Tanggal terselenggaranya Seoul Fashio Week yang semakin dekat, membuat persiapan yang kami lakukan semakin banyak. Waktu kami untuk bermain - main semakin sedikit dan pekerjaan yang harus kami selesaikan semakin menumpuk.
Aku menjatuhkan kepalaku lemas ke atas meja sambil mengerang lelah. Waktu terasa cepat berputar membuatku tidak menyadari Matahari telah terbenam, Bulan telah bersinar indah, dan Bintang - bintang telah menghiasi langit.
Seluruh anggota timku berjalan melewatiku sambil melambai dengan bahu tertunduk lelah dan langkah yang terlihat lemas. Setelah melamabaikan tanganku dengan senyum yang di paksakan, aku kembali menjatuhkan diriku lemas mengisi tenagaku sebelum kembali melanjutkan sisa tugasku.
000
Ni El memandang ke sekeliling tersadar setelah sekian lama fokus pada layar komputernya. Matanya melebar melihat sekeliling kantor yang sudah gelap gulita, ia memutar lengannya melihat jam yang melingkar. Pria itu berkedip kecil melihat waktu ya
MUSIM HUJAN. JAKARTA.Aku selalu duduk menattap keluar jendela setiap kali hujan turun. Melihat titik air yang perlahan membasahi tanah selalu mengingatkanku pada Ibuku. Karena itu, aku membenci hujan.Setiap kali Musim Hujan tiba, ibuku akan mengeluarkan perlatannya dari Gudang dan duduk membuat lilin dengan berbagai aroma yang menenangkan. Aku pun selalu duduk di samping ibuku, melihat apa yang ia kerjakan dengan senyum dan tatapan kagum akan hasil tangannya yang bagiku sangat menakjubkan itu.Suatu hari, ketika hujan turun, kami duduk bersama seperti seharusnya. Ibuku menoleh dengan wajah berseri"Sophie, apa kau ingin coba membuatnya sendiri?" Tanya Ibuku lembut.Pertanyaan yang ibuku tanyakan hari itu, langsung membuat senyumku mengembang cerah dan aku pun mengangguk kuat menyetujui tawaran itu.Hari itu, adalah hari pertama aku menciptakan aromaku sendiri.000Setiap musim hujan datang membuat lilin menjadi tradisi kecilku dan Ibu. Hingga suatu hari, pujian yang keluar dari mulu
Eun Kyung duduk di ujung tempat tidurnya dengan ponsel yang menyala terang di tengannya. Ponselnya menunjukkan pesan yang di terimanya dari Eugene beberapa hari lalu"lakukan apa yang kau bisa, apapun yang kau lakukan aku tidak akan pernah memilihmu!" Tulisnya.Pesan yang menusuk tajam hati Eun Kyung itu terus menghantuinya, amarahnya tampak mendidih, tangannya tampak mengepal erat hingga kuku - kukunya menusuk dalam kulitnya. Eun Kyung tiba - tiba berdiri, melempar ponselnya sambil mengeluarkan teriakan keras dari mulutnya. Teriakan it, membuat semua orang yang mendengarnya dari balik pintu Kamar wanita itu, menyerbu masuk dengan mata terbelalak kaget.Pria paruh baya dengan setelan jas rapi membuka mulutnya hampa melihat kondisi Kamar putrinya yang sangat berantakan. Barang - barangnya berserakan acak di lantai, retakan terlihat di kaca meja riasnya, dan serpihan kaca yang bertebaran menunjukkan bekas darah di ujungnya. Pria itu langsung menghampiri putrinya c
Bibirku bergerak hampa, tidak tahu harus mengatakan apa menghadapi situasi ini. Senyum Moon Ho tersihat semakin mengembang dan ia memecahkan tawa kecil dari mulutny dalam hitungan detik"jangan tegang seperti itu, aku tidak bermaksud menakutimu..." timpalnya di sela tawa.Aku hanya diam tertunduk di tempatku, aku benar - benar tidak tahu bagaimana menghadapi situasi menegangkan yang aneh ini. Aku pun hanya mengangkat pandanganku perlahan sambil menyungingkan senyum kaku, tanganku terulur menjabat tangan KimHwaejangnim(Pimpinan Perusahaan) segan.Keheningan canggung menyelimuti kami setelah aku menjabat tangan KimHwaejangnim(Pimpinan Perusahaan) beberapa menit yang lalu. Aku melirik kecil jam yang terpasang di lengan kiriku pelan, lalu memutar mataku menatap punggung pira paruh baya yang sejak tadi mematung di depanku. Aku menggigit kecil bibirku cemas, mengingat waktu pertemuan yang akan berlangsung sembentar lagi 'bagai
Aku terdiam sambil menggaruk pelan nasiku dengan sendok emas di tanganku. Nafas besar yang terhembus begitu saja dari mulutku, membuat Eugene mengangkat pandangannya sambil menurunkan sumpit di tangannya perlahan. Matanya tampak mengamati sikap anehku itu sambil membuka mulutnya pelan"ada apa? Apa makanannya tidak enak?" Tanyanya cemas.Aku yang masih hanyut dalam lamunanku tidak menyadari Eugene yang berbicara di hadapanku. Pria itu meletakkan sumpitnya ke atas meja, lalu mengetuk pelan punggung tanganku membuatku tersadar dari pikiranku cepat"ada apa?" Tanyaku kaget.Eugene menghembuskan nafas kecil "seharusnya aku yang bertanya, ada apa denganmu sebenarnya?" Timpalnya membalik pertanyaanku.Aku pun melepaskan tawa kecil canggung sambil menggeleng cepat "tidak, tidak ada apa - apa..." tepisku cepat.Eugene menghela nafas pelan, ia melipat tangannya di atas meja terus menatapku lurus "aku tahu kau menyembunyikan sesuatu dariku, katakanlah
Ni El menaikkan alisnya menatapku yang hanya terdiam mematung di tempat, ia mengulurkan tangannya ke depan wajahku, lalu menjentikkan jarinya menyadarkanku dari lamunanku. Aku berkedip pelan menurunkan pandanganku cepat"maaf..." sahutku begitu saja.Ni El pun menghembuskan nafas besar dari mulutnya sambil mengangguk paham "aku rasa apa yang kau alami sangat berat, sampai - sampai kau kehilangan kendali atas dirimu seperti ini..." simpulnya cepat.Aku hanya menyunggingkan senyum canggung "apa sangat terlihat?" Tanyaku malu."Ada apa?""Aku tidak tahu..." jawabku bingung.Ni El pun semakin memusatkan perhatiannya padaku, menungguku mengungkapkan beban di hatiku dalam diam. Aku yang awalnya ragu, akhirnya membuka mulutku menceritakan pertemuanku dengan Ayah Eun Kyung yang tiba - tiba kemarin.000Ni El terdengar menghembuskan nafas kecil setelah aku selesai menceritakan apa yang mengganggu pikiranku belakangan ini, ia mengangguk
Eun Kyung melangkahkan kakinya anggun meyusuri koridor menuju Ruang Penyimpanan dengan tangan terlipat di depan dada. Langkahnya tampak melambat melihatku bersandar di tembok santai dengan kedua tangan di dalam saku jas putihku, matanya berputar megalihkan pandangan dariku dan langkahnya kembali terdengar cepat melewatiku begitu saja.Aku pun memusatkan pandangannku padanya lurus lalu membuka mulutku tegas"caramu bermain tidak adil tahu! Tidak seharusnya kau menyeret Ayahmu dalam masalah sepele ini, kenapa? Apa kau takut padaku?" Sahutku mengintimidasi.Langkah Eun Kyung pun terhenti mendengar kata - kataku yang menyulut amarahnya itu. Ia berbalik cepat, membuat rambut panjangnya terlempar ke belakang bahunya. Matanya menatapku tajam, menunjukkan amarahnya yang mendidih dalam hati. Senyumku melebar puas melihat ekspresi yang aku inginkan itu, aku menegakkan tubuhku berbalik mendekat ke arahnya berusaha tetap terlihat tenang"jika kau tidak meminta bantua
Aku menghembuskan nafas mempersiapkan diriku sebelum masuk ke medan perang, Ni El yang tiba ke Ruang Rapat, terus berjalan melewatiku begitu saja sambil menatapku dengan alis terangkat bingung"ada apa denganmu?" Tanyanya cepat.Aku hanya melepaskan tawa canggung, membuatnya menggeleng kecil sambil memalingkan wajahnya mendorong pintu besar di hadapannya.Eugene pun melewati punggungku cepat, menahan pintu di hadapannya lalu menoleh menatapku lurus"masuklah..." sahutnya gagah memberikan jalan padaku.Aku pun terpaksa melangkahkan kakiku dengan senyum yang ku paksakan masuk ke dalam Ruang Rapat 'selamat berperang!' Ucapku dalam hati.000Mata Ni El berputar kecil mengikuti tatapan tajam Eun Kyung yang ternyata mengarah padaku. Tatapan penuh dendam itu membuat senyum kecil Ni El mengembang, ia pun mengangkat tangannya menutupi bibirnya cepat sambil mengalihkan pandangannya dari Eun Kyung. Eugene yang melihat senyum kecil itu, menyenggo
Detik telfon yang terus berjalan tanpa terasa membuatku melewati malam yang panjang ini bersama Ni El."Apa pekerjaanmu sudah selesai?"Aku menggeleng kecil "sedikit lagi," timpalku terus menggerakkan jariku semakin cepat dari sebelumnya. Ni El menarik ponselnya melihat jam yang sudah menunjukkan pukul Satu dini hari, ia kembali menempelkan ponselnya ke telinga"hey, ini sudah jam Satu!" Timpalnya panik.Aku pun melirik jam di layar laptopku cepat lalu menyunggingkan senyum kecil "lalu kenapa? Apa anda tidak pernah tidur lebih dari jam SebelasDaepyonim(CEO)?" Tanyaku menghina.Ni El terdengar menghembuskan nafas kecil tidak terima dengan kata - kataku barusan "tentu saja pernah!" Timpalnya cepat.Aku hanya mengangguk kecil "ya, ya..." gumamku mematahkan kepercayaan diri Ni El.Aku menghembuskan nafas besar lalu menyimpal dokumen yang ku kerjakan "SELESAI!!" Sorakku lega. Ni El pun melebarkan matanya"Akhirn