Aku melangkahkan kakiku pelan menyusuri jalan sepi menuju Rumahku. Angin musim semi yang berhembus malam itu, terasa menusuk bagaikan angin musim dingin. Suasana hatiku membuat semuanya terasa dingin. Nafas kecil terhembus dari mulutku cepat, tiba - tiba suara familair terdengar membuatku mengangkat pandanganku lurus.Ni El berdiri menatapku yang berjalan dengan langkah lesu dan kepala tertunduk. Nafas kecil yang terhembus dari mulutku membuatnya tersenyum kecil, membuka mulutnya geli“apa hidupmu sesusah itu?” Mata kami bertemu dalam hitungan detik. Entah kenapa senyum kecil langsung tersunging perlahan menghiasi bibirku.000Ni El duduk canggung di sofa ruang tengah Rumahku, melihat ke sekeliling canggung. Matanya meneluasuri setiap sudut Rumah kecil di atas atap gedung Rumah Susun. Aku datang dengan dua kaleng bir di tanganku, menjatuhkan diriku santai di atas sofa. Ni El bergeser pelan memperbaiki posisi duduknya, membuka mulutnya memulai pembicaraan
Aku duduk terdiam menatap sekeliling Ruang Rapat, yang di penuhi wajah tidak familiar canggung. Keringat dingin mulai membasahi keningku dan telapak tanganku mulai terasa basah. Jajaran wajah penting terlihat memenuhi Ruang Rapat siang itu, ini adalah rapat perdana proyek kolaborasi Soul Fashion Week tahun ini. Setiap orang mengenakan setelan jas rapi, mereka saling berjabat tangan, bertukar kartu nama, dan berbincang ringan. Suasana ini terasa sangat tidak nyaman bagiku. Tiba - tiba pintu Ruang Rapat terbuka lebar menunjukkan Ni El dan Eugene yang berjalan masuk dengan Eun Kyung di belakang keduanya. Semua orang di dalam Ruang Rapat pun langsung membungkuk kecil memyambut kedatangan mereka, beberapa dari mereka mengulurkan tangan menjabat tegas tangan Ni El dengan senyum lebar mengiasi bibirnya. Dalam hitungan detik, suasana Ruang Rapat menjadi sangat hening dan serius. Ni El melangkahkan kakinya naik ke atas podium, ia membenarkan dasinya sambil berdeham kecil sebe
Aku langsung mengayunkan kakiku cepat, menendang keras kaki Ni El begitu saja. Pria itu langsung menjatuhkan garpu di tangannya sambil berteriak kecil kesakitan atas tendanganku. Semua mata langsung tertuju pada Ni El, membuatnya menunduk kecil menyembunyikan wajahnya yang terlihat memerah. Aku langsung menunduk dalam menyembunyikan wajahku sambil menahan tawa puasku, melihat Ni El yang tampak salah tingkah sambil membungkuk kecil meminta maaf pada semua orang di dalam Restoran itu.000Aku duduk sambil tertawa kecil menikmati siaran komedi televisi yang bermain di depan mataku. Getar panjang dari ponselku, membuatku menglurukan tangan meraba - raba sekeliling sofa dengan mata masih terpaku pada layar televisi. Aku menunduk kecil melihat layar ponselku, mataku langsung melebar dan aku menegakkan tubuhku cepat sebelum mengetuk layar ponselku, menempelkan kotak kecil itu ke depan telinga. Mataku melirik kecil"hallo?" Sapaku hati - hati.Suara nafas besar t
Tanggal terselenggaranya Seoul Fashio Week yang semakin dekat, membuat persiapan yang kami lakukan semakin banyak. Waktu kami untuk bermain - main semakin sedikit dan pekerjaan yang harus kami selesaikan semakin menumpuk.Aku menjatuhkan kepalaku lemas ke atas meja sambil mengerang lelah. Waktu terasa cepat berputar membuatku tidak menyadari Matahari telah terbenam, Bulan telah bersinar indah, dan Bintang - bintang telah menghiasi langit.Seluruh anggota timku berjalan melewatiku sambil melambai dengan bahu tertunduk lelah dan langkah yang terlihat lemas. Setelah melamabaikan tanganku dengan senyum yang di paksakan, aku kembali menjatuhkan diriku lemas mengisi tenagaku sebelum kembali melanjutkan sisa tugasku.000Ni El memandang ke sekeliling tersadar setelah sekian lama fokus pada layar komputernya. Matanya melebar melihat sekeliling kantor yang sudah gelap gulita, ia memutar lengannya melihat jam yang melingkar. Pria itu berkedip kecil melihat waktu ya
MUSIM HUJAN. JAKARTA.Aku selalu duduk menattap keluar jendela setiap kali hujan turun. Melihat titik air yang perlahan membasahi tanah selalu mengingatkanku pada Ibuku. Karena itu, aku membenci hujan.Setiap kali Musim Hujan tiba, ibuku akan mengeluarkan perlatannya dari Gudang dan duduk membuat lilin dengan berbagai aroma yang menenangkan. Aku pun selalu duduk di samping ibuku, melihat apa yang ia kerjakan dengan senyum dan tatapan kagum akan hasil tangannya yang bagiku sangat menakjubkan itu.Suatu hari, ketika hujan turun, kami duduk bersama seperti seharusnya. Ibuku menoleh dengan wajah berseri"Sophie, apa kau ingin coba membuatnya sendiri?" Tanya Ibuku lembut.Pertanyaan yang ibuku tanyakan hari itu, langsung membuat senyumku mengembang cerah dan aku pun mengangguk kuat menyetujui tawaran itu.Hari itu, adalah hari pertama aku menciptakan aromaku sendiri.000Setiap musim hujan datang membuat lilin menjadi tradisi kecilku dan Ibu. Hingga suatu hari, pujian yang keluar dari mulu
Eun Kyung duduk di ujung tempat tidurnya dengan ponsel yang menyala terang di tengannya. Ponselnya menunjukkan pesan yang di terimanya dari Eugene beberapa hari lalu"lakukan apa yang kau bisa, apapun yang kau lakukan aku tidak akan pernah memilihmu!" Tulisnya.Pesan yang menusuk tajam hati Eun Kyung itu terus menghantuinya, amarahnya tampak mendidih, tangannya tampak mengepal erat hingga kuku - kukunya menusuk dalam kulitnya. Eun Kyung tiba - tiba berdiri, melempar ponselnya sambil mengeluarkan teriakan keras dari mulutnya. Teriakan it, membuat semua orang yang mendengarnya dari balik pintu Kamar wanita itu, menyerbu masuk dengan mata terbelalak kaget.Pria paruh baya dengan setelan jas rapi membuka mulutnya hampa melihat kondisi Kamar putrinya yang sangat berantakan. Barang - barangnya berserakan acak di lantai, retakan terlihat di kaca meja riasnya, dan serpihan kaca yang bertebaran menunjukkan bekas darah di ujungnya. Pria itu langsung menghampiri putrinya c
Bibirku bergerak hampa, tidak tahu harus mengatakan apa menghadapi situasi ini. Senyum Moon Ho tersihat semakin mengembang dan ia memecahkan tawa kecil dari mulutny dalam hitungan detik"jangan tegang seperti itu, aku tidak bermaksud menakutimu..." timpalnya di sela tawa.Aku hanya diam tertunduk di tempatku, aku benar - benar tidak tahu bagaimana menghadapi situasi menegangkan yang aneh ini. Aku pun hanya mengangkat pandanganku perlahan sambil menyungingkan senyum kaku, tanganku terulur menjabat tangan KimHwaejangnim(Pimpinan Perusahaan) segan.Keheningan canggung menyelimuti kami setelah aku menjabat tangan KimHwaejangnim(Pimpinan Perusahaan) beberapa menit yang lalu. Aku melirik kecil jam yang terpasang di lengan kiriku pelan, lalu memutar mataku menatap punggung pira paruh baya yang sejak tadi mematung di depanku. Aku menggigit kecil bibirku cemas, mengingat waktu pertemuan yang akan berlangsung sembentar lagi 'bagai
Aku terdiam sambil menggaruk pelan nasiku dengan sendok emas di tanganku. Nafas besar yang terhembus begitu saja dari mulutku, membuat Eugene mengangkat pandangannya sambil menurunkan sumpit di tangannya perlahan. Matanya tampak mengamati sikap anehku itu sambil membuka mulutnya pelan"ada apa? Apa makanannya tidak enak?" Tanyanya cemas.Aku yang masih hanyut dalam lamunanku tidak menyadari Eugene yang berbicara di hadapanku. Pria itu meletakkan sumpitnya ke atas meja, lalu mengetuk pelan punggung tanganku membuatku tersadar dari pikiranku cepat"ada apa?" Tanyaku kaget.Eugene menghembuskan nafas kecil "seharusnya aku yang bertanya, ada apa denganmu sebenarnya?" Timpalnya membalik pertanyaanku.Aku pun melepaskan tawa kecil canggung sambil menggeleng cepat "tidak, tidak ada apa - apa..." tepisku cepat.Eugene menghela nafas pelan, ia melipat tangannya di atas meja terus menatapku lurus "aku tahu kau menyembunyikan sesuatu dariku, katakanlah
Langkahku terhenti menatap mobil yang tampak aku kenali berhenti di depan tangga menuju Rumahku, si pemilik mobil yang menyadari kedatanganku turun dari mobilnya, dia menatapku lurus. Aku menghela nafas dalam sebelum kembali melanjutkan langkahku pelan, berhenti tak jauh dari pria yang sudah menungguku entah sejak kapan. "Dimana kau tidur semalam?" "Rumah Mi Do, sejak kapanSunbae(Senior) menungguku?" Timpalku balik bertanya. Eugene melepaskan nafas panjang sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana, ia mengangguk pelan "lupakan, apa kau baik - baik saja?" Tepisnya mengalihkan topik. Aku mengarahkan pandanganku menatap Eugene lurus - lurus, aku pun langsung menyadari bahwa ia menyembunyikan sesuatu dariku saat ini. Aku menganggukkan kepalaku pelan "hmm, aku baik - baik saja,Sunbae(Senior) sendiri?" Tanyaku canggung. Eugene ikut mengangguk kecil "aku baik," timpalnya cepat. Nafa
Aku berguling gelisah memikirkan masalah yang menimpaku ini, aku tidak mungkin hidupa dalam persembunyian terus seperti ini. Aku juga merasa bahwa ini masalahku, jadi aku harus menyelesaikannya sendiri.Aku bangun dari tidurku cepat, meraih ponselku di samping tempat tidur. Jariku bergerak sibuk mencari tahu berita terbaru tentang kasusuku ini, membuat keningku mulai berkerut. Aku membenarkan posisi duduku, menggerakkan jariku semakin cepat, mencari lebih teliti."Apa yang terjadi?" Tanyaku sendiri.Aku menurunkan ponselku dengan nafas besar terhembus begitu saja dari mulutku, kepalaku mulai berpikir keras tentang kejadian aneh ini. Aku pun kembali mengangkat ponselku, memastikan apa yang aku lihat ini benar. Aku tidak percaya akan apa yang aku lihat."Kenapa semuanya menghilang begitu saja?" Tanyaku bingung.Aku membuka selimutku turun dari tempat tidur cepat, menghampiri Ha Na yang tidur di sofa depan. Aku menggoyang tubuh Ha Na cepat membangunka
Aku terdiam menatap ponselku lurus, rasa cemas dalam hatiku semakin menghantuiku seiring usahaku untuk menahannya. Ponselku yang tiba - tiba bergetar, membuat mataku melebar dan harapanku bangkit. Aku langsung menatap ponselku lurus - lurus, namun harpan itu terasa hancur dalam hitungan detik.[Apa kau baik - baik saja?]Pesan itu terlihat hangat, hanya saja pesan itu datang bukan dari orang yang aku harapkan saat ini. Aku terdiam menatap nama Eugene sebagai pengirim pesan itu, aku pun menghembuskan nafas pelan "apa yang kau harapkan Sophie," keluhku tersadar.Aku menggerakkan jariku cepat, membalas pesan itu lalu mengirimkannya dengan rasa kecewa di hatiku. Aku menyisir rambutku ke belakang, menunduk dalam berusaha menenangkan diriku sendiri. Mi Do dan Ha Na yang melihat kegelisahanku pun menghembuskan nafas besra kompak, Ha Na menutup ponselnya cepat sambil membuka mulutnya"sebaiknya kau tidak berusaha untuk mencari tahu keadaan di luar sana lebih dulu
Eugene duduk menatap Eun Kyung yang tersenyum penuh kemenangan tajam. Wanita di hadapanya terdiam menatapnya lurus dengan tangan terlipat di depan dada anguh, sambil menyandarkan tubuhnya nyaman di kursi."Aku tahu cepat atau lambat kau akan mencariku," buka Eun Kyung percaya diri.Eugene memalingkan wajahnya dengan air muka kesal, sambil menghembuskan nafas besar dari mulutnya keras. Ia menelan berat air liurnya sebelum akhirnya membuka mulutnya"kau yang melakukan semua ini bukan?" Tanyanya menuduh.Eun Kyung melepaskan tawa keras mendengar nada kesal Eugene yang semakin memuaskan hatinya, wanita itu melepaskan nafas lega berusaha mengendalikan tawanya "aku tidak menyangka membuatmu marah akan semudah ini, sangat menarik..." timpalnya.Eugene mengepalkan tangannya perlahan mendengar perkataan Eun Kyung itu, ia menunduk sambil menjilat kecil bibirnya berusaha menahan emosinya yang semakin mendidih. Matanya berputar tajam menatap Eun Kyung lurus, m
Kerutan terlihat samar di keningku saat aku mengetahui ponselku yang mati sejak tadi, aku meghembuskan nafas teringat bahwa aku belum sempat menyalakan ponselku sejak dari Bandara tadi.Mataku melebar kecil merasakan getaran berturut - turut dari ponselku, pemberitahuan pesan masuk bergantian, nomor - nomor yang tidak di kenal pun terlihat menghubungiku. Keningku langsung berkerut dalam seiring rasa curiga yang memenuhi hatiku. Aku langsung menggerakkan jariku cepat mengetuk layar ponselku, membuka ruang obrolanku dengan teman - temanku yang meninggalkan banyak pemberitahuan.[Hey, Sophie dimana kau? Kau sudah melihat berita ini?][Sophie, apa kau baik - baik saja?][Hey, kau membuat kami takut... hubungi kami secepatnya!]Aku pun mengetuk tautan yang Mi Do kirimkan, membaca semua isi berita yang terpajang di layar ponselku cepat, mataku mulai melebar dan aku membekap mulutku yang terbuka hampa kaget melihat berita itu. Aku tidak percaya apa
Mobil Ni El yang melanju cepat menuyusi jalan raya membuatku cemas akan keselamatan kami, aku menoleh kesal sambil terus menggenggam erat sabuk pengamanku."Hey, pelan - pelan saja! Kita bisa celaka kalau begini terus!" Protesku kesal.Ni El menginjak gasnya semakin dalam, mengabaikan perkataanku hanyut dalam emosinya sendiri. Aku yang semakin kesal dengan sikap itu pun kembali membuka mulutku "HEY!" Teriakku. Ni El langsung memutar roda kemudinya, menepikan mobil yang kami tumpangi, memindahkan kakinya cepat, menginjak dalam rem mobilnya.Tubuhku yang terbanting keras ke sandaran kursi membuat amarahku semakin tersulut, aku menyampirkan poniku yang berantakan, menatap Ni El sinis "HEY! APA KAU SUDAH GILA?" Amukku kesal."KAU SENDIRI APA MASIH WARAS?" Bentaknya menatapku dengan maa melotot kesal.Ni El memalingkan wajahnya sambil melepaskan nafas besar, berusaha mengendalikan emosinya. Ia kembali menoleh menatapku lurus, membuatku mencengkram sabuk
Ni El mengusap darah segar yang mengalir dari luka di ujung bibirnya, ia melepaskan nafas besar lalu menoleh menatap Eugene lurus "maafkan aku," sahutnya canggung.Eugene hanya diam tertunduk dalam dengan tatapan kosong, mengabaikan permintaan maaf Ni El itu. Ia melepaskan nafas besar, membalikkan badannya hendak meninggalkan ruangan Ni El, namun Ni El menahan langkahnya."Sophie belum mengetahui apapun yang terjadi!"Tangan Eugene mengepal kuat mendengar kata - kata itu, ia menoleh kecil menatap Ni El sinis "lalu? Apa maumu sekarang?" Tanyanya menantang.Ni El kembali menghembuskan nafas besar dari mulutnya, ia menundukkan kepalanya sambil menggeleng kecil "aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan sekarang, tapi aku ingin meminta bantuanmu..." jawabnya meninggalkan harga dirinya.Amarah Eugene yang semakin tersulut, membuatnya melepaskan nafas kecil sambil menggeleng heran "apa aku terlihat seperti akan memberimu bantuan?" Tanyanya menghina. Euge
Dae Gil menghembuskan nafas panjang dari mulutnya, kembali mengarahkan pandangannya lurus padaku. Ia memaksakan senyum kecil sebelum kembali membuka mulutnya "aku menyesalinya..." sahutnya. Dae Gil meremas erat kedua tangannya sambil menunduk dalam, nafas berat kembali terdengar dari mulut Dae Gil. Ia menggelengkan kepalanya pelan "aku tidak seharusnya membohongi Ni El saat kami bercerai," lanjutnya penuh penyesalan.Mataku melebar kecil mendengar kejujuran itu, mulutku terbuka kecil hampa, aku terdiam tidak tahu harus mengatakan apa menanggapi perkataan itu.Dae Gil pun kembali mengeluarkan suaranya "aku tidak ingin ia terluka jika semua orang tahu bahwa kami bercerai karena ia memilih pria itu," bukanya. Dae Gil melepaskan nafas pelan "jadi aku berbohong pada wartawan, aku mengatakan kami bercerai karena perebutan ahli waris," lanjutnya terdengar berat."Tapi anda tidak menyangka bahwa itu akan sangat menyakiti HongDaepyo (CEO)?" Timpalku begitu
Waktu berlalu dengan senyuman, membuat Dae Gil semakin yakin bahwa semuanya kini baik - baik saja.Segalanya terasa seperti sebagaimana harusnya, seperti apa yang Dae Gil harapkan. Kebahagiaan Dae Gil semakin memuncak setelah mendengar kabar kehamilan Seo Hwa, sukacita yang tidak terbilang dengan kata - kata semkin memenuhi hati Dae Gil.Kelahiran Ni El, menjadi awal perjalanan baru mereka menuju kebahagiaan yang lebih dari sebelumnya.000Dae Gil terdiam menatap kosong keluar jendela teringat akan kebahagiaan mereka saat menggendong Ni El di hari kelahirannya. Senyumnya mengembang kecil meskipun sorot matanya sangat sayu.Aku hanya terdiam hanyut dalam keheningan, hatiku tiba - tiba ikut merasakan kesedihan yang Dae Gil simpan di dalam hatinya saat ini."Saat Ni El lahir dulu, aku sangat bahagia..." bukanya. Dae Gil memalingkan wajahnya menatapku lurus "hari itu aku berjanji akan membuatnya bahagia, aku berjanji akan memberikannya keluarga