Aku duduk terdiam menatap sekeliling Ruang Rapat, yang di penuhi wajah tidak familiar canggung. Keringat dingin mulai membasahi keningku dan telapak tanganku mulai terasa basah. Jajaran wajah penting terlihat memenuhi Ruang Rapat siang itu, ini adalah rapat perdana proyek kolaborasi Soul Fashion Week tahun ini. Setiap orang mengenakan setelan jas rapi, mereka saling berjabat tangan, bertukar kartu nama, dan berbincang ringan. Suasana ini terasa sangat tidak nyaman bagiku. Tiba - tiba pintu Ruang Rapat terbuka lebar menunjukkan Ni El dan Eugene yang berjalan masuk dengan Eun Kyung di belakang keduanya. Semua orang di dalam Ruang Rapat pun langsung membungkuk kecil memyambut kedatangan mereka, beberapa dari mereka mengulurkan tangan menjabat tegas tangan Ni El dengan senyum lebar mengiasi bibirnya. Dalam hitungan detik, suasana Ruang Rapat menjadi sangat hening dan serius. Ni El melangkahkan kakinya naik ke atas podium, ia membenarkan dasinya sambil berdeham kecil sebe
Aku langsung mengayunkan kakiku cepat, menendang keras kaki Ni El begitu saja. Pria itu langsung menjatuhkan garpu di tangannya sambil berteriak kecil kesakitan atas tendanganku. Semua mata langsung tertuju pada Ni El, membuatnya menunduk kecil menyembunyikan wajahnya yang terlihat memerah. Aku langsung menunduk dalam menyembunyikan wajahku sambil menahan tawa puasku, melihat Ni El yang tampak salah tingkah sambil membungkuk kecil meminta maaf pada semua orang di dalam Restoran itu.000Aku duduk sambil tertawa kecil menikmati siaran komedi televisi yang bermain di depan mataku. Getar panjang dari ponselku, membuatku menglurukan tangan meraba - raba sekeliling sofa dengan mata masih terpaku pada layar televisi. Aku menunduk kecil melihat layar ponselku, mataku langsung melebar dan aku menegakkan tubuhku cepat sebelum mengetuk layar ponselku, menempelkan kotak kecil itu ke depan telinga. Mataku melirik kecil"hallo?" Sapaku hati - hati.Suara nafas besar t
Tanggal terselenggaranya Seoul Fashio Week yang semakin dekat, membuat persiapan yang kami lakukan semakin banyak. Waktu kami untuk bermain - main semakin sedikit dan pekerjaan yang harus kami selesaikan semakin menumpuk.Aku menjatuhkan kepalaku lemas ke atas meja sambil mengerang lelah. Waktu terasa cepat berputar membuatku tidak menyadari Matahari telah terbenam, Bulan telah bersinar indah, dan Bintang - bintang telah menghiasi langit.Seluruh anggota timku berjalan melewatiku sambil melambai dengan bahu tertunduk lelah dan langkah yang terlihat lemas. Setelah melamabaikan tanganku dengan senyum yang di paksakan, aku kembali menjatuhkan diriku lemas mengisi tenagaku sebelum kembali melanjutkan sisa tugasku.000Ni El memandang ke sekeliling tersadar setelah sekian lama fokus pada layar komputernya. Matanya melebar melihat sekeliling kantor yang sudah gelap gulita, ia memutar lengannya melihat jam yang melingkar. Pria itu berkedip kecil melihat waktu ya
MUSIM HUJAN. JAKARTA.Aku selalu duduk menattap keluar jendela setiap kali hujan turun. Melihat titik air yang perlahan membasahi tanah selalu mengingatkanku pada Ibuku. Karena itu, aku membenci hujan.Setiap kali Musim Hujan tiba, ibuku akan mengeluarkan perlatannya dari Gudang dan duduk membuat lilin dengan berbagai aroma yang menenangkan. Aku pun selalu duduk di samping ibuku, melihat apa yang ia kerjakan dengan senyum dan tatapan kagum akan hasil tangannya yang bagiku sangat menakjubkan itu.Suatu hari, ketika hujan turun, kami duduk bersama seperti seharusnya. Ibuku menoleh dengan wajah berseri"Sophie, apa kau ingin coba membuatnya sendiri?" Tanya Ibuku lembut.Pertanyaan yang ibuku tanyakan hari itu, langsung membuat senyumku mengembang cerah dan aku pun mengangguk kuat menyetujui tawaran itu.Hari itu, adalah hari pertama aku menciptakan aromaku sendiri.000Setiap musim hujan datang membuat lilin menjadi tradisi kecilku dan Ibu. Hingga suatu hari, pujian yang keluar dari mulu
Eun Kyung duduk di ujung tempat tidurnya dengan ponsel yang menyala terang di tengannya. Ponselnya menunjukkan pesan yang di terimanya dari Eugene beberapa hari lalu"lakukan apa yang kau bisa, apapun yang kau lakukan aku tidak akan pernah memilihmu!" Tulisnya.Pesan yang menusuk tajam hati Eun Kyung itu terus menghantuinya, amarahnya tampak mendidih, tangannya tampak mengepal erat hingga kuku - kukunya menusuk dalam kulitnya. Eun Kyung tiba - tiba berdiri, melempar ponselnya sambil mengeluarkan teriakan keras dari mulutnya. Teriakan it, membuat semua orang yang mendengarnya dari balik pintu Kamar wanita itu, menyerbu masuk dengan mata terbelalak kaget.Pria paruh baya dengan setelan jas rapi membuka mulutnya hampa melihat kondisi Kamar putrinya yang sangat berantakan. Barang - barangnya berserakan acak di lantai, retakan terlihat di kaca meja riasnya, dan serpihan kaca yang bertebaran menunjukkan bekas darah di ujungnya. Pria itu langsung menghampiri putrinya c
Bibirku bergerak hampa, tidak tahu harus mengatakan apa menghadapi situasi ini. Senyum Moon Ho tersihat semakin mengembang dan ia memecahkan tawa kecil dari mulutny dalam hitungan detik"jangan tegang seperti itu, aku tidak bermaksud menakutimu..." timpalnya di sela tawa.Aku hanya diam tertunduk di tempatku, aku benar - benar tidak tahu bagaimana menghadapi situasi menegangkan yang aneh ini. Aku pun hanya mengangkat pandanganku perlahan sambil menyungingkan senyum kaku, tanganku terulur menjabat tangan KimHwaejangnim(Pimpinan Perusahaan) segan.Keheningan canggung menyelimuti kami setelah aku menjabat tangan KimHwaejangnim(Pimpinan Perusahaan) beberapa menit yang lalu. Aku melirik kecil jam yang terpasang di lengan kiriku pelan, lalu memutar mataku menatap punggung pira paruh baya yang sejak tadi mematung di depanku. Aku menggigit kecil bibirku cemas, mengingat waktu pertemuan yang akan berlangsung sembentar lagi 'bagai
Aku terdiam sambil menggaruk pelan nasiku dengan sendok emas di tanganku. Nafas besar yang terhembus begitu saja dari mulutku, membuat Eugene mengangkat pandangannya sambil menurunkan sumpit di tangannya perlahan. Matanya tampak mengamati sikap anehku itu sambil membuka mulutnya pelan"ada apa? Apa makanannya tidak enak?" Tanyanya cemas.Aku yang masih hanyut dalam lamunanku tidak menyadari Eugene yang berbicara di hadapanku. Pria itu meletakkan sumpitnya ke atas meja, lalu mengetuk pelan punggung tanganku membuatku tersadar dari pikiranku cepat"ada apa?" Tanyaku kaget.Eugene menghembuskan nafas kecil "seharusnya aku yang bertanya, ada apa denganmu sebenarnya?" Timpalnya membalik pertanyaanku.Aku pun melepaskan tawa kecil canggung sambil menggeleng cepat "tidak, tidak ada apa - apa..." tepisku cepat.Eugene menghela nafas pelan, ia melipat tangannya di atas meja terus menatapku lurus "aku tahu kau menyembunyikan sesuatu dariku, katakanlah
Ni El menaikkan alisnya menatapku yang hanya terdiam mematung di tempat, ia mengulurkan tangannya ke depan wajahku, lalu menjentikkan jarinya menyadarkanku dari lamunanku. Aku berkedip pelan menurunkan pandanganku cepat"maaf..." sahutku begitu saja.Ni El pun menghembuskan nafas besar dari mulutnya sambil mengangguk paham "aku rasa apa yang kau alami sangat berat, sampai - sampai kau kehilangan kendali atas dirimu seperti ini..." simpulnya cepat.Aku hanya menyunggingkan senyum canggung "apa sangat terlihat?" Tanyaku malu."Ada apa?""Aku tidak tahu..." jawabku bingung.Ni El pun semakin memusatkan perhatiannya padaku, menungguku mengungkapkan beban di hatiku dalam diam. Aku yang awalnya ragu, akhirnya membuka mulutku menceritakan pertemuanku dengan Ayah Eun Kyung yang tiba - tiba kemarin.000Ni El terdengar menghembuskan nafas kecil setelah aku selesai menceritakan apa yang mengganggu pikiranku belakangan ini, ia mengangguk