"Setiap aku mengingat kembali ke hari itu, diwaktu yang pertama kali kamu terjatuh dan untuk pertama kalinya pula semua orang mulai memandang rendah dirimu. Tapi itu hanya echo masa lalu saja dan aku tahu kita harus meninggalkan masa lalu itu jauh-jauh di belakang." Jelasnya sambil menaruh sebuah buku diatas mejaku yang di mana buku itu berjudul "Teori Pengkajian Fiksi."
Setelah itu, pria berjas hitam yang terlihat sangat elegan mulai duduk di sofa.
"Buku apa ini?" tanyaku bingung saat melihat judul yang tidak biasa dari buku ini.
Dia yang mendengar pertanyaan itu, kemudian tersenyum lebar.
"Ketika masa inkubasi virus itu berakhir, sebagian dari mereka akan berubah menjadi monster bukan? Itu katamu, jadi buku itu berisikan rencanaku untuk membuat sebuah peradaban baru,"
"Apa maksudmu?" tanyaku dengan perasaan yang sedikit tidak nyaman setelah mendengar jawabannya itu.
"Oh Dokter, ka
Disebuah ruangan yang terlihat megah ini, aku duduk dengan sangat santai ditengahnya. Di atas sofa yang cukup mewah, aku duduk sambil ditemani oleh seorang pria tua yang di mana dia sedang fokus dengan layar smartphone yang sedang dia pegang itu.(Tapi, siapa dia? Apa sekarang aku sedang berada didalam echo masa lalu ku?)Beberapa menit berselang, kami benar-benar tidak saling berinteraksi. Mulutku mulai gatal rasanya menunggu untuk dia membuka topik pembicaraan, nyatanya ingin sekali aku bertanya "Siapa sebenarnya kamu?".Namun seketika, perhatianku terfokus kearah saku kemeja putihnya itu. Di mana tertempel sebuah tag nama di atas sakunya.(Profesor R)"Aku selalu kecewa, terhadap pemikiranku yang sudah menua ini." Katanya sambil menaruh smartphone yang sebelumnya dia pegang ke atas meja.Sekarang, dia menundukkan kepalanya. Mengisyaratkan bahwa dia sedang merenungkan sesuatu, sul
Satu bulan telah berlalu, petaka yang dibuat oleh Profesor R telah membuat seluruh dunia lumpuh. Dari segi pemerintahan hingga ekonomi, sehingga mengakibatkan penjarahan dan kerusuhan menjadi hal yang sudah biasa untuk dilihat sekarang.Mayat-mayat bergelimpangan di jalanan, semua orang sudah tidak memiliki tenaga lagi untuk memindahkan mereka yang pada akhirnya membiarkan mereka begitu saja ditanah. Wabah R-77, demikian semua orang menyebut petaka ini.Butuh waktu 2 bulan untuk mengetahui apakah kamu sudah terjangkit virus ini atau tidak, tapi disaat orang-orang sudah mulai sadar jika mereka terjangkit. Semua sudah terlambat, karena diperkirakan semua orang dibelahan dunia telah terinfeksi pada saat masa inkubasi itu terjadi.Kemudian, Laboratorium Octopus yang berdiri dibeberapa negara mulai berlomba-lomba membuat vaksinnya. Namun karena dicurigai sebagai dalang dari wabah ini, seluruh staf di dalam Laboratorium Octopus ditangkap
Laboratorium Octopus di Indonesia membutuhkan waktu kurang dari tiga minggu untuk mencegah virus Ündead yang mematikan itu keluar dari sini dan menyebar ke seluruh Negeri, semuanya itu terjadi saat perlombaan pembuatan vaksin mulai dilakukan.Dalam percobaan awal, kita perlu waktu yang lama dan upaya bersama untuk membuat virus ini beserta penangkalnya. Esok harinya, sekitar 182 Dokter di seluruh laboratorium ini diperkirakan terinfeksi oleh virus buatan kita dan angka itu baru bisa dinolkan pada waktu 6 hari setelahnya.Ya, mereka semua mati. Ditembak ataupun bunuh diri, setelah itu mayatnya segera dibakar. Lalu abunya harus disimpan dalam toples anti radioaktif hingga waktu yang tidak pernah ditentukan.Namun, 2-3 hari kemudian, virus berbahaya yang telah dinyatakan steril didalam laboratorium ini mulai kembali muncul.Kita yang melihat itu berusaha untuk tidak mempercayai apa yang terjadi, semua gejalanya benar-b
"Ughh." Aku terbangun dengan keadaan kepala sangat sakit.Kesan pertama yang sangat buruk. Tidak, lebih buruknya lagi aku terbangun di sebuah ruangan yang teramat asing.Aku tidak tau apa yang terjadi. Namun ruangan kumuh ini, hanya memiliki satu pintu yang diganjal dengan lemari baju dari dalam.Melihat sekeliling tidak ada orang selain diriku, membuatku yakin bahwa akulah orang yang telah menutup rapat-rapat pintu itu.(Tapi apa yang sebenarnya terjadi?) Aku kemudian berdiri dan mulai melangkah mendekati pintu putih itu, belum sempat melangkah tiba-tiba dari dalam kantong celanaku jatuh sebuah ponsel.Sekarang, perhatianku terarah ke ponsel asing itu. Layarnya dikunci dengan kode angka dan menunjukkan baterai berwarna merah, enam digit angka untuk membuka ponselnya.Jika ini adalah ponselku, seharusnya aku ingat berap
Suara itu terhenti, seketika ruangan yang pengap ini hening, kini sunyi membuatku takut. Padahal dulu, berharap mendapatkan kesunyian yang seperti ini saja sudah cukup.Setelah mengumpulkan keberanian, aku melihat sekeliling ruangan, mengetahui bahwa ruangan ini tidak memiliki jendela dan hanya memiliki satu pintu saja, kini aku hampir putus asa.Namun aku melihat sebuah meja dan kursi yang dalam posisi tertidur, kursinya hanya memiliki tiga kaki, walau tau di atas ada sebuah ventilasi udara tapi hanya orang bodoh saja yang mencoba naik kesana dengan kursi seperti ini.Tunggu dulu, dalam posisi ini jika mejanya ada tepat dibawah ventilasi dan kursinya ada disini, maka orang yang akan mencoba naik lalu akan jatuh ke tempat dimana aku terbangun tadi."Apa sebelumnya aku telah mencobanya? Ah sialan, aku tidak dapat mengingat apa-apa."*BUG! BUG! BUG!*Suara kencang itu terdengar
Aku pikir diluar loker sudah baik-baik saja dan langsung bergegas untuk keluar.*CLACK! CLACK!*(Sialan, lokernya terkunci dan buruknya lagi aku masih ada di dalam.)Kemudian aku mencoba untuk mendobraknya dengan jarak sedekat ini, sehingga aku hanya bisa mendorong dengan kekuatan dari badanku.*BRUG**STASH!!*Akhirnya pintunya terbuka dalam satu kali percobaan, aku melihat pintu liftnya masih terbuka dari sini, tapi tidak berani untuk mendekatinya dan melihat ke bawah.Selanjutnya aku berjalan keluar dari rua
Dia pikir, dia siapa?Menyalahkan ku begitu saja, menghujat seperti itu. Tanpa ada rasa bersalah di dalam dirinya.Aku melihat ke arah layar monitor, ada sekitar 7 pasukan bersenjata sedang berada di dalam lift. Dengan persenjataan yang sangat lengkap, aku benar-benar merasa telah dikhianati.Sambil mengepalkan tangan, aku menengok ke arah belakang dan melihat mereka yang masih berdiri di sisi ku, walaupun mereka tau apa yang akan terjadi selanjutnya."Lepaskan mereka." Perintah ku."Tapi jika kita melepaskan mereka maka...." Kata seorang wanita cantik yang mengenakan jubah putih, layaknya seorang ilmuwan. Namun sangat disayangkan, kata-katanya belum sempat dia selesaikan.Kemudian aku menatap tajam ke arah mereka, sebelum akhirnya mereka semua pergi meninggalkan ruangan ini dan hanya menyisakan ku bersama wanita itu.Padahal ini semua aku mulai dari nol, apa yan
Tempat ini, benar-benar terlihat asing. Sekarang aku merasa sedang berada di dalam hotel."Semoga saja ini memang sebuah hotel."Lampu merah bertuliskan Exit sangat mencolok dan menarik perhatian ku, sepertinya jalanku untuk keluar dari tempat ini tidak terlalu sulit. Yah, aku terlalu naif jika tidak mengakui apa yang sudah terjadi sebelumnya.Aku hanya perlu berjalan menelusuri lorong ini, tanpa harus memegang setiap gagang pintu kamar yang aku lewati."Aku mencoba tidak membangkitkan atau membuat suara yang gaduh."Semakin lama aku berjalan, pencahayaan dari lorongnya semakin meredup. Ini mulai membuat ku tidak nyaman.Sekarang aku merasa semakin panik, pikiran ku mulai kacau. Aku melihat kebelakang atau ke depan, semuanya terlihat sama.Tidak ada belokan, hanya lorong yang lurus dengan cahaya redup ini. Nafasku mulai berat dan aku sempat beberapa