Ni El menaikkan alisnya menatapku yang hanya terdiam mematung di tempat, ia mengulurkan tangannya ke depan wajahku, lalu menjentikkan jarinya menyadarkanku dari lamunanku. Aku berkedip pelan menurunkan pandanganku cepat
"maaf..." sahutku begitu saja.
Ni El pun menghembuskan nafas besar dari mulutnya sambil mengangguk paham "aku rasa apa yang kau alami sangat berat, sampai - sampai kau kehilangan kendali atas dirimu seperti ini..." simpulnya cepat.
Aku hanya menyunggingkan senyum canggung "apa sangat terlihat?" Tanyaku malu.
"Ada apa?"
"Aku tidak tahu..." jawabku bingung.
Ni El pun semakin memusatkan perhatiannya padaku, menungguku mengungkapkan beban di hatiku dalam diam. Aku yang awalnya ragu, akhirnya membuka mulutku menceritakan pertemuanku dengan Ayah Eun Kyung yang tiba - tiba kemarin.
000
Ni El terdengar menghembuskan nafas kecil setelah aku selesai menceritakan apa yang mengganggu pikiranku belakangan ini, ia mengangguk
Eun Kyung melangkahkan kakinya anggun meyusuri koridor menuju Ruang Penyimpanan dengan tangan terlipat di depan dada. Langkahnya tampak melambat melihatku bersandar di tembok santai dengan kedua tangan di dalam saku jas putihku, matanya berputar megalihkan pandangan dariku dan langkahnya kembali terdengar cepat melewatiku begitu saja.Aku pun memusatkan pandangannku padanya lurus lalu membuka mulutku tegas"caramu bermain tidak adil tahu! Tidak seharusnya kau menyeret Ayahmu dalam masalah sepele ini, kenapa? Apa kau takut padaku?" Sahutku mengintimidasi.Langkah Eun Kyung pun terhenti mendengar kata - kataku yang menyulut amarahnya itu. Ia berbalik cepat, membuat rambut panjangnya terlempar ke belakang bahunya. Matanya menatapku tajam, menunjukkan amarahnya yang mendidih dalam hati. Senyumku melebar puas melihat ekspresi yang aku inginkan itu, aku menegakkan tubuhku berbalik mendekat ke arahnya berusaha tetap terlihat tenang"jika kau tidak meminta bantua
Aku menghembuskan nafas mempersiapkan diriku sebelum masuk ke medan perang, Ni El yang tiba ke Ruang Rapat, terus berjalan melewatiku begitu saja sambil menatapku dengan alis terangkat bingung"ada apa denganmu?" Tanyanya cepat.Aku hanya melepaskan tawa canggung, membuatnya menggeleng kecil sambil memalingkan wajahnya mendorong pintu besar di hadapannya.Eugene pun melewati punggungku cepat, menahan pintu di hadapannya lalu menoleh menatapku lurus"masuklah..." sahutnya gagah memberikan jalan padaku.Aku pun terpaksa melangkahkan kakiku dengan senyum yang ku paksakan masuk ke dalam Ruang Rapat 'selamat berperang!' Ucapku dalam hati.000Mata Ni El berputar kecil mengikuti tatapan tajam Eun Kyung yang ternyata mengarah padaku. Tatapan penuh dendam itu membuat senyum kecil Ni El mengembang, ia pun mengangkat tangannya menutupi bibirnya cepat sambil mengalihkan pandangannya dari Eun Kyung. Eugene yang melihat senyum kecil itu, menyenggo
Detik telfon yang terus berjalan tanpa terasa membuatku melewati malam yang panjang ini bersama Ni El."Apa pekerjaanmu sudah selesai?"Aku menggeleng kecil "sedikit lagi," timpalku terus menggerakkan jariku semakin cepat dari sebelumnya. Ni El menarik ponselnya melihat jam yang sudah menunjukkan pukul Satu dini hari, ia kembali menempelkan ponselnya ke telinga"hey, ini sudah jam Satu!" Timpalnya panik.Aku pun melirik jam di layar laptopku cepat lalu menyunggingkan senyum kecil "lalu kenapa? Apa anda tidak pernah tidur lebih dari jam SebelasDaepyonim(CEO)?" Tanyaku menghina.Ni El terdengar menghembuskan nafas kecil tidak terima dengan kata - kataku barusan "tentu saja pernah!" Timpalnya cepat.Aku hanya mengangguk kecil "ya, ya..." gumamku mematahkan kepercayaan diri Ni El.Aku menghembuskan nafas besar lalu menyimpal dokumen yang ku kerjakan "SELESAI!!" Sorakku lega. Ni El pun melebarkan matanya"Akhirn
"Tidak... aku tidak memanggilmu hey!!!" Tepisku berbohong.Pembicaraan kami kini berubah menjadi perdebatan penuh emosi. Semuanya berawal ketika Ni El teringat akan caraku mengakhiri panggilan kemarin. Aku mengutuk diriku kesal karena terlalu terbawa suasana kemarin, aku yang merasa Ni El menelfonku sebagai teman benar - benar kelewat batas.Mata Ni El menyipit dan senyum miring tersungging di ujung bibirnya menangkap kebohonganku, ia mengangguk kecil "benarkah?" Tanyanya mencobai.Aku pun menggangguk kuat "benar, aku berani bersumpah!" Timpalku yakin.Mulut Ni El terbuka hampa mendengar rasa percaya diriku yang besar itu, ia pun mengangguk kuat "baiklah, jika kau berbohong kau akan sakit perut besok!" Kutuknya tanpa berpikir panjang.Mataku langsung melebar kaget mendengar kutukan itu, aku pun membuka mulutku cepat"TIDAK!" Teriakku begitu saja.Ni El menajuhkan ponselnya dari telinga dengan wajah meringis kesakitan, ia mengusap pela
Ni El menurunkan ponselnya setelah aku mengakhiri panggilan singkat kami. Sorot matanya menajam teringat akan yang aku katakan"Eugene bersamanya sekarang," katanya pada udara hampa.Ni El kembali membuka kontak ponselnya cepat, lalu menempelkan ponselnya ke telinga cepat. Alisnya terangkat kecil mendengar suara Eun Kyung dari seberang telfon"apa kau mabuk?" Tanyanya cepat.Ni El pun langusng bangkit dari tempat tidurnya, bergegas meninggalkan Rumah dengan ponsel yang masih menempel di telinga.000Nafas besarnya terhembus melihat Eun Kyung yang tergeletak tak sadarkan diri di atas mejaBar.Seorang pelayan menghampirinya lalu membungkuk sopan menyerahkan ponsel merah muda milik Eun Kyung pada Ni El sopan. Pria itu menerima ponsel Eun Kyung lalu menopang tubuhnya cepat masuk ke dalam mobilnya.Eun Kyung yang perlahan membuka matanya, tersadar bahwa ia sudah berada di perjalanan pulang. Ni El pun membuka mulutnya me
Waktu yang berlalu cepat tanpa terasa membawaku pada detik - detik terpenting karirku. Aku menatap lurus namaku yang tercantum dalam dafar sponsor yang bekerja sama dalam Seoul Fashion Week tahun ini. Rasa bangga akan diriku sendiri semakin memenuhi hatiku. Aku pun mengeluarkan ponselku mengambil gambar proposal di tanganku, lalu mengirimkan foto itu pada Ruang Obrolan keluargaku. Senyum kecilku tersungging melihat pesan yang Ayahku kirimkan "wahh... kau akan terkenal sembentar lagi, haruskah papa meminta tanda tanganmu untuk di jual?" Aku menggerakkan jariku cepat sambil menahan tawaku membalas pesan Ayahku cepat. Setelah melihat pesan itu terkirim, aku pun memasukkan ponselku kembali ke dalam saku jas Laboratoriumku kembali melanjutkan pekerjaanku. 000 Ni El mengetuk kecil pintu Laboratorium, membuatku menoleh cepat ke arah pintu. Senyumku mengembang lebar, melihat Ni El yang bersandar dengan tangan terlipat di depan dada. Ni El pun menyunggingkan senyumnya sambil menaikkan sebel
Euegene menekan bell di hadapannya pelan, lalu memasukkan tangannya kembali ke dalam saku celana menunggu diam. Tak lama pintu di hadapannya terbuka kecil menunjukkan Ni El dengan kaus putih dan celana panjang biru yang tampak longgar. Kening Ni El berkerut kecil melihat kedatangan Eugene yang tiba - tiba itu, ia menyampirkan handuk merahnya di bahu kirinya cepat"kenapa tiba - tiba kau kemari?" Tanyanya santai.Eugene pun memiringkan kepalanya dengan alis terangkat sebelah "apa boleh aku masuk?" Timpalnya balik bertanya.Ni El pun mendorong pintu Apartemennya lebar, lalu melepaskan gagang pintunya cepat berbalik berjalan santai masuk. Eugene pun mengulurkan tangannya cepat menahan pintu di hadapannya, melangkah masuk ke dalam Apartemen Ni El santai seperti biasanya.Ni El melempar kecil handuk merahnya ke sofa Ruang Tengah, lalu berbelok menuju dapur di samping Ruang Tengah. Ia membuka lemari pendingin di ujung dapur, menoleh kecil menatap Eugene lurus "
Aku menoleh kecil mendengar suara ketukan dari pintu depan Rumahku. Aku pun segera bangkit darisofaruang tengahku, membuka pintu Rumahku cepat. Mataku melebar melihat Eugene yang berdiri tegap di depan Rumahku, dengan nafas terdengah pelan. Aku membuka lebar pintu Rumahku cepat"Sunbae (Senior), ada apa malam - malam begi-?" Tanyanyaku terhenti.Eugene tiba - tiba menarikku cepat masuk ke dalam pelukan eratnya, membuat nafasku tercekat dan dadaku terasa sesak. Aku menepuk cepat punggungnya sambil mengerang kesakitan"Sunbae (Senior)! Sunbae (Senior)!" Panggilku pelan.Eugene yang tersadar, langsung melepaskan pelukannya cepat, menatapku yang terbatuk keras lurus dengan air muka cemas. Ia menepuk kecil punggungku"maaf, maaf, kau tidak apa?" Tanyanya cemas.Aku pun melambaikan tanganku lemas sambil terbatuk cepat, berusaha mengatur nafasku lega. Aku menggeleng kecil "tidak apa..." timpalku pelan