Suara itu terhenti, seketika ruangan yang pengap ini hening, kini sunyi membuatku takut. Padahal dulu, berharap mendapatkan kesunyian yang seperti ini saja sudah cukup.
Setelah mengumpulkan keberanian, aku melihat sekeliling ruangan, mengetahui bahwa ruangan ini tidak memiliki jendela dan hanya memiliki satu pintu saja, kini aku hampir putus asa.
Namun aku melihat sebuah meja dan kursi yang dalam posisi tertidur, kursinya hanya memiliki tiga kaki, walau tau di atas ada sebuah ventilasi udara tapi hanya orang bodoh saja yang mencoba naik kesana dengan kursi seperti ini.
Tunggu dulu, dalam posisi ini jika mejanya ada tepat dibawah ventilasi dan kursinya ada disini, maka orang yang akan mencoba naik lalu akan jatuh ke tempat dimana aku terbangun tadi.
"Apa sebelumnya aku telah mencobanya? Ah sialan, aku tidak dapat mengingat apa-apa."
*BUG! BUG! BUG!*
Suara kencang itu terdengar lagi, aku tidak dapat menyimpulkan bahwa dia sedang mendobrak atau bahkan melakukan sesuatu hal yang lain untuk membuka pintu secara paksa.
Lemari baju itu mulai bergoyang, tanda bahwa sudah tidak kuat mengganjal pintu. Dengan sigap aku mengambil kursi yang tergeletak dan menaruhnya ke atas meja.
Melihat keatas, aku tahu bahwa ventilasi itu terbuka. Kemudian casing ponsel yang sebelumnya menutup bagian belakang, aku pindah supaya menutup bagian layar.
Tujuannya biar bisa aku lempar dari atas meja, sekarang lemari kayu itu mulai bergoyang hebat dan dengan cepat aku melempar smartphone ke arah ventilasi. Setelah itu aku dengan terburu-buru naik ke kursi untuk memanjat ventilasi, walau masih memiliki jarak ke atas lagi, aku mencoba untuk melompat dengan tujuan menggapai ventilasi itu.
*BRUK!!*
"Argh...."
Sialan, percobaan itu gagal dan malah membuat kaki kananku terkilir.
"Lemari bajunya itu akan segera terjatuh."
Mengetahui hal itu, aku dengan sigap berlari kecil kearahnya untuk menahan lemari itu dan dengan posisi bersandar aku dapat merasakan kekuatan dorongan yang lumayan besar, sebenarnya makhluk apa yang sedang mencoba mendobrak pintu ini.
Kini dobrakan itu berhenti sesaat, sebelum akhirnya berubah menjadi sebuah suara gergaji mesin yang memekakan telinga.
Sudah tidak ada waktu lagi sebelum akhirnya aku berpikir jika ini adalah waktu yang tepat untuk mencoba melompat lagi ke arah ventilasi, namun baru satu langkah aku pun terjatuh karena lupa jika kaki kananku sedang terkilir.
"Argh, sialan...." Umpatku.
Aku mencoba untuk kembali bangkit dan disaat itu pula suara dari mesin gergaji kayu terdengar semakin nyaring layaknya sedang mendekat.
Sambil berjalan pincang, aku mulai mengambil kursi dan menaruhnya ke atas meja, secara perlahan aku mulai menaiki kursi sambil menjaga keseimbangan sebelum akhirnya aku mempersiapkan diri untuk melompat ke arah ventilasi itu.
Namun sangat disayangkan, saat mencoba loncat dengan menggunakan seluruh tenaga yang ada, kaki kananku amat terasa nyeri yang pada akhirnya membuat fokusku buyar dan berakhir terjatuh kembali, padahal sedikit lagi aku dapat menggapai ventilasi.
"RAGHHH!!!"
Terdengar suara raungan dari luar pintu, tidak butuh waktu lama sebelum akhirnya gergaji mesin itu mulai mengoyak pintu dengan membabi buta.
Terlihat salah satu kaki dari kursi itu lepas dan kini menyisakan dua kaki saja yang masih terpasang, untungnya itu masih dapat di pasang kembali walaupun terlihat goyang dan akan patah sewaktu-waktu.
Sekarang aku hanya bisa berharap kepada sebuah keberuntungan, di atas kursi ini yang sedang aku naiki dengan sedikit gemetar karena suara gergaji mesin itu, aku menyiapkan tenaga untuk melompat. Walaupun sudah tau jika nanti rasanya pasti akan sakit jika harus melompat menggunakan kaki yang terkilir, namun aku harus fokus untuk mengulurkan tangan ke arah ventilasi dan mengabaikan rasa sakit ini.
"Baiklah." Kataku sambil menatap ke arah ventilasi itu, sebelum akhirnya aku melompat.
*BRUKK!*
(AKU MERAIHNYA!!)
"Arghh." Kataku saat mencoba menaiki ventilasi dengan separuh tenaga terakhir.
Saat sudah berada di dalam ventilasi, aku langsung mengambil smartphone yang sebelumnya telah aku lempar dan kemudian menaruhnya ke dalam kantong celana.
Tanpa pikir panjang lagi, aku langsung mulai merangkak di dalam ventilasi.
*GUBRAKK!*
Terdengar suara pintu yang sudah tidak kuat menahan beban dari gergaji mesin itu, jelas saja jika sumber suara tersebut berasal dari ruangan tadi.
*ARGGHHHH!*
Suara raungan itu terdengar bergema di dalam ventilasi, membuatku yang mendengar itu kesakitan sekaligus takut di buatnya.
Tanpa pikir panjang lagi, aku tetap merangkak mengikuti arah ventilasi dan menjauh dari ruangan sebelumnya.
"Sialan, kaki kananku rasanya sangat sakit." Umpatku.
Aku berhenti sejenak, melepaskan lelah dengan cara telentang. Yah, karena mustahil untuk duduk bersila di dalam ventilasi sempit ini.
Aku merogoh kantong, mencari ponsel dan kemudian memeriksanya, semuanya terlihat baik-baik saja. Tapi aku baru sadar jika dibelakang ponsel ada fingerprint, sebelumnya aku tidak melihatnya karena casing datar menutupinya.
Telunjuk kananku tidak dapat membuka sandinya, tapi sebaliknya, telunjuk kiriku itu pas untuk membuka fingerprint.
Kini layar kunci itu sudah tidak ada, menandakan aku telah berhasil masuk ke dalam ponsel. Namun, saat melihat kembali rupanya di dalamnya hanya ada aplikasi, galeri dan catatan saja.
*GUBRAK! GUBRAK!!*
Terdengar suara orang yang merangkak dengan heboh di dalam ventilasi, layaknya sedang mencoba berlari pergi.
Aku yang mendengar itu langsung memasukkan kembali ponsel ke dalam kantong celana dan kemudian mulai merangkak sambil mencari tau apa suara itu.
(Semoga rasa ingin tahuku bukanlah hal yang berbahaya.)
Merangkak lumayan jauh, aku kemudian menemukan sebuah pertigaan ventilasi, sekarang masalahnya adalah aku tidak tahu lagi harus pergi ke arah mana, antara kiri atau kanan.
Karena merasa bingung, kemudian aku mulai menundukkan kepala hanya sekedar untuk tarik nafas, karena nyatanya di tempat yang sempit dan sumpek ini lebih sulit untuk bernapas.
*GUBRAK! GUBRAK!!*
"Eh! Apa itu tadi?" Kataku saat merasa suara sebelumnya itu melewati pertigaan ventilasi dari sisi kanan ke sisi kiri atau mungkin sebaliknya.
Walaupun ragu, tapi aku juga yakin jika tadi ada yang lewat.
Karena penasaran, aku kemudian mulai merangkak lagi namun dengan kecepatan yang aku tambah sedikit, sembari mencari tau apa itu tadi.
*STASH!!*
*BRUK!!!*
"Argh...."
Ventilasi yang aku naiki tiba-tiba saja ambruk, membuatku jatuh langsung ke arah lantai.
(Menyakitkan.)
Kepalaku pusing, badanku sakit semua. Aku tidak tau kalau ventilasinya tidak kuat untuk menahan bobot tubuhku.
Aku sekarang telentang sebentar, dengan tujuan untuk meredakan rasa sakit ini, setelah itu aku mulai mengumpulkan tenaga dan berdiri sebelum akhirnya melihat sekitar.
Terlihat sekarang aku sedang berada di sebuah lorong dengan cat putih, lampu di tempat aku berdiri saat ini berkedip-kedip sedangkan di ujung lorong ada sebuah pintu putih.
Selanjutnya aku mulai berjalan secara perlahan karena kaki kananku masih lumayan sakit.
*BZZZT*
Baru setengah jalan dari lorong, ponsel yang ada dikantong celanaku tiba-tiba bergetar, lalu dengan sigap aku mengambilnya dan mengeceknya, rupanya ada sebuah pesan suara masuk.
Aku kemudian memutar isi dari pesan suara itu sambil secara perlahan meneruskan untuk melangkah menuju pintu putih.
*Hei, aku tidak punya banyak waktu untuk menjelaskannya, sekarang saat kau berada di lorong cepatlah pergi ke pintu putih. Sebenarnya itu adalah lift dan di sebelah pintu itu telah terpasang sebuah kode supaya kau dapat mengaksesnya*
Demikian terdengar suara seorang pria, jujur saja suara itu sedikit samar layaknya orang yang berbicara sedang menutup mulutnya menggunakan masker sehingga suaranya menjadi sedikit agak tidak jelas.
Lalu semuanya menjadi hening, apakah pesan suaranya sudah habis?
Lalu aku mengecek ke arah smartphone, rupanya pesan suara itu masih berjalan, kupikir barusan sudah selesai. Walaupun beberapa detik berselang pesan suara itu tidak kunjung mengeluarkan sebuah suara.
Lalu saat sudah ada di depan pintu, aku melihat ada sebuah kertas yang menempel.
(66677)
(Kode apa ini?)
Lalu aku melihat ke samping pintu dan terlihat ada sebuah baris angka dari 1 sampai 9, mungkinkah jika aku harus memasukkan sandinya ke sini?
"66677" Kataku.
Setelah itu suara lonceng lift terdengar cukup nyaring.
*Hei, rupanya kau sudah memasukkan sandinya. Yah, berhubung liftnya sedang naik itu membutuhkan sebuah proses. Jadi kau harus sedikit bersabar- Oh iya, aku menyarankan kepadamu agar kau tidak melihat ke arah belakang---*
Kemudian suara itu terputus, sebelum akhirnya aku yang secara refleks melihat ke arah belakang.
Disana terlihat seorang anak perempuan yang sedang berdiri sambil menundukkan kepalanya, anak itu juga terlihat sedang memegangi sebuah boneka beruang di tangan kirinya.
Itu adalah tempat aku terjatuh tadi, dengan lampu yang berkedip-kedip, menambah kesan horror tersendiri.
*Oh tidak, apakah kau baru saja melihat ke arah belakang?*
"Yah!" Jawabku panik.
Tidak butuh waktu lama sebelum akhirnya lampu yang berkedip-kedip itu kemudian mati dan selanjutnya di ikuti oleh lampu berikutnya, total masih ada lima lampu yang masih menyala termasuk lampu di mana aku berdiri sekarang.
*Kau tau? Kau tidak harus mengkhawatirkan anak kecil itu. Namun, kau harus khawatir dengan bonekanya.*
Kemudian smartphoneku bergetar, menandakan jika pesan suara itu telah berhenti.
Dengan panik aku melihat ke arah lift dan menekan-nekan tombol angkanya, kemudian saat melihat ke belakang lagi. Lampu ke empat mulai berkedip-kedip sebelum akhirnya padam, sekarang lampu yang ada tepat di atasku mulai berkedip-kedip. Aku tau waktuku tidak banyak.
*DOR! DOR! DOR!*
Aku menggedor pintu itu, berharap liftnya segera terbuka. Namun hasilnya sia-sia.
Aku mulai merasa jika kedipan dari lampunya semakin bertambah cepat namun semakin lama juga terlihat seolah-olah semakin melambat, aku juga merasa di saat lampu itu berkedip dan berganti menjadi gelap yang lumayan lama.
*TING!*
Pintu itu akhirnya terbuka, aku langsung masuk tanpa pikir panjang lagi dan menekan satu tombol yang menuju keatas dengan sangat tergesa-gesa.
Akhirnya lampu terakhir mati, hanya tinggal menyisakan lampu didalam lift saja. Nyatanya, pintu lift tidak kunjung tertutup.
Kini aku mendengar suara nafas yang berat dari balik kegelapan itu, aku takut dengan apapun dibalik kegelapan itu.
*TING!*
Suara itu membuatku takut, tapi untungnya pintu lift mulai tertutup dan lift mulai bergerak keatas.
Aku lemas, duduk begitu saja setelah tegang.
"Sialan." Umpatku sambil terengah-engah.
*KREEEK BRUKK*
Kini lift bergoncang cukup hebat, lampunya mati sebentar. Panik menyerang ku, mau berpegangan tidak tau harus kemana kecuali ke tembok lift.
Tidak lama, lift kembali berjalan normal dan pintunya terbuka, kini aku sedang berada di ruang yang sisi temboknya ada banyak loker, mungkin ruang penyimpanan barang.
Aku kemudian keluar dan berjalan kearah meja ditengah ruangan, ada sebuah kertas.
(Tinjauan Peradaban Baru
20-25
Dunia menyambut Profesor R karena telah berhasil menyembuhkan HIV dalam percobaannya.
20-26
Beberapa Negara meluncurkan rencana rahasia tertinggi dan Lab Penelitian Octo dibangun di daerah yang tidak diketahui untuk melakukan studi tentang obat-obatan terbaru.
Pada tahun yang sama, Dokter Octopus menemukan bahwa satu bahan yang sangat berguna dalam mengobati kanker dan setelah berhasil melakukan percobaan, Dokter Octopus akan melakukan pengujian kepada 1000 pasien kanker di seluruh dunia.
20-??
Semua hal tampaknya salah sekarang. Para pasien yang disuntikkan Vaksin Antikanker Dokter Octopus, Kulitnya mulai bernanah sementara mereka terkena dampak insomnia dan amnesia. Selain itu, mereka merasa haus terus-menerus...
Beberapa hari setelah itu, beberapa kasus ganas pasien menyerang orang-orang terdekat dan memakannya. Kengerian mulai menyebar dari satu tempat ke tempat lainnya dengan cepat.)
Hanya lembar ini yang aku temukan, setidaknya aku mendapatkan beberapa nama seperti Profesor R atau Dokter Octopus.
"Tapi siapa mereka?" Pikirku.
Kemudian dibalik kertas ada sebuah tulisan tangan dengan huruf kapital.
(SEMBUNYI DIBALIK KOTAK)
"Kotak?"
Aku kemudian menaruh kertas itu dimeja sebelumnya dan berjalan menuju ke arah pintu yang terlihat dirantai dari dalam, sepertinya aku harus mencari kuncinya. Kemungkinan ada di sekitar sini.
Tidak lama kemudian aku mendengar suara langkah kaki, tidak maksudnya suara langkah yang besar dari luar pintu.
Sekarang aku mendekati pintu dan mulai mendengar suara langkah kaki itu dengan telinga yang aku dekatkan, suara itu kemudian terhenti, tepat didepan pintu.
"Sembunyi dibalik kotak." Pikirku, setelah teringat tulisan di kertas itu.
Bergegas aku lari kecil menuju loker dan tanpa memperhatikan aku menabrak meja yang ada ditengah ruangan, suara itu cukup besar.
*HORR!!*
Suara teriakan dari luar pintu, kemudian aku berlari menuju loker tapi aku mencoba masuk rupanya terkunci, selanjutnya aku mencoba loker samping dan hasilnya sama saja.
*GUBRAK*
Pintu itu didobrak dengan, dengan... Meja? Pintu itu terlempar begitu saja dan kini sudah terbuka lebar, sekarang aku dapat mendengar suara langkah kaki besar itu kemudian mendekat.
Sekarang aku terburu-buru mencoba satu-persatu loker, berharap ada yang tidak terkunci.
Aku melihat satu loker terbuka sedikit dan berlari kesana, tanpa pikir panjang aku langsung masuk ke dalam dan menutup rapat-rapat loker itu.
Sempit, kakiku harus ditekuk sedikit walau masih sakit karena terkilir.
Melihat dari sela-sela loker, seorang monster besar masuk dengan membawa besi panjang.
Aku tidak tau apa itu, tapi-
*BRUAKK!*
"HAH!" Kataku terkejut.
Saat tau loker di sebelahku dihancurkan begitu saja oleh monster itu, aku yakin dia mendengar teriakan ku saat terkejut tadi.
Sekarang dia melirik kearah loker ku, aku dapat melihat matanya dari balik sela-sela loker.
*TING!*
(Suara lift?)
Monster besar itu kemudian melihat kearah lift, disana aku melihat sebuah boneka beruang coklat yang berlumuran oleh darah.
Monster itu mendekatinya dan seketika boneka itu melompat tepat ke muka monster itu.
*ROARRR!*
Monster itu meraung dan menabrak beberapa loker sebelum akhirnya kedalam lift dan menghancurkan lantai di dalam lift, kemudian dia terjatuh kebawah bersama boneka itu.
Akhirnya aku dapat bernafas lega, setidaknya, untuk sesaat.
Aku pikir diluar loker sudah baik-baik saja dan langsung bergegas untuk keluar.*CLACK! CLACK!*(Sialan, lokernya terkunci dan buruknya lagi aku masih ada di dalam.)Kemudian aku mencoba untuk mendobraknya dengan jarak sedekat ini, sehingga aku hanya bisa mendorong dengan kekuatan dari badanku.*BRUG**STASH!!*Akhirnya pintunya terbuka dalam satu kali percobaan, aku melihat pintu liftnya masih terbuka dari sini, tapi tidak berani untuk mendekatinya dan melihat ke bawah.Selanjutnya aku berjalan keluar dari rua
Dia pikir, dia siapa?Menyalahkan ku begitu saja, menghujat seperti itu. Tanpa ada rasa bersalah di dalam dirinya.Aku melihat ke arah layar monitor, ada sekitar 7 pasukan bersenjata sedang berada di dalam lift. Dengan persenjataan yang sangat lengkap, aku benar-benar merasa telah dikhianati.Sambil mengepalkan tangan, aku menengok ke arah belakang dan melihat mereka yang masih berdiri di sisi ku, walaupun mereka tau apa yang akan terjadi selanjutnya."Lepaskan mereka." Perintah ku."Tapi jika kita melepaskan mereka maka...." Kata seorang wanita cantik yang mengenakan jubah putih, layaknya seorang ilmuwan. Namun sangat disayangkan, kata-katanya belum sempat dia selesaikan.Kemudian aku menatap tajam ke arah mereka, sebelum akhirnya mereka semua pergi meninggalkan ruangan ini dan hanya menyisakan ku bersama wanita itu.Padahal ini semua aku mulai dari nol, apa yan
Tempat ini, benar-benar terlihat asing. Sekarang aku merasa sedang berada di dalam hotel."Semoga saja ini memang sebuah hotel."Lampu merah bertuliskan Exit sangat mencolok dan menarik perhatian ku, sepertinya jalanku untuk keluar dari tempat ini tidak terlalu sulit. Yah, aku terlalu naif jika tidak mengakui apa yang sudah terjadi sebelumnya.Aku hanya perlu berjalan menelusuri lorong ini, tanpa harus memegang setiap gagang pintu kamar yang aku lewati."Aku mencoba tidak membangkitkan atau membuat suara yang gaduh."Semakin lama aku berjalan, pencahayaan dari lorongnya semakin meredup. Ini mulai membuat ku tidak nyaman.Sekarang aku merasa semakin panik, pikiran ku mulai kacau. Aku melihat kebelakang atau ke depan, semuanya terlihat sama.Tidak ada belokan, hanya lorong yang lurus dengan cahaya redup ini. Nafasku mulai berat dan aku sempat beberapa
Sakit.Rasa sakit ini menyelimuti tubuh ku, aku tidak dapat bergerak dan tidak dapat melihat apapun. Hanya kegelapan yang menemaniku saat ini, bersama dengan rasa yang teramat sangat sakit ini."Ugh...."Aku dapat melihat dengan samar-samar, sebuah tempat di mana aku sedang terbaring lemah. Di atas kasur ini, berdiri seorang anak perempuan memegang bonekanya di samping tempat tidur.Sangat disayangkan, aku kembali tertidur.Tubuhku cukup lelah, mungkin ini adalah batasanku. Aku sudah melewati batas."Apa yang kau rasakan?" Tanya seorang yang tidak aku kenal, aku tidak dapat melihatnya dan hanya melihat kegelapan saja."Kupikir, dokter dapat menyembuhkan dirinya sendiri." Jelasnya dengan suara yang mulai menjauh.Suara seorang laki-laki, yang sangat asing terdengar ditelinga. Bahkan aku tidak tau siapa dia dan apa yang dia lakukan, apakah dia tau a
"Kemana saja kamu selama ini! Aku khawatir, sudah 13 hari sejak pertama kali kita berbincang. Intinya kamu enggak ada kabar sama sekali," jelas Rachel dengan nada marah kepada ku.13 hari? Apa aku tertidur selama itu?"13 hari?" Tanya ku memastikan."Iyaaa, ku pikir... Intinya aku menuntut kamu untuk menceritakan semuanya kepada ku...."Sekarang aku mulai berpikir kalau semua cewe itu seposesif ini, padahal belum pernah ketemu tapi kenapa dia bawel banget."Baiklah akan aku ceritakan semuanya, tapi berjanjilah kalau kamu akan percaya ke setiap kata di cerita ku nanti,""Oke, aku berjanji."Setelah mendengar jawabannya, kemudian aku mulai menceritakan semuanya kepada Rachel. Dari awal hingga akhirnya aku terjebak di lift bersama dengan Mannequin ini.Buruknya lagi, tempat ini mulai panas dan aku sudah melepas kemeja yang aku kenakan.
Apa yang terjadi sekarang?Kenapa aku sedang terbaring?Aku merasa jika kedua tangan ku terikat sangat erat, tapi aku tidak dapat melihat apa-apa.Paksa, aku hanya bisa memaksa. Memaksa untuk membuka mata dan melihat apa yang saat ini sedang terjadi.Secara samar-samar, aku melihat cahaya lampu. Cahaya yang mengarah kearah ku, sepertinya itu bukanlah cahaya dari lampu biasa karena cahaya itu sangatlah terang.Kenapa benda tajam itu mengarah ke mata ku?Benda itu semakin mendekat, sebelum akhirnya aku tidak dapat melihat apa-apa.Kecuali kegelapan yang suram dan abadi ini, tapi kenapa aku merasa kegelapan ini sedang berjalan. Seperti sedang mencoba untuk memberikan ku sebuah petunjuk, apakah ada jalan keluar dari kegelapan ini?Yah, kemudian aku melihat secercah cahaya yang sedikit demi sedikit menabrak kearah ku."Masuklah?" Kata ku.
(Bib-Bib-Bib-!!!)"Ughh...."Aku terbangun karena suara keras itu, saat aku melihat kearah sumber suara ada sebuah jam analog menyala di atas meja. Untungnya meja itu berada di samping kasur tempat aku terbangun sehingga membuat ku mudah untuk meraihnya dan mematikannya.Sambil mengusap kedua mata, kemudian aku melihat sekitar.Ruangan bergaya klasik, disalah satu dindingnya terpampang sebuah foto keluarga. Seorang anak perempuan bersama kedua orang tuanya, tapi disudut foto itu berdiri seorang anak laki-laki dengan ekspresi wajah yang sedih.Kemudian aku berjalan menuju pintu dan diluar ruangan ini aku merasa sedang berada disebuah tempat yang nyaman, bukan kah ini adalah di dalam rumah? Aku berada di dalam sebuah rumah.Terlihat kayu bakar yang masih menyala dengan ukuran api yang lumayan besar, sedangkan diruang makan aku melihat meja berisikan banyak sekali makanan.
Ruangan ini menjadi sangat hening, bahkan suara serak dari perempuan diluar pintu itu menghilang dengan sendirinya.Kemudian aku melihat kearah Srya sambil berusaha menggerakkan bibir tanpa mengeluarkan suara dan seraya ingin berkata "Gimana?"Dia hanya menggerakkan bahunya sebagai tanda tidak tau, setelah itu dia terlihat mengambil sebuah kertas diatas meja yang dekat dengan posisinya duduk diatas kasur saat itu dan mulai menulis sesuatu."Jadi dia nulis apa?" pikiranku saat membacanya dari kejauhan, terlihat dia menulis menggunakan huruf sambung."Apa?" bisikku karena tidak paham membaca huruf sambung."Pintunya, pintunya lupa aku kunci." Jelasnya agak sedikit kencang tapi tidak sampai seperti suara normal.Sepertinya aku dan Srya hanya harus menunggunya pergi tanpa harus mengeluarkan suara apapun di dalam ruangan ini."Tidak terlalu sulit buat diam." Pikiranku