela santai. Matanya memandang lurus ke arah jalan, namun kepalanya terus mengulang apa yang ku katakan padanya tadi "aku harapSunbae(Senior) dapat memikirkan ulang keputusan itu, karena ini bukan soal hubungan KeluargaSunbae.Ini soal kelangsungan hidup seluruh pegawai DeRoz dan keluarga mereka," sahutku terhenti. Aku berdiri dari kursiku
Langkahku terhenti menatap mobil yang tampak aku kenali berhenti di depan tangga menuju Rumahku, si pemilik mobil yang menyadari kedatanganku turun dari mobilnya, dia menatapku lurus. Aku menghela nafas dalam sebelum kembali melanjutkan langkahku pelan, berhenti tak jauh dari pria yang sudah menungguku entah sejak kapan. "Dimana kau tidur semalam?" "Rumah Mi Do, sejak kapanSunbae(Senior) menungguku?" Timpalku balik bertanya. Eugene melepaskan nafas panjang sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana, ia mengangguk pelan "lupakan, apa kau baik - baik saja?" Tepisnya mengalihkan topik. Aku mengarahkan pandanganku menatap Eugene lurus - lurus, aku pun langsung menyadari bahwa ia menyembunyikan sesuatu dariku saat ini. Aku menganggukkan kepalaku pelan "hmm, aku baik - baik saja,Sunbae(Senior) sendiri?" Tanyaku canggung. Eugene ikut mengangguk kecil "aku baik," timpalnya cepat. Nafa
Aku berguling gelisah memikirkan masalah yang menimpaku ini, aku tidak mungkin hidupa dalam persembunyian terus seperti ini. Aku juga merasa bahwa ini masalahku, jadi aku harus menyelesaikannya sendiri.Aku bangun dari tidurku cepat, meraih ponselku di samping tempat tidur. Jariku bergerak sibuk mencari tahu berita terbaru tentang kasusuku ini, membuat keningku mulai berkerut. Aku membenarkan posisi duduku, menggerakkan jariku semakin cepat, mencari lebih teliti."Apa yang terjadi?" Tanyaku sendiri.Aku menurunkan ponselku dengan nafas besar terhembus begitu saja dari mulutku, kepalaku mulai berpikir keras tentang kejadian aneh ini. Aku pun kembali mengangkat ponselku, memastikan apa yang aku lihat ini benar. Aku tidak percaya akan apa yang aku lihat."Kenapa semuanya menghilang begitu saja?" Tanyaku bingung.Aku membuka selimutku turun dari tempat tidur cepat, menghampiri Ha Na yang tidur di sofa depan. Aku menggoyang tubuh Ha Na cepat membangunka
Aku terdiam menatap ponselku lurus, rasa cemas dalam hatiku semakin menghantuiku seiring usahaku untuk menahannya. Ponselku yang tiba - tiba bergetar, membuat mataku melebar dan harapanku bangkit. Aku langsung menatap ponselku lurus - lurus, namun harpan itu terasa hancur dalam hitungan detik.[Apa kau baik - baik saja?]Pesan itu terlihat hangat, hanya saja pesan itu datang bukan dari orang yang aku harapkan saat ini. Aku terdiam menatap nama Eugene sebagai pengirim pesan itu, aku pun menghembuskan nafas pelan "apa yang kau harapkan Sophie," keluhku tersadar.Aku menggerakkan jariku cepat, membalas pesan itu lalu mengirimkannya dengan rasa kecewa di hatiku. Aku menyisir rambutku ke belakang, menunduk dalam berusaha menenangkan diriku sendiri. Mi Do dan Ha Na yang melihat kegelisahanku pun menghembuskan nafas besra kompak, Ha Na menutup ponselnya cepat sambil membuka mulutnya"sebaiknya kau tidak berusaha untuk mencari tahu keadaan di luar sana lebih dulu
Eugene duduk menatap Eun Kyung yang tersenyum penuh kemenangan tajam. Wanita di hadapanya terdiam menatapnya lurus dengan tangan terlipat di depan dada anguh, sambil menyandarkan tubuhnya nyaman di kursi."Aku tahu cepat atau lambat kau akan mencariku," buka Eun Kyung percaya diri.Eugene memalingkan wajahnya dengan air muka kesal, sambil menghembuskan nafas besar dari mulutnya keras. Ia menelan berat air liurnya sebelum akhirnya membuka mulutnya"kau yang melakukan semua ini bukan?" Tanyanya menuduh.Eun Kyung melepaskan tawa keras mendengar nada kesal Eugene yang semakin memuaskan hatinya, wanita itu melepaskan nafas lega berusaha mengendalikan tawanya "aku tidak menyangka membuatmu marah akan semudah ini, sangat menarik..." timpalnya.Eugene mengepalkan tangannya perlahan mendengar perkataan Eun Kyung itu, ia menunduk sambil menjilat kecil bibirnya berusaha menahan emosinya yang semakin mendidih. Matanya berputar tajam menatap Eun Kyung lurus, m
Kerutan terlihat samar di keningku saat aku mengetahui ponselku yang mati sejak tadi, aku meghembuskan nafas teringat bahwa aku belum sempat menyalakan ponselku sejak dari Bandara tadi.Mataku melebar kecil merasakan getaran berturut - turut dari ponselku, pemberitahuan pesan masuk bergantian, nomor - nomor yang tidak di kenal pun terlihat menghubungiku. Keningku langsung berkerut dalam seiring rasa curiga yang memenuhi hatiku. Aku langsung menggerakkan jariku cepat mengetuk layar ponselku, membuka ruang obrolanku dengan teman - temanku yang meninggalkan banyak pemberitahuan.[Hey, Sophie dimana kau? Kau sudah melihat berita ini?][Sophie, apa kau baik - baik saja?][Hey, kau membuat kami takut... hubungi kami secepatnya!]Aku pun mengetuk tautan yang Mi Do kirimkan, membaca semua isi berita yang terpajang di layar ponselku cepat, mataku mulai melebar dan aku membekap mulutku yang terbuka hampa kaget melihat berita itu. Aku tidak percaya apa
Mobil Ni El yang melanju cepat menuyusi jalan raya membuatku cemas akan keselamatan kami, aku menoleh kesal sambil terus menggenggam erat sabuk pengamanku."Hey, pelan - pelan saja! Kita bisa celaka kalau begini terus!" Protesku kesal.Ni El menginjak gasnya semakin dalam, mengabaikan perkataanku hanyut dalam emosinya sendiri. Aku yang semakin kesal dengan sikap itu pun kembali membuka mulutku "HEY!" Teriakku. Ni El langsung memutar roda kemudinya, menepikan mobil yang kami tumpangi, memindahkan kakinya cepat, menginjak dalam rem mobilnya.Tubuhku yang terbanting keras ke sandaran kursi membuat amarahku semakin tersulut, aku menyampirkan poniku yang berantakan, menatap Ni El sinis "HEY! APA KAU SUDAH GILA?" Amukku kesal."KAU SENDIRI APA MASIH WARAS?" Bentaknya menatapku dengan maa melotot kesal.Ni El memalingkan wajahnya sambil melepaskan nafas besar, berusaha mengendalikan emosinya. Ia kembali menoleh menatapku lurus, membuatku mencengkram sabuk
Ni El mengusap darah segar yang mengalir dari luka di ujung bibirnya, ia melepaskan nafas besar lalu menoleh menatap Eugene lurus "maafkan aku," sahutnya canggung.Eugene hanya diam tertunduk dalam dengan tatapan kosong, mengabaikan permintaan maaf Ni El itu. Ia melepaskan nafas besar, membalikkan badannya hendak meninggalkan ruangan Ni El, namun Ni El menahan langkahnya."Sophie belum mengetahui apapun yang terjadi!"Tangan Eugene mengepal kuat mendengar kata - kata itu, ia menoleh kecil menatap Ni El sinis "lalu? Apa maumu sekarang?" Tanyanya menantang.Ni El kembali menghembuskan nafas besar dari mulutnya, ia menundukkan kepalanya sambil menggeleng kecil "aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan sekarang, tapi aku ingin meminta bantuanmu..." jawabnya meninggalkan harga dirinya.Amarah Eugene yang semakin tersulut, membuatnya melepaskan nafas kecil sambil menggeleng heran "apa aku terlihat seperti akan memberimu bantuan?" Tanyanya menghina. Euge
Dae Gil menghembuskan nafas panjang dari mulutnya, kembali mengarahkan pandangannya lurus padaku. Ia memaksakan senyum kecil sebelum kembali membuka mulutnya "aku menyesalinya..." sahutnya. Dae Gil meremas erat kedua tangannya sambil menunduk dalam, nafas berat kembali terdengar dari mulut Dae Gil. Ia menggelengkan kepalanya pelan "aku tidak seharusnya membohongi Ni El saat kami bercerai," lanjutnya penuh penyesalan.Mataku melebar kecil mendengar kejujuran itu, mulutku terbuka kecil hampa, aku terdiam tidak tahu harus mengatakan apa menanggapi perkataan itu.Dae Gil pun kembali mengeluarkan suaranya "aku tidak ingin ia terluka jika semua orang tahu bahwa kami bercerai karena ia memilih pria itu," bukanya. Dae Gil melepaskan nafas pelan "jadi aku berbohong pada wartawan, aku mengatakan kami bercerai karena perebutan ahli waris," lanjutnya terdengar berat."Tapi anda tidak menyangka bahwa itu akan sangat menyakiti HongDaepyo (CEO)?" Timpalku begitu
Waktu berlalu dengan senyuman, membuat Dae Gil semakin yakin bahwa semuanya kini baik - baik saja.Segalanya terasa seperti sebagaimana harusnya, seperti apa yang Dae Gil harapkan. Kebahagiaan Dae Gil semakin memuncak setelah mendengar kabar kehamilan Seo Hwa, sukacita yang tidak terbilang dengan kata - kata semkin memenuhi hati Dae Gil.Kelahiran Ni El, menjadi awal perjalanan baru mereka menuju kebahagiaan yang lebih dari sebelumnya.000Dae Gil terdiam menatap kosong keluar jendela teringat akan kebahagiaan mereka saat menggendong Ni El di hari kelahirannya. Senyumnya mengembang kecil meskipun sorot matanya sangat sayu.Aku hanya terdiam hanyut dalam keheningan, hatiku tiba - tiba ikut merasakan kesedihan yang Dae Gil simpan di dalam hatinya saat ini."Saat Ni El lahir dulu, aku sangat bahagia..." bukanya. Dae Gil memalingkan wajahnya menatapku lurus "hari itu aku berjanji akan membuatnya bahagia, aku berjanji akan memberikannya keluarga