Ni El menurunkan ponselnya setelah aku mengakhiri panggilan singkat kami. Sorot matanya menajam teringat akan yang aku katakan
"Eugene bersamanya sekarang," katanya pada udara hampa.
Ni El kembali membuka kontak ponselnya cepat, lalu menempelkan ponselnya ke telinga cepat. Alisnya terangkat kecil mendengar suara Eun Kyung dari seberang telfon
"apa kau mabuk?" Tanyanya cepat.
Ni El pun langusng bangkit dari tempat tidurnya, bergegas meninggalkan Rumah dengan ponsel yang masih menempel di telinga.
000
Nafas besarnya terhembus melihat Eun Kyung yang tergeletak tak sadarkan diri di atas meja Bar. Seorang pelayan menghampirinya lalu membungkuk sopan menyerahkan ponsel merah muda milik Eun Kyung pada Ni El sopan. Pria itu menerima ponsel Eun Kyung lalu menopang tubuhnya cepat masuk ke dalam mobilnya.
Eun Kyung yang perlahan membuka matanya, tersadar bahwa ia sudah berada di perjalanan pulang. Ni El pun membuka mulutnya me
Waktu yang berlalu cepat tanpa terasa membawaku pada detik - detik terpenting karirku. Aku menatap lurus namaku yang tercantum dalam dafar sponsor yang bekerja sama dalam Seoul Fashion Week tahun ini. Rasa bangga akan diriku sendiri semakin memenuhi hatiku. Aku pun mengeluarkan ponselku mengambil gambar proposal di tanganku, lalu mengirimkan foto itu pada Ruang Obrolan keluargaku. Senyum kecilku tersungging melihat pesan yang Ayahku kirimkan "wahh... kau akan terkenal sembentar lagi, haruskah papa meminta tanda tanganmu untuk di jual?" Aku menggerakkan jariku cepat sambil menahan tawaku membalas pesan Ayahku cepat. Setelah melihat pesan itu terkirim, aku pun memasukkan ponselku kembali ke dalam saku jas Laboratoriumku kembali melanjutkan pekerjaanku. 000 Ni El mengetuk kecil pintu Laboratorium, membuatku menoleh cepat ke arah pintu. Senyumku mengembang lebar, melihat Ni El yang bersandar dengan tangan terlipat di depan dada. Ni El pun menyunggingkan senyumnya sambil menaikkan sebel
Euegene menekan bell di hadapannya pelan, lalu memasukkan tangannya kembali ke dalam saku celana menunggu diam. Tak lama pintu di hadapannya terbuka kecil menunjukkan Ni El dengan kaus putih dan celana panjang biru yang tampak longgar. Kening Ni El berkerut kecil melihat kedatangan Eugene yang tiba - tiba itu, ia menyampirkan handuk merahnya di bahu kirinya cepat"kenapa tiba - tiba kau kemari?" Tanyanya santai.Eugene pun memiringkan kepalanya dengan alis terangkat sebelah "apa boleh aku masuk?" Timpalnya balik bertanya.Ni El pun mendorong pintu Apartemennya lebar, lalu melepaskan gagang pintunya cepat berbalik berjalan santai masuk. Eugene pun mengulurkan tangannya cepat menahan pintu di hadapannya, melangkah masuk ke dalam Apartemen Ni El santai seperti biasanya.Ni El melempar kecil handuk merahnya ke sofa Ruang Tengah, lalu berbelok menuju dapur di samping Ruang Tengah. Ia membuka lemari pendingin di ujung dapur, menoleh kecil menatap Eugene lurus "
Aku menoleh kecil mendengar suara ketukan dari pintu depan Rumahku. Aku pun segera bangkit darisofaruang tengahku, membuka pintu Rumahku cepat. Mataku melebar melihat Eugene yang berdiri tegap di depan Rumahku, dengan nafas terdengah pelan. Aku membuka lebar pintu Rumahku cepat"Sunbae (Senior), ada apa malam - malam begi-?" Tanyanyaku terhenti.Eugene tiba - tiba menarikku cepat masuk ke dalam pelukan eratnya, membuat nafasku tercekat dan dadaku terasa sesak. Aku menepuk cepat punggungnya sambil mengerang kesakitan"Sunbae (Senior)! Sunbae (Senior)!" Panggilku pelan.Eugene yang tersadar, langsung melepaskan pelukannya cepat, menatapku yang terbatuk keras lurus dengan air muka cemas. Ia menepuk kecil punggungku"maaf, maaf, kau tidak apa?" Tanyanya cemas.Aku pun melambaikan tanganku lemas sambil terbatuk cepat, berusaha mengatur nafasku lega. Aku menggeleng kecil "tidak apa..." timpalku pelan
Aku berdiri menunggu pintuliftdi hadapanku yang akan terbuka dalam beberapa detik. Kakiku yang melangkah kecil, terhenti begitu saja melihat Eugene dan Ni El yang berdiri berjajar di dalam lift. Mataku berputar menatap keduanya bergantian, membuat kakiku mengambil langkah mundur begitu saja. Pintuliftperlahan tertutup dengan sendirinya, memutus pandanganku dari keduanya begitu saja.000Eugene mengulurkan tangannya pelan, namun gerakannya terhenti melihat pintu besi yang telah tertutup rapat. Ia pun menurunkan tangannya perlahan sambil menghembuskan nafas kecil dari mulutnya.Ni El melirik kecil ke arah Eugene, menatap wajah lirih pria itu yang membuatnya menyadari sesuatu terjadi di antara kami. Ia mengalihkan pandangannya cepat dengan nafas kecil terhembus pelan, mengabaikan situasi untuk saat ini.Ni El melangkahkan kakinya cepat keluar darilift,begitu melihat pintu besi di hadapan
Eun Kyung terdiam di ruang kerjanya dengan tangan terlipat di atas meja, hayut dalam pikirannya. Kepalanya memainkan berbagai kejadian yang di lihatnya selama ia bekerja di De Roz, dan mulai mengakaitkan kejadian - kejadian itu satu per satu. Eun Kyung menghembuskan nafas kecil sambil menggigit bibir bawahnya ragu, ia pun meraih ponselnya cepat lalu mengetuk kontak seseorang untuk menghubunginya"hmm, ini aku!" Sapanya cepat.Senyum kecilnya tesungging ringan, Eun Kyung pun menyandarkan tubuhnya satai sambil memindah ponselnya ke telinga sebelah kanannya. Ia menggeleng singkat"tidak, aku butuh bantuanmu sekarang."Mendengar jawaban dari sosok yang di hubunginya, Eun Kyung segera bangkit dari kursinya meraih tas dan jaketnya yang tergantung tak jauh di belakangnya.000Sosok wanita dengan rambut pendek yang tampan bergelombang melangkahkan kaki rampingnya masuk ke Ruang VIP, alisnya terangkat kecil melihat Eun Kyung yang duduk sambil menyesa
BEBERAPA BULAN LALU.Eugene menghembuskan nafas kecil sambil menoleh ke sekeliling, menunggu kedatangan seseorang di depan Club Malam yang tampak ramai. Ia menoleh ke kiri dengan mata menyipit tersorot lampu mobil yang berhenti agak jauh darinya, senyumnya mengembang kecil tampak mengenali mobil yang berhenti itu. Eugene pun berlari kecil menghampiri mobil itu lalu menunduk pelan menatap sosok di balik kemudi.Ni El menekan tombol di samping pintunya, menurunkan jendela mobilnya menunjukkan dirinya pada Eugene yang menunggunya dengan senyum cerah. Ia menaikkan alisnya dengan air muka kesal"ada apa?"Eugene pun menggerakkan kepalanya pelan "ayo, masuk! Aku akan memperkenalkanmu pada Pewaris HanMan, saat ini dia sedang merayakan ulang tahunnya disini," ajak Eugene cepat.Ni El pun memutar matanya kesal, ia terpaksa turun dari mobilnya mengikuti permintaan Eugene yang jarang ia setujui.000Dentuman musi menggema keras di
Eun Kyung tediam di depan layar komputernya yang menyala terang menunjukkan rekaman CCTV yang terhenti. Nafas besar terhembus begitu saja dari mulutnya, tidak percaya akan apa yang barusan di lihatnya. Tangannya mengepal perlahan, matanya melirik tajam fotoku yang tergeletak di atas mejanya penuh amarah yang membakar hatinya.Eun Kyung pun membereskan kertas - kertas yang berserakan di atas mejanya cepat, lalu berdiri meraih tas dan jaketnya cepat menemui seseorang.000Ni El mengalihkan pandangannya dari buku di hadapannya mendengar suara bell Apartemennya yang berbunyi keras. Ia melihat jam tergantung di ujung ruangan menunjukkan pukul Sebelas malam, membuat keningnya berkerut dalam. Ketukan keras terdnegar cepat dari balik pintu Apartemennya, telinganya pun akhirnya menangkap suara familiar seseorang"Eun Kyung?" Panggilnya bingung.Ni El langsung beranjak cepat dari sofanya, membuka pintu Apartemennya lebar. Matanya langsung bertemu dengan mata
Langkahku terhenti melihat Ni El yang berdiri menunggu pintuliftdi hadapannya terbuka. Ni El tampak melihat sekeliling sambil menyunggingkan senyum kecil, pada semua orang yang menyapanya. Mata kami yang bertemu membuat ku menyungingkan senyum kecil pada Ni El seperti biasanya, namun Ni El tampak berpaling cepat seakan ia tidak melihat kehadiranku.Senyumku memudar perlahan melihat sikap dingin itu, aku yang tidak mengetahui apa - apa mulai merasakan sesuatu yang aneh. Namun, perasaan aneh itu berubah menjadi rasa sedih. Perasaan sedih karena dia mengabaikanku.000Aku pun melalui hariku dengan perasaan sedih yang masih tertinggal itu. Kakiku terus melangkah, namun aku hanyut dalam pikiranku sendiri. Tiba - tiba suara familiar terdengar di telingaku membuat kakiku berhenti bergitu saja"menurutku ini bukan saat yang tepat untuk berpura - pura tidak melihatku!"Aku pun menoleh dengan kening berkerut kecil, mataku langsung