Suara musik yang perlahan semakin keras menusuk telinga, lantai dansa bagaikan lautan manusia yang menari dan melompat penuh girang. Kami pun duduk di meja bar menunggu minuman kami sambil menoleh ke sekeliling yang tampak berkelas, Mi Do pun mendekatkan bibirnya ke telingaku
“orang kaya yang sedang menghambur – hamburkan uang mereka,” guraunya menghina.
Tawaku pecah mendengar hinaan halus itu, aku kembali melayangkan pandanganku sampai aku menatap satu sosok pria yang tampak tak asing di mataku. Keningku mulai berkerut kecil berusaha mengenali pria itu, namun ia menghilang di antara desakan orang banyak di lantai dansa. Aku pun memalingkan wajahku dan menyesap minumanku anggun sambil sesekali bergurau kecil bersama teman – temanku. Tiba – tiba segerombolan pria dari lantai dansa menghampiri kami, kami pun akhirnya berdansa dan minum bersama, meskipun awalnya terasa asing kami akhirnya membaur dengan orang – orang di pesta itu.
Aku menggerakkan tubuhku, melompat, menari di tengah lantai dansa sambil sesekali menegak minumanku. Dunia terasa berputar dan kepalaku perlahan terasa semakin berat, aku menggeleng kuat berusaha mengedalikan diriku. Aku berjalan perlahan menerobos orang – orang di depanku keluar dari lantai dansa dengan langkah terhuyung. Aku terus berjalan tak tahu arah sambil memejamkan mataku erat berusaha menjernihkan pandanganku yang berputar. Tiba – tiba terdengar suara pintu yang menunjukkan seorang pria tampan, pria itu menatapku lurus dengan tatapan dingin dan tajam. Kepalaku yang terasa semakin berat membuatku kehilangan kesadaranku, suara lantang seorang pria yang awalnya keras perlahan mengecil, dan jemariku yang awalnya merasakan kulit halusnya perlahan tidak merasakan apapun lagi. Semuanya gelap, semakin gelap.
Mataku perlahan terbuka seiring kesadaranku yang mulai pulih, kepalaku terasa berputar dan berat. Aku menghembuskan nafas panjang dari mulutku sambil berusaha bangun melawan rasa sakit yang menghantam kepalaku, aku menggeleng kecil lalu mengangkat pandanganku ke sekeliling. Mataku melebar kaget melihat pakaianku yang telah berserakan di lantai, aku pun menunduk cepat lalu membuka mulutku hampa dengan mata lebar. Aku menarik selimut yang menutupi tubuhku erat lalu melirik kecil ke samping tempat tidurku, ujung mataku menampakkan sosok yang terbaring di atas tempat tidur yang sama denganku. Aku memejamkan mataku sambil menunduk kesal mengutuk diriku sendiri dalam hati. Aku pun membuka mataku sambil menoleh ke arah sosok itu perlahan, mataku melebar melihat pria dengan tubuh bidang yang berbentuk terbaring di sampingku. Aku memalingkan wajahku cepat dari pria itu dan kembali menunduk kesal mengutuk diriku dalam hati.
Aku bergerak perlahan meraih pakaianku lalu mengendap cepat menuju kamar mandi, aku berusaha sekeras mungkin tidak mengeluarkan suara sedikitpun lalu meninggalkan ruangan itu dengan setelan rapi secepat mungkin. Aku mengangkat pandanganku melihat pintu di hadapanku, papan VIP 5 tertempel di pintu itu membuatku menunduk dalam lalu membalikkan badanku cepat meninggalkan ruangan itu. Hal yang perlu aku lakukan hanyalah melupakannya
“benar, aku tidak akan bertemu dengannya lagi, dan dia juga belum tentu mengingatku,” kataku meyakinkan diriku sendiri.
Aku melangkahkan kakiku menjauh semakin cepat meninggalkan ruangan itu sambil meyankinkan diriku dan mengubur rasa cemasku dalam – dalam. Bagiku itu hanya kesalahan yang tidak akan terulang lagi, dan aku tidak akan pernah bertemu dengan pria asing itu lagi.
***
Eugene masuk ke dalam ruangan kantor dengan interior modern yang sangat bersih dan setiap sudutnya sangat rapi tanpa cacat sedikitpun, ia mengerutkan keningnya menatap pria dengan rambut hitam, mata sipitnya terpejam, kerutan kecil tampak menghiasi keningnya, kacamata dengan bingkai besi berwarna perah tergantung di hidungnya yang tinggi, dan bibir merahnya tertutup rapat tidak seperti biasanya. Melihat pemandangan aneh itu Eugene menunduk lalu mengetuk keras meja kaca di hadapannya membuat pria yang tidak menyadari kedatangannya membuka mata tajamnya kaget “hey, Hong Ni El ada apa denganmu? Tidak biasanya kau seperti ini?” Tanyanya curiga. Ni El hanya menghembuskan nafas besar dari mulutnya lalu kembali memejamkan matanya mengabaikan Eugene. Ia mengayunkan tangannya pelan “jika yang ingin kau bicarakan tidak penting, lebih baik pergilah!” Usirnya halus. Tawa kecil Eugene pun pecah mendengar hal yang seakan sudah biasa baginya itu, ia meletakkan map hitam yang di baw
Ha Na dan Mi Do membuka hampa mulut mereka kompak mendengar ceritaku tentang kejadian kemarin. Ha Na menggeleng kecil kembali mencerna ceritaku barusan "jadi kemarin kau tidur dengan seseorang yang tidak kau kenal, dan sekarang kau bilang dia adalah atasanmu di De Roz?" tanyanya memastikan. Aku menghembuskan nafas panjang lalu mengangguk lesu, Mi Do pun melambai cepat dengan mata tertuju lurus pada layar ponselnya "hey... hey... lihat ini!" desaknya membuat kami penasaran. Wajah Ni El terpajang memenuhi layar ponsel Mi Do, berbagai artikel tentang kesuksesannya tersebar di internet. Semua berita menceritakan kesuksesannya di usia muda dan tidak ada satupun berita buruk tentangnya tertulis di internet, aku dan kedua temanku langsung saling menatap dengan mulut terbuka hampa kehabisan kata - kata. Mi Do pun meletakkan ponselnya ke atas meja lalu menegak bir di gelasnya anggun "lalu apa yang terjadi setelah itu?" tanyanya ingin tahu, aku pun memutar mata
Eugene menerobos masuk ke dalam ruangan Ni El begitu saja setelah mendengar kabar tentang keributan yang aku sebabkan pagi tadi. Aku hanya berdiri dengan tangan terlipat sopan dan kepala tertunduk dalam, di hadapan Ni El yang duduk menatap keluar jendela membelakangiku. Eugene menatapku dengan terusan hitam yang terlihat cukup menggoda itu lalu berdeham kecil sambil memalingkan wajahnya cepat, Ni El yang mendengar suara dehaman Eugene pun melirik kecil lalu memutar kursinya menghadap kami. Ia menatap Eugene lurus lalu melipat tangannya di atas meja "kau bilang kau mengenalnya," bukanya singkat. Eugene mengangguk kecil sambil mengangkat kedua tangannya ke pinggang santai "hmm, aku akan mengajarinya dengan baik, maafkan kali ini saja!" Mintanya cepat. Ni El menggeleng kecil "peraturan tetap peraturan!" Tepisnya dingin. Aku yang merasa aneh dengan arah pembicaraan itu pun mengatupkan kedua tanganku di depan wajahku "aku mohondaepyonim,
Eugene langsung duduk di hadapan Ni El cepat setelah pintu ruang kerjanya tertutup rapat "ada apa dengan aroma parfumnnya? Apa kau tertarik?" Tanyanya penasaran. Ni El hanya menghembuskan nafas kecil sambil menggeleng heran lalu membuka tumpukan dokumen di hadapannya santai, Eugene yang tidak menyerah pun kembali membuka mulutnya menghujani Ni El dengan ceramah panjang lebar "sudah ku bilang dia sangat berbakat, percaalah padaku kau tidak akan menyesal mempekerjakannya, dia sudah membuat parfum itu sejak kuliah jadi aku tahu bahwa dia berbakat," jelasnya bangga. Ni El menghembuskan nafas besar dari mulutnya mendengar celotehan Eugene, ia menutup map di hadapannya cepat lalu menatap Eugene sinis "jika kau begitu menyukainya kenapa kau tidak mengencaninya?" Tembaknya keras. Eugene terdiam mendengar pertanyaan itu, ia menggaruk belakang kepalanya "pokoknya dia berbakat, jangan sia - siakan dia," tepisnya canggung lalu bangkit dari kursinya mening
Wanita cantik itu membuka pintu Ruang Kerja Eugene, lalu masuk dan menjatuhkan dirinya nyaman ke sofaseberang meja kerja Eugene. Ia melepas kaca mata hitamnya lalu menoleh kecil menatap Eugene yang mengabaikannya, wanita itu hanya tersenyum kecil paham akan sikap itu. Ia pun menghela nafas besar lalu melipat tangannya di depan dada mulai membuka mulut tajamnya "apa kau begitu menyukainya sampai mempekerjakannya disini?" Tanyanya mengacu padaku. Eugene yang terpancing akan pertanyaan itu langsung menghentikan gerakannya dan memutar matanya menatap wanita yang di abaikannya sejak tadi "kau menemuinya?" Timpalnya balik bertanya. Wanita itu tersenyum puas lalu menaikkan kedua bahunya bermain - main dengan Eugene yang tampak tegang. Ia pun bangkit dari duduknya berpindah ke kursi di depan Eugene, keduanya terdiam saling menatap lurus membuat suasana dingin menyelimuti ruangan itu. Eugene pun membuka mulutnya memecahkan keheningan dingin itu
Ni El menatap Eugene yang tersenyum kecil menatap ponselnya diam. Eugene yang belum menyadari kedatangan Ni El pun meletakkan ponselnya lalu mengangkat pandnagannya, ia menarik kecil tubuhnya kaget melihat Ni El yang sudah menatapnya entah sejak kapan. Ni El pun melangkah santai masuk ke dalam ruangan Eugene dengan map hitam di tangannya"apa kau se senang itu?" Tanyanya menghina sambil melempar kecil map di tangannya ke hadapan Eugene.Eugene menghembuskan nafas kecil sambil menggeleng mengabaikan pertanyaan itu. Ni El duduk di depan meja Eugene lalu menurunkan pandangannya melirik kecil layar ponsel Eugene yang menunjukkan pesan dariku. Ni El langsung mengalihkan pandangannya cepat sambil berdeham kecil canggung. Setelah membaca sekilas dokumen yang di bawa Ni El, Eugene membubuhkan tanda tangannya cepat lalu menyerahkan map itu kembali pada Ni El. Eugene menatap Ni El yang masih diam di tempatnya lalu melepaskan tawa canggung"wae? (Kenapa?) Ada yang
Ni El menurunkan lembaran biodata pegawai di tangannya perlahan, lalau melipat tangannya di depan bibir berpikir keras. Ia menutup matanya kembali terngiang aroma manis yang terus melekat dalam kepalanya sejak malam itu, pikirannya kembali semakin dalam ke saat di mana ia berpapasan denganku hari itu. Bayangan kami berpapasan beberapa kali terus berputar di kepalanya, telinganya pun ikut memutar suaraku saat aku mengatakan "ini buatanku sendiri," di rungannya hari itu. Mata Ni El terbuka tajam dan ia bangkit dari kursinya cepat keluar dari Ruang Kerjanya.000Langkahnya terhenti di depan Laboratorium uji coba produk, matanya berputar cepat mengamati setiap orang di dalam Laboratorium itu. Tiba - tiba aku lewat di hadapannya membuat matanya tertuju lurus padaku, bola mata hitamnya terus bergerak mengikuti arah kemana aku pergi. Ni El pun membalikkan badannya membuka pintu Laboratorium cepat membuat semua yang ada di dalamnya menoleh kompak menatap lurus ke arah pintu, s
Aku menatap Ni El lurus dengan harapan sekaligus perasaan yang tidak tenang memenuhi hatiku. Senyum miringnya mengembang dan ia melemparkan dokumen di tangannya ke arahku cepat"kau bilang ini laporan? Penulisannya berantakan, banyak kesalahan eja, dan tidak ada progres yang di jelaskan dalam laporan ini! Pergi dan perbaiki ini dengan benar!" Perintahnya kesal.Aku hanya terdiam melihat kertas - kertas yang beterbangan di atas kepalaku, aku kaget akan perlakuan yang baru aku dapat pertama kalinya dalam hidupku ini. Ni El yang kesal melihatku terdiam di tempatku dengan tatapan kosong kembali membuka mulutnya"apa yang kau lakukan? Apa kau tidak dengar kata - kataku?" Tekannya.Aku pun mengedipkan mataku beberapa kali tersadar lalu menunduk sopan, membalikkan badanku meninggalkan Rungan Ni El cepat. Aku menghembuskan nafas dalam yang sejak tadi aku tahan di depan pintu Ruangan Ni El, aku menoleh dengan mulut terbuka hampa tidak percaya atas perlakuan yang k