Ni El mengangkat gagang telfon di ujung mejanya lalu menekan kode telfon Departemen Humas, ia menunggu sejenak lalu membuka mulutnya
"hmm, segera proses beritanya!" Perintahnya singkat.
Ni El terdiam sejenak lalu kembali membuka mulutnya "kerja bagus! Terima kasih" pujinya singkat. Ia menggeleng kecil sejenak "tidak ada, itu saja," timpalnya sebelum menutup sambungan telfonnya. Mata Ni El langsung berputar lurus menatapku dan ia menyunggingkan senyum kecilnya "aku sudah melakukan tugasku, sekarang giliranmu!" Ucapnya santai.
Mataku melebar kaget mendengar perkataannya barusan, aku membuka mulutku hampa tidak percaya 'hanya begitu saja?' Tanyaku dalam hati. Aku pun mengedipkan mataku beberapa kali lalu mengangguk kaku
"ba -baik, Daepyonim," timpalku tercengang.
Aku membungkuk kecil masih tidak percaya dengan apa yang aku lihat barusan, lalu membalikkan badanku meninggalkan Ruangan Ni El dengan keraguan besar terhadapnya. Set
Aku duduk terdiam di lantai Kamarku yang dingin. Aku tidak mengerti apa yang aku lakukkan tadi, aku mengutuk diriku sendiri atas sikap aneh tadi. Aku menunduk dalam memeluk erat kedua kakiku, menyembunyikan wajahku di atas lututku. 000 Eugene terdiam menatap kursi kosong di hadapan lurus, ia menghembuskan nafas panjang sambil menunduk dalam tidak tahu harus berbuat apa. Eugene meraih ponselnya di atas meja lemas, lalu bangkit dari kursinya meninggalkanCafe. Mobilnya melaju dengan kecepatan normal di jalan raya yang cukup padat, ia menopang sikunya ke jendela santai. Matanya memandang lurus ke arah jalan, namun kepalanya terus mengulang apa yang ku katakan padanya tadi "aku harapSunbae(Senior) dapat memikirkan ulang keputusan itu, karena ini bukan soal hubungan KeluargaSunbae.Ini soal kelangsungan hidup seluruh pegawai DeRoz dan keluarga mereka," sahutku terhenti. Aku berdiri dari kursiku
Eugene dan Ni El duduk berhadapan di sebuah Cafe kecil dengan segelas kopi di hadapan mereka masing - masing. Eugene menaikkan alisnya lalu meraih gelas kopinya santai "kau curang," tuduhnya sebelum menegak pelan kopi di gelasnya. Ni El tersenyum kecil mendengar tuduhan singkat itu, ia menghembuskan nafas pendek sambil mengangguk pelan "hmm" gumamnya menerima. Ni El menaikkan sebelah alisnya sambil membuka kedua tangannya "maaf, aku terpaksa menggunakan cara ini agar kau setuju," ungkapnya santai. Eugene hanya tertawa kecil mendengar permintaan maaf yang tidak tulus itu, ia meletakan gelas kopinya pelan lalu membuka mulutnya "apa yang membuatmu menginginkan projek ini?" Tanyanya. Ni El langsung membuka mulutnya yakin "ini adalah peluang, aku ingin mengembangkan DeRoz ke dunia yang lebih baik," jawabnya cepat. Ni El menggerakkan dagunya kecil "kau sendiri? Kenapa kau tidak menginginkannya?" Lanjutnya bertanya. Eugene menatap Ni El yang
Ni El meletakkan gelas kopinya perlahan lalu menyandarkan tubuhnya santai menatap keluar jendela kosong "setelah aku bertemu Nona So Hee, aku langsung menyadari bahwa dialah orang yang mengatakan itu padamu," sahutnya. Eugene hanya menghembuskan nafas kecil terdiam. Suasana hening yang menyelimuti keduanya pecah setelah Ni El membuka mulutnya "aku tahu bagimu ini adalah hal yang ingin kau hindari sebisa mungkin, namun bagi Nona So Hee ini adalah kesempatan yang bisa ia buat agar hidupnya lebih baik," sahut Ni El menyadarkan Eugene. Mata Eugene melebar mendengar kata - kata itu, ia teringat akan sikapku yang memaksanya kemarin, matanya berputar kecil perlahan memahami maksudku dan rasa bersalah perlahan memenuhi hatinya. Ni El menghembuskan nafas kecil melihat Eugene yang terdiam "kau tidak menyadarinya bukan?" Tanyanya menebak. Eugene mengangguk kecil terdiam merenungi perbuatannya kemarin. Ni El tersneyum kecil "ini bukan hanya tentan
Senyum puas langsung tersungging perlahan di ujung bibir Eun Kyung, ia menurunkan ponselnya dari telinga perlahan lalu berdiri dari kursinya, berbalik menatap keluar kaca besar yang menunjukkan pemandangan malam kota yang indah. Setelah terdiam menikmati pemandangan itu sejenak, Eun Kyung berbalik lalu meraih ponselnya. Jari kurusnya bergerak cepat mengetuk layar ponselnya cepat lalu menempelkan ponselnya ke telinga. Ni El terdiam menatap langit - langit kamarnya, hanya detikan jam yang terdengar di telinganya pelan. Tiba - tiba dering ponselnya terdengar keras memecah keheningan yang damai itu, ia bangkit dari tempat tidurnya lalu meraih ponselnya di atas meja kecil di samping tempat tidurnya. Ni El menatap nama "Kim Eun Kyung" yang tertera di ponselnya lalu menghembuskan nafas besar, ia melempar ponselnya ke belakang cepat mengabaikan panggilan itu. Setelah panggilan itu terputus, dering singkat kembali terdengar membuat Ni El kembali meraih ponselnya sambil menghembuskan
Berita atas bergabungnya DeRoz dengan kolaborasi Vinci Co dan Luxxe semakin meramaikan publik, opini baik serta antusiasme masyarakat menunggu projek ini semakin besar setiap harinya. Ni El mematikan TV di Ruang Kerjanya setelah menontonberita pertama terkait kolaborasi mereka yang di umumkan hari ini, ia mengangguk kecil puas akan sambutan positif yang di dengarnya. Ketukan kecil terdengar dari balik pintunya, Ni El pun mempersilahkan seseorang itu masuk lalu berbalik melipat tangannya di atas meja kerjanya. Aku membuka pintu Ruang Kerja Ni El pelan, lalu masuk dengan tangan terlipat sopan "Daepyonim(CEO), apa ada yang bisa saya bantu?" Tanyaku sopan. Ni El tersenyum puas melihat kedatanganku, ia pun mengangguk kecil "hmm, ada yang ingin aku tanyakan padamu Nona So Hee," timpalnya cepat. Ia menunjuk kecil kursi di depannya "duduklah" perintahnya gagah. Aku pun melirik kursi di hadapannay sejenak 'ada apa lagi kali ini?' Keluhku dalam hati. Aku
Ha Na dan Mi Do terdiam mendengar ceritaku tentang penawaran Ni El siang tadi. Mi Do langsung mendorong kecil kepalaku "hey, apa kau bodoh?" Tanyanya. Ha Na langsung menoleh lurus ke arah Mi Do "kalau dia menjawab seperti itu, artinya kan memang dia bodoh..." timpalnya remeh. Mi Do pun mengangguk kecil "benar juga..." simpulnya pelan, ia menghembuskan nafas panjang lalu menggeleng heran. Ha Na pun ikut menghembuskan nafas panjang tidak tahu harus berkata apa, ia hanya menuang soju (minuman beralkohol khas Korea Selatan) di gelasku pelan lalu mendorongnya cepat menyuruhku meminumnya. Aku langsung mengangkat gelasku dan menegak isinya dalam hitungan detik, lalu membanting kecil gelas kaca itu ke atas meja "aku tahu aku bodoh..." sahutku mengakui kebodohanku. Mi Do dan Ha Na lansung saling menatap lurus lalu menoleh kompak ke arahku, mereka pun bertepuk tangan meriah puas atas pengakuanku. 000 Aku berjalan perlahan dengan
Mata kami bertemu lurus, membuatku mengepalkan tanganku tanpa ku sadari. Perasaan aneh yang mengakar di hatiku sejak kemarin kini terjawab sudah, aku pun tidak lagi merasa bahagia akan pencapaikan ku saat ini. Eugene menatap kami bergantian dengan rasa khawatir tergambar jelas di wajahnya, ia pun meraih tanganku pelan, membuatku menoleh mengalihkan tatapanku dari Eun Kyung cepat. Senyum kecil yang tersyungging di ujung bibir pria tampan itu membuatku merasa sedikit lebih tenang, aku pun mengalihkan pandanganku dari Eugene. Mataku terheti menangkap Ni El yang telah menatap kami lurus, aku langsung menurunkan pandanganku menatap tangan Eugene yang menggenggam erat tanganku. Aku membuka mulutku kaget dan langsung menarik tanganku cepat, membuat Eugene menatapku bingung. Aku menggeleng kecil memberi kode melihat wajah kecewa Eugene akan sikapku, aku pun berbalik cepat mengeluarkan ponselku mengirimkan pesan kilat pada Eugene. Getaran kecil ponselnya membuat Eugene mengel
Aku melangkahkan kakiku seperti biasanya menuju ke Kantor, entah kenapa perasaanku hari ini sedikit berbeda. Perasaan gugup dan harapan yang sama seperti saat hari pertamaku bekerja, kembali aku rasakan hari ini. Aku menatap Gedung kaca yang menjulang tinggi di hadapanku, hatiku pun mulai mengucapkan doa kecil 'semoga hari ini berjalan dengan baik' harapku tenang. Aku mengangguk yakin memberi semangat bagi diriku sendiri, sebelum akhirnya kembali melangkahkan kakiku masuk melewati pintu kaca. Aku berdiri bersampingan dengan teman - teman timku untuk proyek kolaborasi kali ini, kami melipat tangan sopan menatap Ni El dan Eugene yang berdiri di hadapan kami. Ni El tersenyum kecil lalu membuka mulutnya "aku harap proyek ini berjalan baik, karena Nona So Hee-" "Sophie..." bisik Eugene menyela Ni El cepat. Anggota lainnya yang melihat kejadian itu pun menunduk kecil, berusaha menyembunyikan tawa geli mereka. Ni El hanya melirik sinis sejenak lalu kembali m
Langkahku terhenti menatap mobil yang tampak aku kenali berhenti di depan tangga menuju Rumahku, si pemilik mobil yang menyadari kedatanganku turun dari mobilnya, dia menatapku lurus. Aku menghela nafas dalam sebelum kembali melanjutkan langkahku pelan, berhenti tak jauh dari pria yang sudah menungguku entah sejak kapan. "Dimana kau tidur semalam?" "Rumah Mi Do, sejak kapanSunbae(Senior) menungguku?" Timpalku balik bertanya. Eugene melepaskan nafas panjang sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana, ia mengangguk pelan "lupakan, apa kau baik - baik saja?" Tepisnya mengalihkan topik. Aku mengarahkan pandanganku menatap Eugene lurus - lurus, aku pun langsung menyadari bahwa ia menyembunyikan sesuatu dariku saat ini. Aku menganggukkan kepalaku pelan "hmm, aku baik - baik saja,Sunbae(Senior) sendiri?" Tanyaku canggung. Eugene ikut mengangguk kecil "aku baik," timpalnya cepat. Nafa
Aku berguling gelisah memikirkan masalah yang menimpaku ini, aku tidak mungkin hidupa dalam persembunyian terus seperti ini. Aku juga merasa bahwa ini masalahku, jadi aku harus menyelesaikannya sendiri.Aku bangun dari tidurku cepat, meraih ponselku di samping tempat tidur. Jariku bergerak sibuk mencari tahu berita terbaru tentang kasusuku ini, membuat keningku mulai berkerut. Aku membenarkan posisi duduku, menggerakkan jariku semakin cepat, mencari lebih teliti."Apa yang terjadi?" Tanyaku sendiri.Aku menurunkan ponselku dengan nafas besar terhembus begitu saja dari mulutku, kepalaku mulai berpikir keras tentang kejadian aneh ini. Aku pun kembali mengangkat ponselku, memastikan apa yang aku lihat ini benar. Aku tidak percaya akan apa yang aku lihat."Kenapa semuanya menghilang begitu saja?" Tanyaku bingung.Aku membuka selimutku turun dari tempat tidur cepat, menghampiri Ha Na yang tidur di sofa depan. Aku menggoyang tubuh Ha Na cepat membangunka
Aku terdiam menatap ponselku lurus, rasa cemas dalam hatiku semakin menghantuiku seiring usahaku untuk menahannya. Ponselku yang tiba - tiba bergetar, membuat mataku melebar dan harapanku bangkit. Aku langsung menatap ponselku lurus - lurus, namun harpan itu terasa hancur dalam hitungan detik.[Apa kau baik - baik saja?]Pesan itu terlihat hangat, hanya saja pesan itu datang bukan dari orang yang aku harapkan saat ini. Aku terdiam menatap nama Eugene sebagai pengirim pesan itu, aku pun menghembuskan nafas pelan "apa yang kau harapkan Sophie," keluhku tersadar.Aku menggerakkan jariku cepat, membalas pesan itu lalu mengirimkannya dengan rasa kecewa di hatiku. Aku menyisir rambutku ke belakang, menunduk dalam berusaha menenangkan diriku sendiri. Mi Do dan Ha Na yang melihat kegelisahanku pun menghembuskan nafas besra kompak, Ha Na menutup ponselnya cepat sambil membuka mulutnya"sebaiknya kau tidak berusaha untuk mencari tahu keadaan di luar sana lebih dulu
Eugene duduk menatap Eun Kyung yang tersenyum penuh kemenangan tajam. Wanita di hadapanya terdiam menatapnya lurus dengan tangan terlipat di depan dada anguh, sambil menyandarkan tubuhnya nyaman di kursi."Aku tahu cepat atau lambat kau akan mencariku," buka Eun Kyung percaya diri.Eugene memalingkan wajahnya dengan air muka kesal, sambil menghembuskan nafas besar dari mulutnya keras. Ia menelan berat air liurnya sebelum akhirnya membuka mulutnya"kau yang melakukan semua ini bukan?" Tanyanya menuduh.Eun Kyung melepaskan tawa keras mendengar nada kesal Eugene yang semakin memuaskan hatinya, wanita itu melepaskan nafas lega berusaha mengendalikan tawanya "aku tidak menyangka membuatmu marah akan semudah ini, sangat menarik..." timpalnya.Eugene mengepalkan tangannya perlahan mendengar perkataan Eun Kyung itu, ia menunduk sambil menjilat kecil bibirnya berusaha menahan emosinya yang semakin mendidih. Matanya berputar tajam menatap Eun Kyung lurus, m
Kerutan terlihat samar di keningku saat aku mengetahui ponselku yang mati sejak tadi, aku meghembuskan nafas teringat bahwa aku belum sempat menyalakan ponselku sejak dari Bandara tadi.Mataku melebar kecil merasakan getaran berturut - turut dari ponselku, pemberitahuan pesan masuk bergantian, nomor - nomor yang tidak di kenal pun terlihat menghubungiku. Keningku langsung berkerut dalam seiring rasa curiga yang memenuhi hatiku. Aku langsung menggerakkan jariku cepat mengetuk layar ponselku, membuka ruang obrolanku dengan teman - temanku yang meninggalkan banyak pemberitahuan.[Hey, Sophie dimana kau? Kau sudah melihat berita ini?][Sophie, apa kau baik - baik saja?][Hey, kau membuat kami takut... hubungi kami secepatnya!]Aku pun mengetuk tautan yang Mi Do kirimkan, membaca semua isi berita yang terpajang di layar ponselku cepat, mataku mulai melebar dan aku membekap mulutku yang terbuka hampa kaget melihat berita itu. Aku tidak percaya apa
Mobil Ni El yang melanju cepat menuyusi jalan raya membuatku cemas akan keselamatan kami, aku menoleh kesal sambil terus menggenggam erat sabuk pengamanku."Hey, pelan - pelan saja! Kita bisa celaka kalau begini terus!" Protesku kesal.Ni El menginjak gasnya semakin dalam, mengabaikan perkataanku hanyut dalam emosinya sendiri. Aku yang semakin kesal dengan sikap itu pun kembali membuka mulutku "HEY!" Teriakku. Ni El langsung memutar roda kemudinya, menepikan mobil yang kami tumpangi, memindahkan kakinya cepat, menginjak dalam rem mobilnya.Tubuhku yang terbanting keras ke sandaran kursi membuat amarahku semakin tersulut, aku menyampirkan poniku yang berantakan, menatap Ni El sinis "HEY! APA KAU SUDAH GILA?" Amukku kesal."KAU SENDIRI APA MASIH WARAS?" Bentaknya menatapku dengan maa melotot kesal.Ni El memalingkan wajahnya sambil melepaskan nafas besar, berusaha mengendalikan emosinya. Ia kembali menoleh menatapku lurus, membuatku mencengkram sabuk
Ni El mengusap darah segar yang mengalir dari luka di ujung bibirnya, ia melepaskan nafas besar lalu menoleh menatap Eugene lurus "maafkan aku," sahutnya canggung.Eugene hanya diam tertunduk dalam dengan tatapan kosong, mengabaikan permintaan maaf Ni El itu. Ia melepaskan nafas besar, membalikkan badannya hendak meninggalkan ruangan Ni El, namun Ni El menahan langkahnya."Sophie belum mengetahui apapun yang terjadi!"Tangan Eugene mengepal kuat mendengar kata - kata itu, ia menoleh kecil menatap Ni El sinis "lalu? Apa maumu sekarang?" Tanyanya menantang.Ni El kembali menghembuskan nafas besar dari mulutnya, ia menundukkan kepalanya sambil menggeleng kecil "aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan sekarang, tapi aku ingin meminta bantuanmu..." jawabnya meninggalkan harga dirinya.Amarah Eugene yang semakin tersulut, membuatnya melepaskan nafas kecil sambil menggeleng heran "apa aku terlihat seperti akan memberimu bantuan?" Tanyanya menghina. Euge
Dae Gil menghembuskan nafas panjang dari mulutnya, kembali mengarahkan pandangannya lurus padaku. Ia memaksakan senyum kecil sebelum kembali membuka mulutnya "aku menyesalinya..." sahutnya. Dae Gil meremas erat kedua tangannya sambil menunduk dalam, nafas berat kembali terdengar dari mulut Dae Gil. Ia menggelengkan kepalanya pelan "aku tidak seharusnya membohongi Ni El saat kami bercerai," lanjutnya penuh penyesalan.Mataku melebar kecil mendengar kejujuran itu, mulutku terbuka kecil hampa, aku terdiam tidak tahu harus mengatakan apa menanggapi perkataan itu.Dae Gil pun kembali mengeluarkan suaranya "aku tidak ingin ia terluka jika semua orang tahu bahwa kami bercerai karena ia memilih pria itu," bukanya. Dae Gil melepaskan nafas pelan "jadi aku berbohong pada wartawan, aku mengatakan kami bercerai karena perebutan ahli waris," lanjutnya terdengar berat."Tapi anda tidak menyangka bahwa itu akan sangat menyakiti HongDaepyo (CEO)?" Timpalku begitu
Waktu berlalu dengan senyuman, membuat Dae Gil semakin yakin bahwa semuanya kini baik - baik saja.Segalanya terasa seperti sebagaimana harusnya, seperti apa yang Dae Gil harapkan. Kebahagiaan Dae Gil semakin memuncak setelah mendengar kabar kehamilan Seo Hwa, sukacita yang tidak terbilang dengan kata - kata semkin memenuhi hati Dae Gil.Kelahiran Ni El, menjadi awal perjalanan baru mereka menuju kebahagiaan yang lebih dari sebelumnya.000Dae Gil terdiam menatap kosong keluar jendela teringat akan kebahagiaan mereka saat menggendong Ni El di hari kelahirannya. Senyumnya mengembang kecil meskipun sorot matanya sangat sayu.Aku hanya terdiam hanyut dalam keheningan, hatiku tiba - tiba ikut merasakan kesedihan yang Dae Gil simpan di dalam hatinya saat ini."Saat Ni El lahir dulu, aku sangat bahagia..." bukanya. Dae Gil memalingkan wajahnya menatapku lurus "hari itu aku berjanji akan membuatnya bahagia, aku berjanji akan memberikannya keluarga