Aku terdiam sambil menggaruk pelan nasiku dengan sendok emas di tanganku. Nafas besar yang terhembus begitu saja dari mulutku, membuat Eugene mengangkat pandangannya sambil menurunkan sumpit di tangannya perlahan. Matanya tampak mengamati sikap anehku itu sambil membuka mulutnya pelan
"ada apa? Apa makanannya tidak enak?" Tanyanya cemas.
Aku yang masih hanyut dalam lamunanku tidak menyadari Eugene yang berbicara di hadapanku. Pria itu meletakkan sumpitnya ke atas meja, lalu mengetuk pelan punggung tanganku membuatku tersadar dari pikiranku cepat
"ada apa?" Tanyaku kaget.
Eugene menghembuskan nafas kecil "seharusnya aku yang bertanya, ada apa denganmu sebenarnya?" Timpalnya membalik pertanyaanku.
Aku pun melepaskan tawa kecil canggung sambil menggeleng cepat "tidak, tidak ada apa - apa..." tepisku cepat.
Eugene menghela nafas pelan, ia melipat tangannya di atas meja terus menatapku lurus "aku tahu kau menyembunyikan sesuatu dariku, katakanlah
Ni El menaikkan alisnya menatapku yang hanya terdiam mematung di tempat, ia mengulurkan tangannya ke depan wajahku, lalu menjentikkan jarinya menyadarkanku dari lamunanku. Aku berkedip pelan menurunkan pandanganku cepat"maaf..." sahutku begitu saja.Ni El pun menghembuskan nafas besar dari mulutnya sambil mengangguk paham "aku rasa apa yang kau alami sangat berat, sampai - sampai kau kehilangan kendali atas dirimu seperti ini..." simpulnya cepat.Aku hanya menyunggingkan senyum canggung "apa sangat terlihat?" Tanyaku malu."Ada apa?""Aku tidak tahu..." jawabku bingung.Ni El pun semakin memusatkan perhatiannya padaku, menungguku mengungkapkan beban di hatiku dalam diam. Aku yang awalnya ragu, akhirnya membuka mulutku menceritakan pertemuanku dengan Ayah Eun Kyung yang tiba - tiba kemarin.000Ni El terdengar menghembuskan nafas kecil setelah aku selesai menceritakan apa yang mengganggu pikiranku belakangan ini, ia mengangguk
Eun Kyung melangkahkan kakinya anggun meyusuri koridor menuju Ruang Penyimpanan dengan tangan terlipat di depan dada. Langkahnya tampak melambat melihatku bersandar di tembok santai dengan kedua tangan di dalam saku jas putihku, matanya berputar megalihkan pandangan dariku dan langkahnya kembali terdengar cepat melewatiku begitu saja.Aku pun memusatkan pandangannku padanya lurus lalu membuka mulutku tegas"caramu bermain tidak adil tahu! Tidak seharusnya kau menyeret Ayahmu dalam masalah sepele ini, kenapa? Apa kau takut padaku?" Sahutku mengintimidasi.Langkah Eun Kyung pun terhenti mendengar kata - kataku yang menyulut amarahnya itu. Ia berbalik cepat, membuat rambut panjangnya terlempar ke belakang bahunya. Matanya menatapku tajam, menunjukkan amarahnya yang mendidih dalam hati. Senyumku melebar puas melihat ekspresi yang aku inginkan itu, aku menegakkan tubuhku berbalik mendekat ke arahnya berusaha tetap terlihat tenang"jika kau tidak meminta bantua
Aku menghembuskan nafas mempersiapkan diriku sebelum masuk ke medan perang, Ni El yang tiba ke Ruang Rapat, terus berjalan melewatiku begitu saja sambil menatapku dengan alis terangkat bingung"ada apa denganmu?" Tanyanya cepat.Aku hanya melepaskan tawa canggung, membuatnya menggeleng kecil sambil memalingkan wajahnya mendorong pintu besar di hadapannya.Eugene pun melewati punggungku cepat, menahan pintu di hadapannya lalu menoleh menatapku lurus"masuklah..." sahutnya gagah memberikan jalan padaku.Aku pun terpaksa melangkahkan kakiku dengan senyum yang ku paksakan masuk ke dalam Ruang Rapat 'selamat berperang!' Ucapku dalam hati.000Mata Ni El berputar kecil mengikuti tatapan tajam Eun Kyung yang ternyata mengarah padaku. Tatapan penuh dendam itu membuat senyum kecil Ni El mengembang, ia pun mengangkat tangannya menutupi bibirnya cepat sambil mengalihkan pandangannya dari Eun Kyung. Eugene yang melihat senyum kecil itu, menyenggo
Detik telfon yang terus berjalan tanpa terasa membuatku melewati malam yang panjang ini bersama Ni El."Apa pekerjaanmu sudah selesai?"Aku menggeleng kecil "sedikit lagi," timpalku terus menggerakkan jariku semakin cepat dari sebelumnya. Ni El menarik ponselnya melihat jam yang sudah menunjukkan pukul Satu dini hari, ia kembali menempelkan ponselnya ke telinga"hey, ini sudah jam Satu!" Timpalnya panik.Aku pun melirik jam di layar laptopku cepat lalu menyunggingkan senyum kecil "lalu kenapa? Apa anda tidak pernah tidur lebih dari jam SebelasDaepyonim(CEO)?" Tanyaku menghina.Ni El terdengar menghembuskan nafas kecil tidak terima dengan kata - kataku barusan "tentu saja pernah!" Timpalnya cepat.Aku hanya mengangguk kecil "ya, ya..." gumamku mematahkan kepercayaan diri Ni El.Aku menghembuskan nafas besar lalu menyimpal dokumen yang ku kerjakan "SELESAI!!" Sorakku lega. Ni El pun melebarkan matanya"Akhirn
"Tidak... aku tidak memanggilmu hey!!!" Tepisku berbohong.Pembicaraan kami kini berubah menjadi perdebatan penuh emosi. Semuanya berawal ketika Ni El teringat akan caraku mengakhiri panggilan kemarin. Aku mengutuk diriku kesal karena terlalu terbawa suasana kemarin, aku yang merasa Ni El menelfonku sebagai teman benar - benar kelewat batas.Mata Ni El menyipit dan senyum miring tersungging di ujung bibirnya menangkap kebohonganku, ia mengangguk kecil "benarkah?" Tanyanya mencobai.Aku pun menggangguk kuat "benar, aku berani bersumpah!" Timpalku yakin.Mulut Ni El terbuka hampa mendengar rasa percaya diriku yang besar itu, ia pun mengangguk kuat "baiklah, jika kau berbohong kau akan sakit perut besok!" Kutuknya tanpa berpikir panjang.Mataku langsung melebar kaget mendengar kutukan itu, aku pun membuka mulutku cepat"TIDAK!" Teriakku begitu saja.Ni El menajuhkan ponselnya dari telinga dengan wajah meringis kesakitan, ia mengusap pela
Ni El menurunkan ponselnya setelah aku mengakhiri panggilan singkat kami. Sorot matanya menajam teringat akan yang aku katakan"Eugene bersamanya sekarang," katanya pada udara hampa.Ni El kembali membuka kontak ponselnya cepat, lalu menempelkan ponselnya ke telinga cepat. Alisnya terangkat kecil mendengar suara Eun Kyung dari seberang telfon"apa kau mabuk?" Tanyanya cepat.Ni El pun langusng bangkit dari tempat tidurnya, bergegas meninggalkan Rumah dengan ponsel yang masih menempel di telinga.000Nafas besarnya terhembus melihat Eun Kyung yang tergeletak tak sadarkan diri di atas mejaBar.Seorang pelayan menghampirinya lalu membungkuk sopan menyerahkan ponsel merah muda milik Eun Kyung pada Ni El sopan. Pria itu menerima ponsel Eun Kyung lalu menopang tubuhnya cepat masuk ke dalam mobilnya.Eun Kyung yang perlahan membuka matanya, tersadar bahwa ia sudah berada di perjalanan pulang. Ni El pun membuka mulutnya me
Waktu yang berlalu cepat tanpa terasa membawaku pada detik - detik terpenting karirku. Aku menatap lurus namaku yang tercantum dalam dafar sponsor yang bekerja sama dalam Seoul Fashion Week tahun ini. Rasa bangga akan diriku sendiri semakin memenuhi hatiku. Aku pun mengeluarkan ponselku mengambil gambar proposal di tanganku, lalu mengirimkan foto itu pada Ruang Obrolan keluargaku. Senyum kecilku tersungging melihat pesan yang Ayahku kirimkan "wahh... kau akan terkenal sembentar lagi, haruskah papa meminta tanda tanganmu untuk di jual?" Aku menggerakkan jariku cepat sambil menahan tawaku membalas pesan Ayahku cepat. Setelah melihat pesan itu terkirim, aku pun memasukkan ponselku kembali ke dalam saku jas Laboratoriumku kembali melanjutkan pekerjaanku. 000 Ni El mengetuk kecil pintu Laboratorium, membuatku menoleh cepat ke arah pintu. Senyumku mengembang lebar, melihat Ni El yang bersandar dengan tangan terlipat di depan dada. Ni El pun menyunggingkan senyumnya sambil menaikkan sebel
Euegene menekan bell di hadapannya pelan, lalu memasukkan tangannya kembali ke dalam saku celana menunggu diam. Tak lama pintu di hadapannya terbuka kecil menunjukkan Ni El dengan kaus putih dan celana panjang biru yang tampak longgar. Kening Ni El berkerut kecil melihat kedatangan Eugene yang tiba - tiba itu, ia menyampirkan handuk merahnya di bahu kirinya cepat"kenapa tiba - tiba kau kemari?" Tanyanya santai.Eugene pun memiringkan kepalanya dengan alis terangkat sebelah "apa boleh aku masuk?" Timpalnya balik bertanya.Ni El pun mendorong pintu Apartemennya lebar, lalu melepaskan gagang pintunya cepat berbalik berjalan santai masuk. Eugene pun mengulurkan tangannya cepat menahan pintu di hadapannya, melangkah masuk ke dalam Apartemen Ni El santai seperti biasanya.Ni El melempar kecil handuk merahnya ke sofa Ruang Tengah, lalu berbelok menuju dapur di samping Ruang Tengah. Ia membuka lemari pendingin di ujung dapur, menoleh kecil menatap Eugene lurus "
Langkahku terhenti menatap mobil yang tampak aku kenali berhenti di depan tangga menuju Rumahku, si pemilik mobil yang menyadari kedatanganku turun dari mobilnya, dia menatapku lurus. Aku menghela nafas dalam sebelum kembali melanjutkan langkahku pelan, berhenti tak jauh dari pria yang sudah menungguku entah sejak kapan. "Dimana kau tidur semalam?" "Rumah Mi Do, sejak kapanSunbae(Senior) menungguku?" Timpalku balik bertanya. Eugene melepaskan nafas panjang sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana, ia mengangguk pelan "lupakan, apa kau baik - baik saja?" Tepisnya mengalihkan topik. Aku mengarahkan pandanganku menatap Eugene lurus - lurus, aku pun langsung menyadari bahwa ia menyembunyikan sesuatu dariku saat ini. Aku menganggukkan kepalaku pelan "hmm, aku baik - baik saja,Sunbae(Senior) sendiri?" Tanyaku canggung. Eugene ikut mengangguk kecil "aku baik," timpalnya cepat. Nafa
Aku berguling gelisah memikirkan masalah yang menimpaku ini, aku tidak mungkin hidupa dalam persembunyian terus seperti ini. Aku juga merasa bahwa ini masalahku, jadi aku harus menyelesaikannya sendiri.Aku bangun dari tidurku cepat, meraih ponselku di samping tempat tidur. Jariku bergerak sibuk mencari tahu berita terbaru tentang kasusuku ini, membuat keningku mulai berkerut. Aku membenarkan posisi duduku, menggerakkan jariku semakin cepat, mencari lebih teliti."Apa yang terjadi?" Tanyaku sendiri.Aku menurunkan ponselku dengan nafas besar terhembus begitu saja dari mulutku, kepalaku mulai berpikir keras tentang kejadian aneh ini. Aku pun kembali mengangkat ponselku, memastikan apa yang aku lihat ini benar. Aku tidak percaya akan apa yang aku lihat."Kenapa semuanya menghilang begitu saja?" Tanyaku bingung.Aku membuka selimutku turun dari tempat tidur cepat, menghampiri Ha Na yang tidur di sofa depan. Aku menggoyang tubuh Ha Na cepat membangunka
Aku terdiam menatap ponselku lurus, rasa cemas dalam hatiku semakin menghantuiku seiring usahaku untuk menahannya. Ponselku yang tiba - tiba bergetar, membuat mataku melebar dan harapanku bangkit. Aku langsung menatap ponselku lurus - lurus, namun harpan itu terasa hancur dalam hitungan detik.[Apa kau baik - baik saja?]Pesan itu terlihat hangat, hanya saja pesan itu datang bukan dari orang yang aku harapkan saat ini. Aku terdiam menatap nama Eugene sebagai pengirim pesan itu, aku pun menghembuskan nafas pelan "apa yang kau harapkan Sophie," keluhku tersadar.Aku menggerakkan jariku cepat, membalas pesan itu lalu mengirimkannya dengan rasa kecewa di hatiku. Aku menyisir rambutku ke belakang, menunduk dalam berusaha menenangkan diriku sendiri. Mi Do dan Ha Na yang melihat kegelisahanku pun menghembuskan nafas besra kompak, Ha Na menutup ponselnya cepat sambil membuka mulutnya"sebaiknya kau tidak berusaha untuk mencari tahu keadaan di luar sana lebih dulu
Eugene duduk menatap Eun Kyung yang tersenyum penuh kemenangan tajam. Wanita di hadapanya terdiam menatapnya lurus dengan tangan terlipat di depan dada anguh, sambil menyandarkan tubuhnya nyaman di kursi."Aku tahu cepat atau lambat kau akan mencariku," buka Eun Kyung percaya diri.Eugene memalingkan wajahnya dengan air muka kesal, sambil menghembuskan nafas besar dari mulutnya keras. Ia menelan berat air liurnya sebelum akhirnya membuka mulutnya"kau yang melakukan semua ini bukan?" Tanyanya menuduh.Eun Kyung melepaskan tawa keras mendengar nada kesal Eugene yang semakin memuaskan hatinya, wanita itu melepaskan nafas lega berusaha mengendalikan tawanya "aku tidak menyangka membuatmu marah akan semudah ini, sangat menarik..." timpalnya.Eugene mengepalkan tangannya perlahan mendengar perkataan Eun Kyung itu, ia menunduk sambil menjilat kecil bibirnya berusaha menahan emosinya yang semakin mendidih. Matanya berputar tajam menatap Eun Kyung lurus, m
Kerutan terlihat samar di keningku saat aku mengetahui ponselku yang mati sejak tadi, aku meghembuskan nafas teringat bahwa aku belum sempat menyalakan ponselku sejak dari Bandara tadi.Mataku melebar kecil merasakan getaran berturut - turut dari ponselku, pemberitahuan pesan masuk bergantian, nomor - nomor yang tidak di kenal pun terlihat menghubungiku. Keningku langsung berkerut dalam seiring rasa curiga yang memenuhi hatiku. Aku langsung menggerakkan jariku cepat mengetuk layar ponselku, membuka ruang obrolanku dengan teman - temanku yang meninggalkan banyak pemberitahuan.[Hey, Sophie dimana kau? Kau sudah melihat berita ini?][Sophie, apa kau baik - baik saja?][Hey, kau membuat kami takut... hubungi kami secepatnya!]Aku pun mengetuk tautan yang Mi Do kirimkan, membaca semua isi berita yang terpajang di layar ponselku cepat, mataku mulai melebar dan aku membekap mulutku yang terbuka hampa kaget melihat berita itu. Aku tidak percaya apa
Mobil Ni El yang melanju cepat menuyusi jalan raya membuatku cemas akan keselamatan kami, aku menoleh kesal sambil terus menggenggam erat sabuk pengamanku."Hey, pelan - pelan saja! Kita bisa celaka kalau begini terus!" Protesku kesal.Ni El menginjak gasnya semakin dalam, mengabaikan perkataanku hanyut dalam emosinya sendiri. Aku yang semakin kesal dengan sikap itu pun kembali membuka mulutku "HEY!" Teriakku. Ni El langsung memutar roda kemudinya, menepikan mobil yang kami tumpangi, memindahkan kakinya cepat, menginjak dalam rem mobilnya.Tubuhku yang terbanting keras ke sandaran kursi membuat amarahku semakin tersulut, aku menyampirkan poniku yang berantakan, menatap Ni El sinis "HEY! APA KAU SUDAH GILA?" Amukku kesal."KAU SENDIRI APA MASIH WARAS?" Bentaknya menatapku dengan maa melotot kesal.Ni El memalingkan wajahnya sambil melepaskan nafas besar, berusaha mengendalikan emosinya. Ia kembali menoleh menatapku lurus, membuatku mencengkram sabuk
Ni El mengusap darah segar yang mengalir dari luka di ujung bibirnya, ia melepaskan nafas besar lalu menoleh menatap Eugene lurus "maafkan aku," sahutnya canggung.Eugene hanya diam tertunduk dalam dengan tatapan kosong, mengabaikan permintaan maaf Ni El itu. Ia melepaskan nafas besar, membalikkan badannya hendak meninggalkan ruangan Ni El, namun Ni El menahan langkahnya."Sophie belum mengetahui apapun yang terjadi!"Tangan Eugene mengepal kuat mendengar kata - kata itu, ia menoleh kecil menatap Ni El sinis "lalu? Apa maumu sekarang?" Tanyanya menantang.Ni El kembali menghembuskan nafas besar dari mulutnya, ia menundukkan kepalanya sambil menggeleng kecil "aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan sekarang, tapi aku ingin meminta bantuanmu..." jawabnya meninggalkan harga dirinya.Amarah Eugene yang semakin tersulut, membuatnya melepaskan nafas kecil sambil menggeleng heran "apa aku terlihat seperti akan memberimu bantuan?" Tanyanya menghina. Euge
Dae Gil menghembuskan nafas panjang dari mulutnya, kembali mengarahkan pandangannya lurus padaku. Ia memaksakan senyum kecil sebelum kembali membuka mulutnya "aku menyesalinya..." sahutnya. Dae Gil meremas erat kedua tangannya sambil menunduk dalam, nafas berat kembali terdengar dari mulut Dae Gil. Ia menggelengkan kepalanya pelan "aku tidak seharusnya membohongi Ni El saat kami bercerai," lanjutnya penuh penyesalan.Mataku melebar kecil mendengar kejujuran itu, mulutku terbuka kecil hampa, aku terdiam tidak tahu harus mengatakan apa menanggapi perkataan itu.Dae Gil pun kembali mengeluarkan suaranya "aku tidak ingin ia terluka jika semua orang tahu bahwa kami bercerai karena ia memilih pria itu," bukanya. Dae Gil melepaskan nafas pelan "jadi aku berbohong pada wartawan, aku mengatakan kami bercerai karena perebutan ahli waris," lanjutnya terdengar berat."Tapi anda tidak menyangka bahwa itu akan sangat menyakiti HongDaepyo (CEO)?" Timpalku begitu
Waktu berlalu dengan senyuman, membuat Dae Gil semakin yakin bahwa semuanya kini baik - baik saja.Segalanya terasa seperti sebagaimana harusnya, seperti apa yang Dae Gil harapkan. Kebahagiaan Dae Gil semakin memuncak setelah mendengar kabar kehamilan Seo Hwa, sukacita yang tidak terbilang dengan kata - kata semkin memenuhi hati Dae Gil.Kelahiran Ni El, menjadi awal perjalanan baru mereka menuju kebahagiaan yang lebih dari sebelumnya.000Dae Gil terdiam menatap kosong keluar jendela teringat akan kebahagiaan mereka saat menggendong Ni El di hari kelahirannya. Senyumnya mengembang kecil meskipun sorot matanya sangat sayu.Aku hanya terdiam hanyut dalam keheningan, hatiku tiba - tiba ikut merasakan kesedihan yang Dae Gil simpan di dalam hatinya saat ini."Saat Ni El lahir dulu, aku sangat bahagia..." bukanya. Dae Gil memalingkan wajahnya menatapku lurus "hari itu aku berjanji akan membuatnya bahagia, aku berjanji akan memberikannya keluarga