Detik telfon yang terus berjalan tanpa terasa membuatku melewati malam yang panjang ini bersama Ni El.
"Apa pekerjaanmu sudah selesai?"
Aku menggeleng kecil "sedikit lagi," timpalku terus menggerakkan jariku semakin cepat dari sebelumnya. Ni El menarik ponselnya melihat jam yang sudah menunjukkan pukul Satu dini hari, ia kembali menempelkan ponselnya ke telinga
"hey, ini sudah jam Satu!" Timpalnya panik.
Aku pun melirik jam di layar laptopku cepat lalu menyunggingkan senyum kecil "lalu kenapa? Apa anda tidak pernah tidur lebih dari jam Sebelas Daepyonim (CEO)?" Tanyaku menghina.
Ni El terdengar menghembuskan nafas kecil tidak terima dengan kata - kataku barusan "tentu saja pernah!" Timpalnya cepat.
Aku hanya mengangguk kecil "ya, ya..." gumamku mematahkan kepercayaan diri Ni El.
Aku menghembuskan nafas besar lalu menyimpal dokumen yang ku kerjakan "SELESAI!!" Sorakku lega. Ni El pun melebarkan matanya
"Akhirn
"Tidak... aku tidak memanggilmu hey!!!" Tepisku berbohong.Pembicaraan kami kini berubah menjadi perdebatan penuh emosi. Semuanya berawal ketika Ni El teringat akan caraku mengakhiri panggilan kemarin. Aku mengutuk diriku kesal karena terlalu terbawa suasana kemarin, aku yang merasa Ni El menelfonku sebagai teman benar - benar kelewat batas.Mata Ni El menyipit dan senyum miring tersungging di ujung bibirnya menangkap kebohonganku, ia mengangguk kecil "benarkah?" Tanyanya mencobai.Aku pun menggangguk kuat "benar, aku berani bersumpah!" Timpalku yakin.Mulut Ni El terbuka hampa mendengar rasa percaya diriku yang besar itu, ia pun mengangguk kuat "baiklah, jika kau berbohong kau akan sakit perut besok!" Kutuknya tanpa berpikir panjang.Mataku langsung melebar kaget mendengar kutukan itu, aku pun membuka mulutku cepat"TIDAK!" Teriakku begitu saja.Ni El menajuhkan ponselnya dari telinga dengan wajah meringis kesakitan, ia mengusap pela
Ni El menurunkan ponselnya setelah aku mengakhiri panggilan singkat kami. Sorot matanya menajam teringat akan yang aku katakan"Eugene bersamanya sekarang," katanya pada udara hampa.Ni El kembali membuka kontak ponselnya cepat, lalu menempelkan ponselnya ke telinga cepat. Alisnya terangkat kecil mendengar suara Eun Kyung dari seberang telfon"apa kau mabuk?" Tanyanya cepat.Ni El pun langusng bangkit dari tempat tidurnya, bergegas meninggalkan Rumah dengan ponsel yang masih menempel di telinga.000Nafas besarnya terhembus melihat Eun Kyung yang tergeletak tak sadarkan diri di atas mejaBar.Seorang pelayan menghampirinya lalu membungkuk sopan menyerahkan ponsel merah muda milik Eun Kyung pada Ni El sopan. Pria itu menerima ponsel Eun Kyung lalu menopang tubuhnya cepat masuk ke dalam mobilnya.Eun Kyung yang perlahan membuka matanya, tersadar bahwa ia sudah berada di perjalanan pulang. Ni El pun membuka mulutnya me
Waktu yang berlalu cepat tanpa terasa membawaku pada detik - detik terpenting karirku. Aku menatap lurus namaku yang tercantum dalam dafar sponsor yang bekerja sama dalam Seoul Fashion Week tahun ini. Rasa bangga akan diriku sendiri semakin memenuhi hatiku. Aku pun mengeluarkan ponselku mengambil gambar proposal di tanganku, lalu mengirimkan foto itu pada Ruang Obrolan keluargaku. Senyum kecilku tersungging melihat pesan yang Ayahku kirimkan "wahh... kau akan terkenal sembentar lagi, haruskah papa meminta tanda tanganmu untuk di jual?" Aku menggerakkan jariku cepat sambil menahan tawaku membalas pesan Ayahku cepat. Setelah melihat pesan itu terkirim, aku pun memasukkan ponselku kembali ke dalam saku jas Laboratoriumku kembali melanjutkan pekerjaanku. 000 Ni El mengetuk kecil pintu Laboratorium, membuatku menoleh cepat ke arah pintu. Senyumku mengembang lebar, melihat Ni El yang bersandar dengan tangan terlipat di depan dada. Ni El pun menyunggingkan senyumnya sambil menaikkan sebel
Euegene menekan bell di hadapannya pelan, lalu memasukkan tangannya kembali ke dalam saku celana menunggu diam. Tak lama pintu di hadapannya terbuka kecil menunjukkan Ni El dengan kaus putih dan celana panjang biru yang tampak longgar. Kening Ni El berkerut kecil melihat kedatangan Eugene yang tiba - tiba itu, ia menyampirkan handuk merahnya di bahu kirinya cepat"kenapa tiba - tiba kau kemari?" Tanyanya santai.Eugene pun memiringkan kepalanya dengan alis terangkat sebelah "apa boleh aku masuk?" Timpalnya balik bertanya.Ni El pun mendorong pintu Apartemennya lebar, lalu melepaskan gagang pintunya cepat berbalik berjalan santai masuk. Eugene pun mengulurkan tangannya cepat menahan pintu di hadapannya, melangkah masuk ke dalam Apartemen Ni El santai seperti biasanya.Ni El melempar kecil handuk merahnya ke sofa Ruang Tengah, lalu berbelok menuju dapur di samping Ruang Tengah. Ia membuka lemari pendingin di ujung dapur, menoleh kecil menatap Eugene lurus "
Aku menoleh kecil mendengar suara ketukan dari pintu depan Rumahku. Aku pun segera bangkit darisofaruang tengahku, membuka pintu Rumahku cepat. Mataku melebar melihat Eugene yang berdiri tegap di depan Rumahku, dengan nafas terdengah pelan. Aku membuka lebar pintu Rumahku cepat"Sunbae (Senior), ada apa malam - malam begi-?" Tanyanyaku terhenti.Eugene tiba - tiba menarikku cepat masuk ke dalam pelukan eratnya, membuat nafasku tercekat dan dadaku terasa sesak. Aku menepuk cepat punggungnya sambil mengerang kesakitan"Sunbae (Senior)! Sunbae (Senior)!" Panggilku pelan.Eugene yang tersadar, langsung melepaskan pelukannya cepat, menatapku yang terbatuk keras lurus dengan air muka cemas. Ia menepuk kecil punggungku"maaf, maaf, kau tidak apa?" Tanyanya cemas.Aku pun melambaikan tanganku lemas sambil terbatuk cepat, berusaha mengatur nafasku lega. Aku menggeleng kecil "tidak apa..." timpalku pelan
Aku berdiri menunggu pintuliftdi hadapanku yang akan terbuka dalam beberapa detik. Kakiku yang melangkah kecil, terhenti begitu saja melihat Eugene dan Ni El yang berdiri berjajar di dalam lift. Mataku berputar menatap keduanya bergantian, membuat kakiku mengambil langkah mundur begitu saja. Pintuliftperlahan tertutup dengan sendirinya, memutus pandanganku dari keduanya begitu saja.000Eugene mengulurkan tangannya pelan, namun gerakannya terhenti melihat pintu besi yang telah tertutup rapat. Ia pun menurunkan tangannya perlahan sambil menghembuskan nafas kecil dari mulutnya.Ni El melirik kecil ke arah Eugene, menatap wajah lirih pria itu yang membuatnya menyadari sesuatu terjadi di antara kami. Ia mengalihkan pandangannya cepat dengan nafas kecil terhembus pelan, mengabaikan situasi untuk saat ini.Ni El melangkahkan kakinya cepat keluar darilift,begitu melihat pintu besi di hadapan
Eun Kyung terdiam di ruang kerjanya dengan tangan terlipat di atas meja, hayut dalam pikirannya. Kepalanya memainkan berbagai kejadian yang di lihatnya selama ia bekerja di De Roz, dan mulai mengakaitkan kejadian - kejadian itu satu per satu. Eun Kyung menghembuskan nafas kecil sambil menggigit bibir bawahnya ragu, ia pun meraih ponselnya cepat lalu mengetuk kontak seseorang untuk menghubunginya"hmm, ini aku!" Sapanya cepat.Senyum kecilnya tesungging ringan, Eun Kyung pun menyandarkan tubuhnya satai sambil memindah ponselnya ke telinga sebelah kanannya. Ia menggeleng singkat"tidak, aku butuh bantuanmu sekarang."Mendengar jawaban dari sosok yang di hubunginya, Eun Kyung segera bangkit dari kursinya meraih tas dan jaketnya yang tergantung tak jauh di belakangnya.000Sosok wanita dengan rambut pendek yang tampan bergelombang melangkahkan kaki rampingnya masuk ke Ruang VIP, alisnya terangkat kecil melihat Eun Kyung yang duduk sambil menyesa
BEBERAPA BULAN LALU.Eugene menghembuskan nafas kecil sambil menoleh ke sekeliling, menunggu kedatangan seseorang di depan Club Malam yang tampak ramai. Ia menoleh ke kiri dengan mata menyipit tersorot lampu mobil yang berhenti agak jauh darinya, senyumnya mengembang kecil tampak mengenali mobil yang berhenti itu. Eugene pun berlari kecil menghampiri mobil itu lalu menunduk pelan menatap sosok di balik kemudi.Ni El menekan tombol di samping pintunya, menurunkan jendela mobilnya menunjukkan dirinya pada Eugene yang menunggunya dengan senyum cerah. Ia menaikkan alisnya dengan air muka kesal"ada apa?"Eugene pun menggerakkan kepalanya pelan "ayo, masuk! Aku akan memperkenalkanmu pada Pewaris HanMan, saat ini dia sedang merayakan ulang tahunnya disini," ajak Eugene cepat.Ni El pun memutar matanya kesal, ia terpaksa turun dari mobilnya mengikuti permintaan Eugene yang jarang ia setujui.000Dentuman musi menggema keras di
Langkahku terhenti menatap mobil yang tampak aku kenali berhenti di depan tangga menuju Rumahku, si pemilik mobil yang menyadari kedatanganku turun dari mobilnya, dia menatapku lurus. Aku menghela nafas dalam sebelum kembali melanjutkan langkahku pelan, berhenti tak jauh dari pria yang sudah menungguku entah sejak kapan. "Dimana kau tidur semalam?" "Rumah Mi Do, sejak kapanSunbae(Senior) menungguku?" Timpalku balik bertanya. Eugene melepaskan nafas panjang sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana, ia mengangguk pelan "lupakan, apa kau baik - baik saja?" Tepisnya mengalihkan topik. Aku mengarahkan pandanganku menatap Eugene lurus - lurus, aku pun langsung menyadari bahwa ia menyembunyikan sesuatu dariku saat ini. Aku menganggukkan kepalaku pelan "hmm, aku baik - baik saja,Sunbae(Senior) sendiri?" Tanyaku canggung. Eugene ikut mengangguk kecil "aku baik," timpalnya cepat. Nafa
Aku berguling gelisah memikirkan masalah yang menimpaku ini, aku tidak mungkin hidupa dalam persembunyian terus seperti ini. Aku juga merasa bahwa ini masalahku, jadi aku harus menyelesaikannya sendiri.Aku bangun dari tidurku cepat, meraih ponselku di samping tempat tidur. Jariku bergerak sibuk mencari tahu berita terbaru tentang kasusuku ini, membuat keningku mulai berkerut. Aku membenarkan posisi duduku, menggerakkan jariku semakin cepat, mencari lebih teliti."Apa yang terjadi?" Tanyaku sendiri.Aku menurunkan ponselku dengan nafas besar terhembus begitu saja dari mulutku, kepalaku mulai berpikir keras tentang kejadian aneh ini. Aku pun kembali mengangkat ponselku, memastikan apa yang aku lihat ini benar. Aku tidak percaya akan apa yang aku lihat."Kenapa semuanya menghilang begitu saja?" Tanyaku bingung.Aku membuka selimutku turun dari tempat tidur cepat, menghampiri Ha Na yang tidur di sofa depan. Aku menggoyang tubuh Ha Na cepat membangunka
Aku terdiam menatap ponselku lurus, rasa cemas dalam hatiku semakin menghantuiku seiring usahaku untuk menahannya. Ponselku yang tiba - tiba bergetar, membuat mataku melebar dan harapanku bangkit. Aku langsung menatap ponselku lurus - lurus, namun harpan itu terasa hancur dalam hitungan detik.[Apa kau baik - baik saja?]Pesan itu terlihat hangat, hanya saja pesan itu datang bukan dari orang yang aku harapkan saat ini. Aku terdiam menatap nama Eugene sebagai pengirim pesan itu, aku pun menghembuskan nafas pelan "apa yang kau harapkan Sophie," keluhku tersadar.Aku menggerakkan jariku cepat, membalas pesan itu lalu mengirimkannya dengan rasa kecewa di hatiku. Aku menyisir rambutku ke belakang, menunduk dalam berusaha menenangkan diriku sendiri. Mi Do dan Ha Na yang melihat kegelisahanku pun menghembuskan nafas besra kompak, Ha Na menutup ponselnya cepat sambil membuka mulutnya"sebaiknya kau tidak berusaha untuk mencari tahu keadaan di luar sana lebih dulu
Eugene duduk menatap Eun Kyung yang tersenyum penuh kemenangan tajam. Wanita di hadapanya terdiam menatapnya lurus dengan tangan terlipat di depan dada anguh, sambil menyandarkan tubuhnya nyaman di kursi."Aku tahu cepat atau lambat kau akan mencariku," buka Eun Kyung percaya diri.Eugene memalingkan wajahnya dengan air muka kesal, sambil menghembuskan nafas besar dari mulutnya keras. Ia menelan berat air liurnya sebelum akhirnya membuka mulutnya"kau yang melakukan semua ini bukan?" Tanyanya menuduh.Eun Kyung melepaskan tawa keras mendengar nada kesal Eugene yang semakin memuaskan hatinya, wanita itu melepaskan nafas lega berusaha mengendalikan tawanya "aku tidak menyangka membuatmu marah akan semudah ini, sangat menarik..." timpalnya.Eugene mengepalkan tangannya perlahan mendengar perkataan Eun Kyung itu, ia menunduk sambil menjilat kecil bibirnya berusaha menahan emosinya yang semakin mendidih. Matanya berputar tajam menatap Eun Kyung lurus, m
Kerutan terlihat samar di keningku saat aku mengetahui ponselku yang mati sejak tadi, aku meghembuskan nafas teringat bahwa aku belum sempat menyalakan ponselku sejak dari Bandara tadi.Mataku melebar kecil merasakan getaran berturut - turut dari ponselku, pemberitahuan pesan masuk bergantian, nomor - nomor yang tidak di kenal pun terlihat menghubungiku. Keningku langsung berkerut dalam seiring rasa curiga yang memenuhi hatiku. Aku langsung menggerakkan jariku cepat mengetuk layar ponselku, membuka ruang obrolanku dengan teman - temanku yang meninggalkan banyak pemberitahuan.[Hey, Sophie dimana kau? Kau sudah melihat berita ini?][Sophie, apa kau baik - baik saja?][Hey, kau membuat kami takut... hubungi kami secepatnya!]Aku pun mengetuk tautan yang Mi Do kirimkan, membaca semua isi berita yang terpajang di layar ponselku cepat, mataku mulai melebar dan aku membekap mulutku yang terbuka hampa kaget melihat berita itu. Aku tidak percaya apa
Mobil Ni El yang melanju cepat menuyusi jalan raya membuatku cemas akan keselamatan kami, aku menoleh kesal sambil terus menggenggam erat sabuk pengamanku."Hey, pelan - pelan saja! Kita bisa celaka kalau begini terus!" Protesku kesal.Ni El menginjak gasnya semakin dalam, mengabaikan perkataanku hanyut dalam emosinya sendiri. Aku yang semakin kesal dengan sikap itu pun kembali membuka mulutku "HEY!" Teriakku. Ni El langsung memutar roda kemudinya, menepikan mobil yang kami tumpangi, memindahkan kakinya cepat, menginjak dalam rem mobilnya.Tubuhku yang terbanting keras ke sandaran kursi membuat amarahku semakin tersulut, aku menyampirkan poniku yang berantakan, menatap Ni El sinis "HEY! APA KAU SUDAH GILA?" Amukku kesal."KAU SENDIRI APA MASIH WARAS?" Bentaknya menatapku dengan maa melotot kesal.Ni El memalingkan wajahnya sambil melepaskan nafas besar, berusaha mengendalikan emosinya. Ia kembali menoleh menatapku lurus, membuatku mencengkram sabuk
Ni El mengusap darah segar yang mengalir dari luka di ujung bibirnya, ia melepaskan nafas besar lalu menoleh menatap Eugene lurus "maafkan aku," sahutnya canggung.Eugene hanya diam tertunduk dalam dengan tatapan kosong, mengabaikan permintaan maaf Ni El itu. Ia melepaskan nafas besar, membalikkan badannya hendak meninggalkan ruangan Ni El, namun Ni El menahan langkahnya."Sophie belum mengetahui apapun yang terjadi!"Tangan Eugene mengepal kuat mendengar kata - kata itu, ia menoleh kecil menatap Ni El sinis "lalu? Apa maumu sekarang?" Tanyanya menantang.Ni El kembali menghembuskan nafas besar dari mulutnya, ia menundukkan kepalanya sambil menggeleng kecil "aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan sekarang, tapi aku ingin meminta bantuanmu..." jawabnya meninggalkan harga dirinya.Amarah Eugene yang semakin tersulut, membuatnya melepaskan nafas kecil sambil menggeleng heran "apa aku terlihat seperti akan memberimu bantuan?" Tanyanya menghina. Euge
Dae Gil menghembuskan nafas panjang dari mulutnya, kembali mengarahkan pandangannya lurus padaku. Ia memaksakan senyum kecil sebelum kembali membuka mulutnya "aku menyesalinya..." sahutnya. Dae Gil meremas erat kedua tangannya sambil menunduk dalam, nafas berat kembali terdengar dari mulut Dae Gil. Ia menggelengkan kepalanya pelan "aku tidak seharusnya membohongi Ni El saat kami bercerai," lanjutnya penuh penyesalan.Mataku melebar kecil mendengar kejujuran itu, mulutku terbuka kecil hampa, aku terdiam tidak tahu harus mengatakan apa menanggapi perkataan itu.Dae Gil pun kembali mengeluarkan suaranya "aku tidak ingin ia terluka jika semua orang tahu bahwa kami bercerai karena ia memilih pria itu," bukanya. Dae Gil melepaskan nafas pelan "jadi aku berbohong pada wartawan, aku mengatakan kami bercerai karena perebutan ahli waris," lanjutnya terdengar berat."Tapi anda tidak menyangka bahwa itu akan sangat menyakiti HongDaepyo (CEO)?" Timpalku begitu
Waktu berlalu dengan senyuman, membuat Dae Gil semakin yakin bahwa semuanya kini baik - baik saja.Segalanya terasa seperti sebagaimana harusnya, seperti apa yang Dae Gil harapkan. Kebahagiaan Dae Gil semakin memuncak setelah mendengar kabar kehamilan Seo Hwa, sukacita yang tidak terbilang dengan kata - kata semkin memenuhi hati Dae Gil.Kelahiran Ni El, menjadi awal perjalanan baru mereka menuju kebahagiaan yang lebih dari sebelumnya.000Dae Gil terdiam menatap kosong keluar jendela teringat akan kebahagiaan mereka saat menggendong Ni El di hari kelahirannya. Senyumnya mengembang kecil meskipun sorot matanya sangat sayu.Aku hanya terdiam hanyut dalam keheningan, hatiku tiba - tiba ikut merasakan kesedihan yang Dae Gil simpan di dalam hatinya saat ini."Saat Ni El lahir dulu, aku sangat bahagia..." bukanya. Dae Gil memalingkan wajahnya menatapku lurus "hari itu aku berjanji akan membuatnya bahagia, aku berjanji akan memberikannya keluarga