"Ughh." Aku terbangun dengan keadaan kepala sangat sakit.
Kesan pertama yang sangat buruk. Tidak, lebih buruknya lagi aku terbangun di sebuah ruangan yang teramat asing.
Aku tidak tau apa yang terjadi. Namun ruangan kumuh ini, hanya memiliki satu pintu yang diganjal dengan lemari baju dari dalam.
Melihat sekeliling tidak ada orang selain diriku, membuatku yakin bahwa akulah orang yang telah menutup rapat-rapat pintu itu.
(Tapi apa yang sebenarnya terjadi?)
Sekarang, perhatianku terarah ke ponsel asing itu. Layarnya dikunci dengan kode angka dan menunjukkan baterai berwarna merah, enam digit angka untuk membuka ponselnya.
Jika ini adalah ponselku, seharusnya aku ingat berapa kodenya.
"Ayolah berpikir idiot!!!" Umpatku kesal.
Percuma saja berpikir, aku tidak dapat mengingat apapun. Layar kuncinya memiliki wallpaper merah tua yang gelap dengan tulisan berbahasa Inggris.
[You think, your a flower?]
Merasa mendapatkan ide, kecerahan layar yang sebelumnya berada dibatas maksimal, aku turunkan ke batas minimal.
Sekarang wallpaper di layar kunci berubah warna menjadi hitam polos namun dengan tulisan yang berbeda.
[S33 YOU 1N D4RK S1D3]
"331413" Kataku setelah mengamati wallpaper itu kembali dengan teliti.
Setelah mencoba kode itu, hasilnya sama saja. Ponsel sialan ini masih terkunci.
*DUG! DUG! DUG!*
"Hei! Aku didalam!" Teriakku, berusaha memberitahu orang diluar jika ada aku didalam sini.
Suara itu kemudian terhenti dan disaat yang bersamaan itu aku mulai mencoba menggeser lemari baju yang mengganjal pintu.
*KRENGGG!!!!*
Dengan nada berat, aku mendengarnya terkekeh geli dari luar. Sebelum akhirnya gergaji mesin itu mulai menyentuh pintu dan mengoyaknya, beruntung setengah dari lemari masih mengganjal pintu.
Panik, itu yang terjadi. Sekarang aku membeku dalam ketakutan, keringat dingin dengan cepat membasahi tubuhku. Tangan kananku yang sedang memegang ponsel bergetar tak terkendali.
(Apa sebenarnya yang sedang terjadi? Siapa orang itu? Apakah aku akan mati?)
Aku takut jika ini bukanlah sebuah mimpi semata dan malah sesuatu yang lebih mengerikan dari pada mimpi buruk, detak jantungku kini berdetak cukup cepat dan semakin cepat, deru nafasku sudah mulai tidak beraturan lagi.
(Aku harus segera keluar dari sini.)
Malah pikiranku yang kacau ini membuat suasana menjadi lebih buruk, benar-benar sangat buruk.
Suara itu terhenti, seketika ruangan yang pengap ini hening, kini sunyi membuatku takut. Padahal dulu, berharap mendapatkan kesunyian yang seperti ini saja sudah cukup.Setelah mengumpulkan keberanian, aku melihat sekeliling ruangan, mengetahui bahwa ruangan ini tidak memiliki jendela dan hanya memiliki satu pintu saja, kini aku hampir putus asa.Namun aku melihat sebuah meja dan kursi yang dalam posisi tertidur, kursinya hanya memiliki tiga kaki, walau tau di atas ada sebuah ventilasi udara tapi hanya orang bodoh saja yang mencoba naik kesana dengan kursi seperti ini.Tunggu dulu, dalam posisi ini jika mejanya ada tepat dibawah ventilasi dan kursinya ada disini, maka orang yang akan mencoba naik lalu akan jatuh ke tempat dimana aku terbangun tadi."Apa sebelumnya aku telah mencobanya? Ah sialan, aku tidak dapat mengingat apa-apa."*BUG! BUG! BUG!*Suara kencang itu terdengar
Aku pikir diluar loker sudah baik-baik saja dan langsung bergegas untuk keluar.*CLACK! CLACK!*(Sialan, lokernya terkunci dan buruknya lagi aku masih ada di dalam.)Kemudian aku mencoba untuk mendobraknya dengan jarak sedekat ini, sehingga aku hanya bisa mendorong dengan kekuatan dari badanku.*BRUG**STASH!!*Akhirnya pintunya terbuka dalam satu kali percobaan, aku melihat pintu liftnya masih terbuka dari sini, tapi tidak berani untuk mendekatinya dan melihat ke bawah.Selanjutnya aku berjalan keluar dari rua
Dia pikir, dia siapa?Menyalahkan ku begitu saja, menghujat seperti itu. Tanpa ada rasa bersalah di dalam dirinya.Aku melihat ke arah layar monitor, ada sekitar 7 pasukan bersenjata sedang berada di dalam lift. Dengan persenjataan yang sangat lengkap, aku benar-benar merasa telah dikhianati.Sambil mengepalkan tangan, aku menengok ke arah belakang dan melihat mereka yang masih berdiri di sisi ku, walaupun mereka tau apa yang akan terjadi selanjutnya."Lepaskan mereka." Perintah ku."Tapi jika kita melepaskan mereka maka...." Kata seorang wanita cantik yang mengenakan jubah putih, layaknya seorang ilmuwan. Namun sangat disayangkan, kata-katanya belum sempat dia selesaikan.Kemudian aku menatap tajam ke arah mereka, sebelum akhirnya mereka semua pergi meninggalkan ruangan ini dan hanya menyisakan ku bersama wanita itu.Padahal ini semua aku mulai dari nol, apa yan
Tempat ini, benar-benar terlihat asing. Sekarang aku merasa sedang berada di dalam hotel."Semoga saja ini memang sebuah hotel."Lampu merah bertuliskan Exit sangat mencolok dan menarik perhatian ku, sepertinya jalanku untuk keluar dari tempat ini tidak terlalu sulit. Yah, aku terlalu naif jika tidak mengakui apa yang sudah terjadi sebelumnya.Aku hanya perlu berjalan menelusuri lorong ini, tanpa harus memegang setiap gagang pintu kamar yang aku lewati."Aku mencoba tidak membangkitkan atau membuat suara yang gaduh."Semakin lama aku berjalan, pencahayaan dari lorongnya semakin meredup. Ini mulai membuat ku tidak nyaman.Sekarang aku merasa semakin panik, pikiran ku mulai kacau. Aku melihat kebelakang atau ke depan, semuanya terlihat sama.Tidak ada belokan, hanya lorong yang lurus dengan cahaya redup ini. Nafasku mulai berat dan aku sempat beberapa
Sakit.Rasa sakit ini menyelimuti tubuh ku, aku tidak dapat bergerak dan tidak dapat melihat apapun. Hanya kegelapan yang menemaniku saat ini, bersama dengan rasa yang teramat sangat sakit ini."Ugh...."Aku dapat melihat dengan samar-samar, sebuah tempat di mana aku sedang terbaring lemah. Di atas kasur ini, berdiri seorang anak perempuan memegang bonekanya di samping tempat tidur.Sangat disayangkan, aku kembali tertidur.Tubuhku cukup lelah, mungkin ini adalah batasanku. Aku sudah melewati batas."Apa yang kau rasakan?" Tanya seorang yang tidak aku kenal, aku tidak dapat melihatnya dan hanya melihat kegelapan saja."Kupikir, dokter dapat menyembuhkan dirinya sendiri." Jelasnya dengan suara yang mulai menjauh.Suara seorang laki-laki, yang sangat asing terdengar ditelinga. Bahkan aku tidak tau siapa dia dan apa yang dia lakukan, apakah dia tau a
"Kemana saja kamu selama ini! Aku khawatir, sudah 13 hari sejak pertama kali kita berbincang. Intinya kamu enggak ada kabar sama sekali," jelas Rachel dengan nada marah kepada ku.13 hari? Apa aku tertidur selama itu?"13 hari?" Tanya ku memastikan."Iyaaa, ku pikir... Intinya aku menuntut kamu untuk menceritakan semuanya kepada ku...."Sekarang aku mulai berpikir kalau semua cewe itu seposesif ini, padahal belum pernah ketemu tapi kenapa dia bawel banget."Baiklah akan aku ceritakan semuanya, tapi berjanjilah kalau kamu akan percaya ke setiap kata di cerita ku nanti,""Oke, aku berjanji."Setelah mendengar jawabannya, kemudian aku mulai menceritakan semuanya kepada Rachel. Dari awal hingga akhirnya aku terjebak di lift bersama dengan Mannequin ini.Buruknya lagi, tempat ini mulai panas dan aku sudah melepas kemeja yang aku kenakan.
Apa yang terjadi sekarang?Kenapa aku sedang terbaring?Aku merasa jika kedua tangan ku terikat sangat erat, tapi aku tidak dapat melihat apa-apa.Paksa, aku hanya bisa memaksa. Memaksa untuk membuka mata dan melihat apa yang saat ini sedang terjadi.Secara samar-samar, aku melihat cahaya lampu. Cahaya yang mengarah kearah ku, sepertinya itu bukanlah cahaya dari lampu biasa karena cahaya itu sangatlah terang.Kenapa benda tajam itu mengarah ke mata ku?Benda itu semakin mendekat, sebelum akhirnya aku tidak dapat melihat apa-apa.Kecuali kegelapan yang suram dan abadi ini, tapi kenapa aku merasa kegelapan ini sedang berjalan. Seperti sedang mencoba untuk memberikan ku sebuah petunjuk, apakah ada jalan keluar dari kegelapan ini?Yah, kemudian aku melihat secercah cahaya yang sedikit demi sedikit menabrak kearah ku."Masuklah?" Kata ku.
(Bib-Bib-Bib-!!!)"Ughh...."Aku terbangun karena suara keras itu, saat aku melihat kearah sumber suara ada sebuah jam analog menyala di atas meja. Untungnya meja itu berada di samping kasur tempat aku terbangun sehingga membuat ku mudah untuk meraihnya dan mematikannya.Sambil mengusap kedua mata, kemudian aku melihat sekitar.Ruangan bergaya klasik, disalah satu dindingnya terpampang sebuah foto keluarga. Seorang anak perempuan bersama kedua orang tuanya, tapi disudut foto itu berdiri seorang anak laki-laki dengan ekspresi wajah yang sedih.Kemudian aku berjalan menuju pintu dan diluar ruangan ini aku merasa sedang berada disebuah tempat yang nyaman, bukan kah ini adalah di dalam rumah? Aku berada di dalam sebuah rumah.Terlihat kayu bakar yang masih menyala dengan ukuran api yang lumayan besar, sedangkan diruang makan aku melihat meja berisikan banyak sekali makanan.