Dia pikir, dia siapa?
Menyalahkan ku begitu saja, menghujat seperti itu. Tanpa ada rasa bersalah di dalam dirinya.
Aku melihat ke arah layar monitor, ada sekitar 7 pasukan bersenjata sedang berada di dalam lift. Dengan persenjataan yang sangat lengkap, aku benar-benar merasa telah dikhianati.
Sambil mengepalkan tangan, aku menengok ke arah belakang dan melihat mereka yang masih berdiri di sisi ku, walaupun mereka tau apa yang akan terjadi selanjutnya.
"Lepaskan mereka." Perintah ku.
"Tapi jika kita melepaskan mereka maka...." Kata seorang wanita cantik yang mengenakan jubah putih, layaknya seorang ilmuwan. Namun sangat disayangkan, kata-katanya belum sempat dia selesaikan.
Kemudian aku menatap tajam ke arah mereka, sebelum akhirnya mereka semua pergi meninggalkan ruangan ini dan hanya menyisakan ku bersama wanita itu.
Padahal ini semua aku mulai dari nol, apa yang tidak aku tahu dulu. Yang sangat tidak nyata, tapi pada akhirnya aku berhasil meraihnya, aku telah mencoba terlalu keras dan terlalu jauh hingga akhirnya aku kehilangan semuanya.
"Aku tak ingin mengucapkan selamat tinggal," katanya dari belakang.
Kata-katanya barusan membuat ku menengok kearahnya.
"Aku juga tak ingin melihatmu mati malam ini." Lanjutnya sambil mengambil sebuah pistol dari balik sakunya.
Pistol berwarna biru itu bukanlah senjata yang mematikan, namun sangat menyakitkan jika kau bermain dengan senjata itu.
"Apa yang kau lakukan?" Tanyaku sambil mulai berjalan secara perlahan kearahnya.
Dia mengangkat pistol itu dan mengarahkan tepat ke arahku, namun aku juga dapat melihat jika tangannya ikut bergetar.
"Tenang, tenanglah." Kataku yang berjalan semakin dekat dengannya.
"Maaf... Maafkan aku!" Katanya dengan nada ingin menangis.
(TREEEETTTT......)
(BRUK!)
"Sialan!"
Aku terbangun dengan sangat terkejut dan merasa jika mimpi itu terasa begitu nyata, kepalaku sedikit sakit, tapi tidak sesakit sebelumnya.
"Sialan." Umpatku ketika terbayang mimpi tadi.
Rupanya aku masih berada didalam lift yang sama, namun dengan keadaan pintu yang sudah terbuka dan berada dilantai lainnya.
Aku ingat jika sebelumnya ada sebuah boneka di sini, tapi sangat disayangkan jika boneka itu sudah menghilang dan hanya meninggalkan jejak dengan bercak darah.
"Jejak apa ini?" Tanyaku.
Jejak ini mengarah ke suatu tempat, tapi sepertinya lantai ini terlihat tidak bersahabat karena banyak sekali lampu berwarna merah yang berkedip-kedip.
Seperti tanda darurat, aku sangat yakin, jika aku sedang tidak berada di dalam gedung pencakar langit karena tidak menemukan sebuah jendela mengarah keluar.
Lorong demi lorong aku lewati sambil mengikuti jejak yang menurut ku berasal dari boneka beruang sebelumnya.
Sambil berjalan, aku mulai mengambil Walkie Talkie dari dalam saku celana dan menaruh kedua batu baterai yang aku temukan sebelumnya.
(Tit--------)
Hanya suara itu yang keluar, saat aku secara asal menekan tombol-tombolnya atau memutarnya.
"Apa ini rusak?" Pikiranku.
Tanpa pikir panjang, aku kembali menaruh Walkie Talkie ke dalam saku celana dan melanjutkan perjalanan ku mengikuti jejak ini.
Tidak lama berselang, jejak ini akhirnya berhenti didalam sebuah ruangan yang tertutup oleh dua pintu.
Untungnya pintu ini tidak terkunci dan kemudian di dalamnya, aku melihat sebuah ruangan yang sangat rapih dan terlihat ada sebuah Mannequin yang berjalan kearah ku.
"Seharusnya itu tidak dapat berjalan." Pikiran ku.
Matanya memancarkan cahaya berwarna biru muda, tapi anehnya aku tidak merasakan takut akan kehadirannya.
"Memindai." Suara itu muncul dari Mannequin itu.
Dia terlihat menatapku dari atas sampai bawah.
"Jadi, apa yang sebenarnya terjadi? Apa dia robot?" Pikiranku.
"Kesalahan! Kesalahan! Kesalahan!" Demikian suara pecah yang mengerikan keluar dari Mannequin sebelumnya.
Mata birunya redup dan berubah kemerahan dan dia terlihat kehabisan daya, kemudian tidak bergerak lagi.
Aku mencoba menyentuhnya sedikit dan hanya merasakan dinginnya besi tanpa terjadi apa-apa, kupikir dayanya habis.
Kemudian aku melihat ruangan ini, banyak sekali lemari kaca yang berisikan kotak obat. Sebagian masih terisi dan sebagian lainnya terlihat kosong, sepertinya ini adalah ruang obat.
Banyak obat di sini, tapi aku tidak tau apa manfaatnya dan akhirnya hanya melihat-lihat saja.
(Zzzzz----)
Walkie Talkie ku berbunyi, padahal aku tidak menyalakannya. Ini terjadi saat aku ingin keluar dari ruangan dan berjalan melewati Mannequin ini.
Aku melihat kearahnya dan tangannya sambil memegang sesuatu, seperti sebuah flashdisk. Di mana itu tertulis "Error".
"Mungkin, aku harus menyimpan ini didalam saku celana." Pikir ku.
Tanpa pikir panjang, aku langsung menjelajahi satu tempat ke tempat yang lain dan hanya merasa bahwa setiap ruangan di sini adalah gudang, banyak sekali barang tidak berguna dari ruangan penuh sampah hingga ruangan penuh barang bekas.
Kemudian, tibalah aku pada ruangan yang cukup bersih. Seperti tempat pemantauan CCTV atau tempat keamanan lebih jelasnya.
Di sini hanya ada komputer dan lampu yang menyala terang, kupikir aku bisa menggunakan komputer ini untuk membuka flashdisk.
Jadi, aku menyentuh keyboardnya dan tidak terjadi apa-apa. Apa ini mati, atau mungkin jika memang aku salah.
"Ah iya aku harus menyalakan CPUnya." Kata ku saat teringat cara mengoperasikannya.
Beruntung, komputer itu masih dapat menyala. Kini di depan layar monitor muncul gambar dari CCTV yang masih merekam secara langsung.
Setiap sudut ruangan dan setiap tempat, semua terlihat dengan jelas dari layar itu. Maksudnya tidak semua tempat, hanya beberapa tempat yang bahkan aku tidak tau itu di mana.
Selanjutnya aku langsung mencoba flashdisk yang bertuliskan "Error" dan mencari tau apa sebenarnya isi dari flashdisk ini, semoga bukan video yang aneh di dalamnya.
Setelah menunggu cukup lama saat komputer sedang membaca isi flashdisk itu, tiba-tiba layar komputer menjadi gelap.
Dan sebuah video terputar.
"Ketika virus sudah menginfeksi seluruh manusia di muka bumi, kami berlindung dibawah tanah." Demikian kata seorang dokter bermasker itu.
"Kami mencoba membuat banyak robot untuk membantu di sini, sangat disayangkan. Sebagian terkena virus malware yang bahkan kami tidak tau dari mana asalnya." Jelasnya dengan video yang mulai buram.
"Mereka menjadi mesin pembunuh, yang membunuh semuanya. Benra---"
"Jangan pernah mendekati mereka yang bermata merah! Jangan pernah!" Teriaknya histeris.
"Jika kau punya alat komunikasi seperti layar smartphone yang error cobalah untuk bersembunyi sampai layar itu kembali normal. Atau jika kau punya alat komunikasi seperti Walkie Talkie yang berbunyi saat dimatikan maka bersembunyilah."
"Kau tidak dapat melawan mesin! Sekarang mesin akan melawan kehendaknya! Dan kau hanya bisa bersembunyi!"
Kemudian video berhenti dan sekarang hanya ada video CCTV yang sedang merekam secara langsung.
Menurut ku, aku harus waspada terhadap mesin, maksudku adalah robot.
Jika video itu benar, maka sekarang kemungkinan aku berada dibawah tanah. Tapi apa yang sebenarnya terjadi?
Percuma mengingat-ingatnya, aku tidak mendapatkan apapun kecuali kepala yang sakit.
"Cih!"
Seketika layar monitor berubah menjadi merah dan video CCTV yang sebelumnya terurai oleh beberapa bagian itu mulai fokus ke salah satu, sepertinya layar fokus ke video yang bergerak.
Aku melihat di video pertama ada sebuah Mannequin di lorong yang gelap, video berikutnya aku melihat beberapa barang yang jatuh dari meja.
"Dan video ku, diruang ini. Haha lucu sekali." Kataku.
Kini video kembali fokus ke arah Mannequin itu, matanya terlihat bersinar berwarna merah yang menyala.
Dia berjalan secara berlahan dan jika diperhatikan sepertinya aku melihat di lorong itu ada sebuah ruangan, terlihat dari pintunya yang terbuka sedikit dan didalamnya ada cahaya.
Mannequin itu semakin mendekati ruangan itu dan kini layar monitor ku mulai error.

"SIALAN!!" Umpatku.
Sepertinya Mannequin itu berada didekat ruangan ku, sekarang aku dalam keadaan panik dan langsung bergegas ke pintu keluar untuk bersembunyi.
Berharap dia tidak masuk, karena aku benar-benar berada dibelakang pintu ruangan. Satu-satunya jalan keluar dan tempat untuk bersembunyi.
"Ayolah! Ayolah! Pergi dari sini." Pikirku.
Sekarang Walkie Talkie ku mulai berbunyi cukup keras dan aku berusaha untuk meredam suara itu dengan memeluknya ke arah badan.
Pintu secara berlahan terbuka dan--
"Apa?"
Walkie Talkie ku sudah kembali normal sambil melihat dari kejauhan layar monitor juga kembali normal, sekarang aku menutup rapat-rapat pintu ruangan dan kembali mendekati monitor.
Memastikan bahwa dia tidak ada didekat sini.
Setiap video CCTV aku amati dengan baik dan tidak menemukan tanda-tanda adanya Mannequin itu, lagi, lagi, dan lagi.
Aku memastikan setiap slide video CCTV.

"Bangsat!"
"Sialan!"
Arggh, aku benar-benar terkejut melihatnya. Aku terlalu fokus dan akhirnya benar-benar terkejut.
Kini aku takut menatap layar monitor itu lagi, apalagi untuk mengintipnya.
Saat melihatnya lagi, dia sudah tidak ada. Monster dengan senyuman jahatnya sudah tidak ada.
Sekarang aku dapat bernafas lega, sangat lega. Bersyukur jika dia tidak selamanya menatap CCTV.
Aku benar-benar syok melihatnya.
(CLEK)
Seketika seluruh listrik padam, beruntung ruangan ini berwarna putih dan aku masih dapat melihat sedikit dengan pantulan warna ini.
Tanpa pikir panjang, aku langsung berlari menuju kearah pintu.
Dan aku mendengar suara rantai besi yang diseret diluar.
Suara itu terkesan menjauh dan aku hanya bisa memastikan jika aku mengintip dari balik pintu ini.

Tanpa pikir panjang aku langsung keluar dari ruangan ini, sambil berjalan dengan memegang tembok untuk mendapatkan petunjuk arah.
Sekarang aku berjalan dan terus berjalan, aku rasa aku tidak melewati tempat yang sama atau mungkin saja ini bukan tempat yang sama.
Lorongnya terlihat sama saat gelap dan deru nafasku terdengar mengerikan, jadi hanya itu yang menemaniku di tempat yang sunyi ini.
(Dug Dug Dug)
Aku mendengar suara langkah kaki besar di depan, mengarah kesini.
Aku berlari mencari ruangan untuk bersembunyi dan semakin lama suara itu semakin mendekat, tanpa pikir panjang aku langsung berlari ke arah ruangan tanpa pintu.
Dan bersembunyi disana, suara itu hilang dan listrik kembali menyala.
Jantungku masih berdegup kencang.

Ketika aku melihatnya, aku teringat dengan kata slenderman. Namun ini lebih nyata, tapi apa dia melihat kearah ku?
"Semoga tidak! Semoga tidak! Semoga tidak!" Pikiranku.
Dia kemudian pergi dari pintu entah kemana dan aku langsung bergegas keluar dari ruangan ini untuk mencari liftnya.
Kenapa lantai ini susah sekali untuk menemukan liftnya.
Aku berlari dan terus berlari, berharap secara cepat menemukan pintu lift berwarna putih itu dan pergi dari sini.
Tapi aku merasakan sebuah pintu kayu besar yang terlihat aneh dari kejauhan, pintu itu berbeda namun juga memiliki kesan menakutkan.
Secara perlahan aku membuka pintu itu dan mengejutkan rupanya ini adalah lift, juga ada sebuah boneka beruang didalamnya.
Memiliki warna coklat dan terlihat bersih, berbeda dari sebelumnya.
Kemudian aku langsung menekan tombol liftnya dan beristirahat didalam, mengambil boneka beruang itu dan memangku nya.
"Huh, betapa lucunya ini." Kataku.
(Mau melihat keajaiban?)
Itulah tulisan dari kertas yang tertempel dibelakang boneka itu, tapi aku tidak tau maknanya.
Aku menekan-nekan boneka itu dan menemukan sesuatu yang keras didalamnya, kupikir aku harus membukanya dan mengeluarkan kapas lembut dari dalam boneka ini.
(Stret)
Boneka ini sudah tidak terlihat mirip seperti sebelumnya, hanya kapas putih yang berantakan didalam lift.
Didalam aku menemukan sebuah walkie talkie, dengan batu batre yang kosong dan terlihat masih baru.
Sepertinya aku memang harus mencobanya, untuk melihat keajaiban apa yang akan terjadi.
(Zzzz--)
Sekarang suara yang menyeramkan muncul setelah aku memasang kedua batu batre kedalamnya.
Dan rupanya kekhawatiran ku benar-benar terjadi, liftnya belum jalan dan aku merasa bahwa diluar pintu kayu lift ini ada sebuah masalah.
(TING!)
Lonceng lift kemudian berbunyi dan lift mulai bergerak, sekarang walkie talkie ku tidak berbunyi seperti itu lagi.
"Huh...."
"Akhirnya."
Aku bisa jauh dari rasa khawatir dan tidak tau apa yang akan menungguku dilantai berikutnya, jadi aku hanya bisa menyalakan Walkie Talkie ini dan menunggu sesuatu.
Setidaknya aku masih bisa berharap untuk keluar dari sini dan mencari tau apa yang sebenarnya terjadi.
Tempat ini, benar-benar terlihat asing. Sekarang aku merasa sedang berada di dalam hotel."Semoga saja ini memang sebuah hotel."Lampu merah bertuliskan Exit sangat mencolok dan menarik perhatian ku, sepertinya jalanku untuk keluar dari tempat ini tidak terlalu sulit. Yah, aku terlalu naif jika tidak mengakui apa yang sudah terjadi sebelumnya.Aku hanya perlu berjalan menelusuri lorong ini, tanpa harus memegang setiap gagang pintu kamar yang aku lewati."Aku mencoba tidak membangkitkan atau membuat suara yang gaduh."Semakin lama aku berjalan, pencahayaan dari lorongnya semakin meredup. Ini mulai membuat ku tidak nyaman.Sekarang aku merasa semakin panik, pikiran ku mulai kacau. Aku melihat kebelakang atau ke depan, semuanya terlihat sama.Tidak ada belokan, hanya lorong yang lurus dengan cahaya redup ini. Nafasku mulai berat dan aku sempat beberapa
Sakit.Rasa sakit ini menyelimuti tubuh ku, aku tidak dapat bergerak dan tidak dapat melihat apapun. Hanya kegelapan yang menemaniku saat ini, bersama dengan rasa yang teramat sangat sakit ini."Ugh...."Aku dapat melihat dengan samar-samar, sebuah tempat di mana aku sedang terbaring lemah. Di atas kasur ini, berdiri seorang anak perempuan memegang bonekanya di samping tempat tidur.Sangat disayangkan, aku kembali tertidur.Tubuhku cukup lelah, mungkin ini adalah batasanku. Aku sudah melewati batas."Apa yang kau rasakan?" Tanya seorang yang tidak aku kenal, aku tidak dapat melihatnya dan hanya melihat kegelapan saja."Kupikir, dokter dapat menyembuhkan dirinya sendiri." Jelasnya dengan suara yang mulai menjauh.Suara seorang laki-laki, yang sangat asing terdengar ditelinga. Bahkan aku tidak tau siapa dia dan apa yang dia lakukan, apakah dia tau a
"Kemana saja kamu selama ini! Aku khawatir, sudah 13 hari sejak pertama kali kita berbincang. Intinya kamu enggak ada kabar sama sekali," jelas Rachel dengan nada marah kepada ku.13 hari? Apa aku tertidur selama itu?"13 hari?" Tanya ku memastikan."Iyaaa, ku pikir... Intinya aku menuntut kamu untuk menceritakan semuanya kepada ku...."Sekarang aku mulai berpikir kalau semua cewe itu seposesif ini, padahal belum pernah ketemu tapi kenapa dia bawel banget."Baiklah akan aku ceritakan semuanya, tapi berjanjilah kalau kamu akan percaya ke setiap kata di cerita ku nanti,""Oke, aku berjanji."Setelah mendengar jawabannya, kemudian aku mulai menceritakan semuanya kepada Rachel. Dari awal hingga akhirnya aku terjebak di lift bersama dengan Mannequin ini.Buruknya lagi, tempat ini mulai panas dan aku sudah melepas kemeja yang aku kenakan.
Apa yang terjadi sekarang?Kenapa aku sedang terbaring?Aku merasa jika kedua tangan ku terikat sangat erat, tapi aku tidak dapat melihat apa-apa.Paksa, aku hanya bisa memaksa. Memaksa untuk membuka mata dan melihat apa yang saat ini sedang terjadi.Secara samar-samar, aku melihat cahaya lampu. Cahaya yang mengarah kearah ku, sepertinya itu bukanlah cahaya dari lampu biasa karena cahaya itu sangatlah terang.Kenapa benda tajam itu mengarah ke mata ku?Benda itu semakin mendekat, sebelum akhirnya aku tidak dapat melihat apa-apa.Kecuali kegelapan yang suram dan abadi ini, tapi kenapa aku merasa kegelapan ini sedang berjalan. Seperti sedang mencoba untuk memberikan ku sebuah petunjuk, apakah ada jalan keluar dari kegelapan ini?Yah, kemudian aku melihat secercah cahaya yang sedikit demi sedikit menabrak kearah ku."Masuklah?" Kata ku.
(Bib-Bib-Bib-!!!)"Ughh...."Aku terbangun karena suara keras itu, saat aku melihat kearah sumber suara ada sebuah jam analog menyala di atas meja. Untungnya meja itu berada di samping kasur tempat aku terbangun sehingga membuat ku mudah untuk meraihnya dan mematikannya.Sambil mengusap kedua mata, kemudian aku melihat sekitar.Ruangan bergaya klasik, disalah satu dindingnya terpampang sebuah foto keluarga. Seorang anak perempuan bersama kedua orang tuanya, tapi disudut foto itu berdiri seorang anak laki-laki dengan ekspresi wajah yang sedih.Kemudian aku berjalan menuju pintu dan diluar ruangan ini aku merasa sedang berada disebuah tempat yang nyaman, bukan kah ini adalah di dalam rumah? Aku berada di dalam sebuah rumah.Terlihat kayu bakar yang masih menyala dengan ukuran api yang lumayan besar, sedangkan diruang makan aku melihat meja berisikan banyak sekali makanan.
Ruangan ini menjadi sangat hening, bahkan suara serak dari perempuan diluar pintu itu menghilang dengan sendirinya.Kemudian aku melihat kearah Srya sambil berusaha menggerakkan bibir tanpa mengeluarkan suara dan seraya ingin berkata "Gimana?"Dia hanya menggerakkan bahunya sebagai tanda tidak tau, setelah itu dia terlihat mengambil sebuah kertas diatas meja yang dekat dengan posisinya duduk diatas kasur saat itu dan mulai menulis sesuatu."Jadi dia nulis apa?" pikiranku saat membacanya dari kejauhan, terlihat dia menulis menggunakan huruf sambung."Apa?" bisikku karena tidak paham membaca huruf sambung."Pintunya, pintunya lupa aku kunci." Jelasnya agak sedikit kencang tapi tidak sampai seperti suara normal.Sepertinya aku dan Srya hanya harus menunggunya pergi tanpa harus mengeluarkan suara apapun di dalam ruangan ini."Tidak terlalu sulit buat diam." Pikiranku
Sekarang masih jam 5 pagi, semalam aku tidak dapat tertidur dan matahari telah mulai terbit.Aku mencoba untuk berpikir menggunakan logika daripada hati, dulu aku selalu berharap untuk mati saja. Tapi sebelum aku mati, aku telah berjanji untuk mengatakan yang sebenarnya tanpa ada kebohongan lainnya.Berapa banyak lagi yang bisa aku ambil?Berapa lama sebelum aku akhirnya bisa istirahat dengan tenang?Bahkan ketika dunia memang sudah tidak memiliki keadilan lagi, maka aku akan mencoba untuk menciptakan keadilan itu sendiri. Mencoba untuk menolak setiap cemoohan dari orang-orang disekitar, karena mereka tidak dapat membantu ku sama sekali.Mereka membuatku merasa sangat gelisah."Bahkan aku tidak pernah merasa sangat gelisah sampai seperti ini."Sekarang aku berada di depan kaca tebal yang memiliki ketebalan berlapis-lapis, melihat kearah mereka yang sedang berada
Aku ingat ketika.Ketika aku kehilangan ingatan, ada sesuatu yang sangat menyenangkan waktu itu.Tapi yang membuatku begini, bukan karena aku tidak tau apa-apa. Aku hanya tau terlalu banyak, sangat banyak sehingga membuatku gila.Waktu itu, aku sangat ingin sekali hidup. Tanpa memiliki sebuah ingatan sedikit pun, hanya ada diriku yang entah di mana.Tapi kenapa, aku masih berusaha untuk mencari ingatan yang dulu selalu ingin aku buang.Aku telah memikirkan ini dua kali, siapa yang telah melakukannya? Apa diriku sendiri?Memangnya aku siapa? Dan apa yang sebenarnya telah terjadi?Janjiku, apa janji itu akan terus abadi? Bahkan ketika dunia dan orang-orangnya telah berubah, apa janji itu tidak dapat berubah dan menghilang?Lalu kenapa aku mencoba untuk lari dari realita ini? Dan di saat aku telah berhasil lari darinya, kenapa aku ingin kembali.
Laboratorium Octopus di Indonesia membutuhkan waktu kurang dari tiga minggu untuk mencegah virus Ündead yang mematikan itu keluar dari sini dan menyebar ke seluruh Negeri, semuanya itu terjadi saat perlombaan pembuatan vaksin mulai dilakukan.Dalam percobaan awal, kita perlu waktu yang lama dan upaya bersama untuk membuat virus ini beserta penangkalnya. Esok harinya, sekitar 182 Dokter di seluruh laboratorium ini diperkirakan terinfeksi oleh virus buatan kita dan angka itu baru bisa dinolkan pada waktu 6 hari setelahnya.Ya, mereka semua mati. Ditembak ataupun bunuh diri, setelah itu mayatnya segera dibakar. Lalu abunya harus disimpan dalam toples anti radioaktif hingga waktu yang tidak pernah ditentukan.Namun, 2-3 hari kemudian, virus berbahaya yang telah dinyatakan steril didalam laboratorium ini mulai kembali muncul.Kita yang melihat itu berusaha untuk tidak mempercayai apa yang terjadi, semua gejalanya benar-b
Satu bulan telah berlalu, petaka yang dibuat oleh Profesor R telah membuat seluruh dunia lumpuh. Dari segi pemerintahan hingga ekonomi, sehingga mengakibatkan penjarahan dan kerusuhan menjadi hal yang sudah biasa untuk dilihat sekarang.Mayat-mayat bergelimpangan di jalanan, semua orang sudah tidak memiliki tenaga lagi untuk memindahkan mereka yang pada akhirnya membiarkan mereka begitu saja ditanah. Wabah R-77, demikian semua orang menyebut petaka ini.Butuh waktu 2 bulan untuk mengetahui apakah kamu sudah terjangkit virus ini atau tidak, tapi disaat orang-orang sudah mulai sadar jika mereka terjangkit. Semua sudah terlambat, karena diperkirakan semua orang dibelahan dunia telah terinfeksi pada saat masa inkubasi itu terjadi.Kemudian, Laboratorium Octopus yang berdiri dibeberapa negara mulai berlomba-lomba membuat vaksinnya. Namun karena dicurigai sebagai dalang dari wabah ini, seluruh staf di dalam Laboratorium Octopus ditangkap
Disebuah ruangan yang terlihat megah ini, aku duduk dengan sangat santai ditengahnya. Di atas sofa yang cukup mewah, aku duduk sambil ditemani oleh seorang pria tua yang di mana dia sedang fokus dengan layar smartphone yang sedang dia pegang itu.(Tapi, siapa dia? Apa sekarang aku sedang berada didalam echo masa lalu ku?)Beberapa menit berselang, kami benar-benar tidak saling berinteraksi. Mulutku mulai gatal rasanya menunggu untuk dia membuka topik pembicaraan, nyatanya ingin sekali aku bertanya "Siapa sebenarnya kamu?".Namun seketika, perhatianku terfokus kearah saku kemeja putihnya itu. Di mana tertempel sebuah tag nama di atas sakunya.(Profesor R)"Aku selalu kecewa, terhadap pemikiranku yang sudah menua ini." Katanya sambil menaruh smartphone yang sebelumnya dia pegang ke atas meja.Sekarang, dia menundukkan kepalanya. Mengisyaratkan bahwa dia sedang merenungkan sesuatu, sul
"Setiap aku mengingat kembali ke hari itu, diwaktu yang pertama kali kamu terjatuh dan untuk pertama kalinya pula semua orang mulai memandang rendah dirimu. Tapi itu hanya echo masa lalu saja dan aku tahu kita harus meninggalkan masa lalu itu jauh-jauh di belakang." Jelasnya sambil menaruh sebuah buku diatas mejaku yang di mana buku itu berjudul "Teori Pengkajian Fiksi."Setelah itu, pria berjas hitam yang terlihat sangat elegan mulai duduk di sofa."Buku apa ini?" tanyaku bingung saat melihat judul yang tidak biasa dari buku ini.Dia yang mendengar pertanyaan itu, kemudian tersenyum lebar."Ketika masa inkubasi virus itu berakhir, sebagian dari mereka akan berubah menjadi monster bukan? Itu katamu, jadi buku itu berisikan rencanaku untuk membuat sebuah peradaban baru,""Apa maksudmu?" tanyaku dengan perasaan yang sedikit tidak nyaman setelah mendengar jawabannya itu."Oh Dokter, ka
Kau tau, kenapa aku paling tidak suka sebuah kisah yang diciptakan oleh Disney? Mereka selalu memberikan sebuah akhir yang bahagia, mereka selalu berusaha untuk menutupi kenyataan bahwa dunia ini tidaklah seadil sebuah kisah di dalam dongeng.Aku dulu pernah berjanji, untuk mengambil seluruh kebahagiaan di dunia ini. Tujuannya tidak lain hanya untuk mengajari kepada seluruh manusia, jika dunia ini memang tidak adil.Tapi aku takut, sangat takut jika aku tidak dapat menghentikan ini semua. Seluruh kejahatan ini tidak akan pernah berhenti sebelum akhirnya semua orang berusaha untuk menghentikan langkahnya, untungnya hingga akhir seperti inipun belum ada yang dapat menghentikanku."Hei robot, siapa Tuanmu?" tanyaku kearahnya."Dokter Octopus,""Siapa itu Dokter Octopus?" tanyaku lagi."Kau."Aku yang mendengar jawaban itu, hanya dapat tersenyum bahagia kearahnya.
Singkatnya, aku terbangun dari mimpi itu. Dengan pikiran yang sangat kacau sambil mulai duduk meringkuk, untungnya ada Romi yang sedang duduk di sampingku sebelum akhirnya membuatku menceritakan apa yang terjadi di dalam mimpi itu."Bagaimana jika mimpi atau apapun yang kau alami saat tidur itu, tidak nyata? Ya, aku bukan seorang Dokter sih tapi intinya gini. Ada dua tipe alam bawah sadar di dalam manusia, pertama adalah alam bawah sadar yang berisikan tentang hal-hal yang sangat kau inginkan terjadi dan ada alam bawah sadar yang di mana kau sama sekali tidak menginginkan itu terjadi. Kau tau apa yang membuat keduanya sama? Yang membuatnya sama adalah karena hal itu belum pernah terjadi." Jelas Romi.Aku yang mendengar itu, hanya menatap kosong kearahnya."Jadi emm ... aku berkhayal?" tanyaku dengan nada rendah."Hahaha, lihatlah sekarang ada dua orang gila di sini. Tapi sepertinya tidak, kau hanya bermimpi sebelumn
Ketika kesempatan kedua, merubah segalanya. Apa yang harus aku lakukan selanjutnya? Kenapa harus aku yang harus menghadapi situasi seperti ini sekarang?"Apa yang terjadi jika dunia ini adalah milikmu? Bagaimana jika kemudian kau malah kehilangan kendali atasnya." Demikian sang Panglima melontarkan pertanyaannya itu kepadaku.Walaupun terpaut jauh oleh jarak, setidaknya video call ku tidak ditolak olehnya. Apa yang sebenarnya sedang kau rencanakan Panglima?"Apa maksudmu Panglima?" tanyaku tidak mengerti maksudnya."Kau tau kenapa? Kau tak perlu menjadi orang baik untuk menjadi apapun, yang kau butuhkan hanyalah orang sepertiku. Itu pointnya, Dokter. Aku selalu jujur kepada mu, bahkan ketika aku akan berbohong sekalipun," lanjutnya."Tapi, kenapa?" tanyaku dengan mata yang mulai berkaca-kaca."Dokter, mereka mengatakan kepada kita bahwa kita berbeda. Nyatanya kita itu sama, kecuali
"Kamu sebelumnya pernah berjanji, jika mimpi itu akan menjadi sebuah kenyataan," jelasnya sambil mulai menangis, "tapi orang baru, menghancurkan dunia kita dan seketika rencana kita menjadi berantakan." Lanjutnya.Aku yang berusaha menenangkannya, kemudian memeluk erat dirinya."Apa yang harus kita lakukan? Kita tidak kebal, kita terlalu banyak kehilangan," jelasnya dalam pelukanku itu."Aku akan bersamamu apapun yang terjadi, tolong berhenti menangis karena dunia kita akan baik-baik saja. Aku tidak berbohong, lihatlah diriku dan kita akan baik-baik saja," jelas Ku."Tapi....""Aku tahu cinta kita terlarang, aku juga tahu jika cinta kita tidak akan mungkin untuk terus bertahan. Tapi aku tidak bisa menahan perasaan ku dan jujur jika kau adalah satu-satunya untuk ku, walau aku sempat berpikir jika kisah cinta kita ini seperti sebuah kisah cinta antara Romeo dan Juliet. Ketika semua orang tidak menging
Api mulai menjalar kemana-mana, sedangkan aku masih terjebak di tengah ruangan ini. Semakin sulit untuk bernafas, sekarang malah semua memori yang melintas dipikirkanku itu mulai menyakitiku.Andai saja mereka tidak membakar tempat ini hanya karena ingin membunuhku, pasti tidak akan merugikan banyak hal.----"Ugh ... apa yang terjadi?" pikirku saat terbangun sambil memegangi kepala yang sedikit terasa sakit ini.Sepertinya aku tertidur dilantai, aneh kenapa bisa?"Akhirnya bangun juga," kata Romi yang berjalan mendekatiku."Apa yang terjadi?" tanyaku bingung."Eh! Kau lupa? Atau memang gak ingat?""Rom," kataku agak jengkel."Oke-oke kalau kau memaksa, akan aku ceritakan semuanya. Sebelumnya ketika kita masih berada di lorong yang gelap itu, tiba-tiba saja ada suara teriakan yang sangat nyaring. Mengakibatkan gendang