Sakit.
Rasa sakit ini menyelimuti tubuh ku, aku tidak dapat bergerak dan tidak dapat melihat apapun. Hanya kegelapan yang menemaniku saat ini, bersama dengan rasa yang teramat sangat sakit ini.
"Ugh...."
Aku dapat melihat dengan samar-samar, sebuah tempat di mana aku sedang terbaring lemah. Di atas kasur ini, berdiri seorang anak perempuan memegang bonekanya di samping tempat tidur.
Sangat disayangkan, aku kembali tertidur.
Tubuhku cukup lelah, mungkin ini adalah batasanku. Aku sudah melewati batas.
"Apa yang kau rasakan?" Tanya seorang yang tidak aku kenal, aku tidak dapat melihatnya dan hanya melihat kegelapan saja.
"Kupikir, dokter dapat menyembuhkan dirinya sendiri." Jelasnya dengan suara yang mulai menjauh.
Suara seorang laki-laki, yang sangat asing terdengar ditelinga. Bahkan aku tidak tau siapa dia dan apa yang dia lakukan, apakah dia tau a
"Kemana saja kamu selama ini! Aku khawatir, sudah 13 hari sejak pertama kali kita berbincang. Intinya kamu enggak ada kabar sama sekali," jelas Rachel dengan nada marah kepada ku.13 hari? Apa aku tertidur selama itu?"13 hari?" Tanya ku memastikan."Iyaaa, ku pikir... Intinya aku menuntut kamu untuk menceritakan semuanya kepada ku...."Sekarang aku mulai berpikir kalau semua cewe itu seposesif ini, padahal belum pernah ketemu tapi kenapa dia bawel banget."Baiklah akan aku ceritakan semuanya, tapi berjanjilah kalau kamu akan percaya ke setiap kata di cerita ku nanti,""Oke, aku berjanji."Setelah mendengar jawabannya, kemudian aku mulai menceritakan semuanya kepada Rachel. Dari awal hingga akhirnya aku terjebak di lift bersama dengan Mannequin ini.Buruknya lagi, tempat ini mulai panas dan aku sudah melepas kemeja yang aku kenakan.
Apa yang terjadi sekarang?Kenapa aku sedang terbaring?Aku merasa jika kedua tangan ku terikat sangat erat, tapi aku tidak dapat melihat apa-apa.Paksa, aku hanya bisa memaksa. Memaksa untuk membuka mata dan melihat apa yang saat ini sedang terjadi.Secara samar-samar, aku melihat cahaya lampu. Cahaya yang mengarah kearah ku, sepertinya itu bukanlah cahaya dari lampu biasa karena cahaya itu sangatlah terang.Kenapa benda tajam itu mengarah ke mata ku?Benda itu semakin mendekat, sebelum akhirnya aku tidak dapat melihat apa-apa.Kecuali kegelapan yang suram dan abadi ini, tapi kenapa aku merasa kegelapan ini sedang berjalan. Seperti sedang mencoba untuk memberikan ku sebuah petunjuk, apakah ada jalan keluar dari kegelapan ini?Yah, kemudian aku melihat secercah cahaya yang sedikit demi sedikit menabrak kearah ku."Masuklah?" Kata ku.
(Bib-Bib-Bib-!!!)"Ughh...."Aku terbangun karena suara keras itu, saat aku melihat kearah sumber suara ada sebuah jam analog menyala di atas meja. Untungnya meja itu berada di samping kasur tempat aku terbangun sehingga membuat ku mudah untuk meraihnya dan mematikannya.Sambil mengusap kedua mata, kemudian aku melihat sekitar.Ruangan bergaya klasik, disalah satu dindingnya terpampang sebuah foto keluarga. Seorang anak perempuan bersama kedua orang tuanya, tapi disudut foto itu berdiri seorang anak laki-laki dengan ekspresi wajah yang sedih.Kemudian aku berjalan menuju pintu dan diluar ruangan ini aku merasa sedang berada disebuah tempat yang nyaman, bukan kah ini adalah di dalam rumah? Aku berada di dalam sebuah rumah.Terlihat kayu bakar yang masih menyala dengan ukuran api yang lumayan besar, sedangkan diruang makan aku melihat meja berisikan banyak sekali makanan.
Ruangan ini menjadi sangat hening, bahkan suara serak dari perempuan diluar pintu itu menghilang dengan sendirinya.Kemudian aku melihat kearah Srya sambil berusaha menggerakkan bibir tanpa mengeluarkan suara dan seraya ingin berkata "Gimana?"Dia hanya menggerakkan bahunya sebagai tanda tidak tau, setelah itu dia terlihat mengambil sebuah kertas diatas meja yang dekat dengan posisinya duduk diatas kasur saat itu dan mulai menulis sesuatu."Jadi dia nulis apa?" pikiranku saat membacanya dari kejauhan, terlihat dia menulis menggunakan huruf sambung."Apa?" bisikku karena tidak paham membaca huruf sambung."Pintunya, pintunya lupa aku kunci." Jelasnya agak sedikit kencang tapi tidak sampai seperti suara normal.Sepertinya aku dan Srya hanya harus menunggunya pergi tanpa harus mengeluarkan suara apapun di dalam ruangan ini."Tidak terlalu sulit buat diam." Pikiranku
Sekarang masih jam 5 pagi, semalam aku tidak dapat tertidur dan matahari telah mulai terbit.Aku mencoba untuk berpikir menggunakan logika daripada hati, dulu aku selalu berharap untuk mati saja. Tapi sebelum aku mati, aku telah berjanji untuk mengatakan yang sebenarnya tanpa ada kebohongan lainnya.Berapa banyak lagi yang bisa aku ambil?Berapa lama sebelum aku akhirnya bisa istirahat dengan tenang?Bahkan ketika dunia memang sudah tidak memiliki keadilan lagi, maka aku akan mencoba untuk menciptakan keadilan itu sendiri. Mencoba untuk menolak setiap cemoohan dari orang-orang disekitar, karena mereka tidak dapat membantu ku sama sekali.Mereka membuatku merasa sangat gelisah."Bahkan aku tidak pernah merasa sangat gelisah sampai seperti ini."Sekarang aku berada di depan kaca tebal yang memiliki ketebalan berlapis-lapis, melihat kearah mereka yang sedang berada
Aku ingat ketika.Ketika aku kehilangan ingatan, ada sesuatu yang sangat menyenangkan waktu itu.Tapi yang membuatku begini, bukan karena aku tidak tau apa-apa. Aku hanya tau terlalu banyak, sangat banyak sehingga membuatku gila.Waktu itu, aku sangat ingin sekali hidup. Tanpa memiliki sebuah ingatan sedikit pun, hanya ada diriku yang entah di mana.Tapi kenapa, aku masih berusaha untuk mencari ingatan yang dulu selalu ingin aku buang.Aku telah memikirkan ini dua kali, siapa yang telah melakukannya? Apa diriku sendiri?Memangnya aku siapa? Dan apa yang sebenarnya telah terjadi?Janjiku, apa janji itu akan terus abadi? Bahkan ketika dunia dan orang-orangnya telah berubah, apa janji itu tidak dapat berubah dan menghilang?Lalu kenapa aku mencoba untuk lari dari realita ini? Dan di saat aku telah berhasil lari darinya, kenapa aku ingin kembali.
"Lalu apa kau ingat tujuan para Dokter dan Profesor berada di tempat ini?" demikian pertanyaan itu dilontarkan oleh Jimmy saat aku sedang melihat-lihat buku disebuah ruangan.Mendengar itu, kemudian aku menengok kearahnya dan menatapnya dengan rasa ingin tau."Mereka ingin memperbaiki sesuatu yang belum rusak," jawabnya."V.2?" tanyaku."Aku cuman mendengar sedikit informasi tanpa tau kelanjutannya, semua informasi itu aku dengar dari mulut ke mulut yang kebenarannya masih belum dapat dipastikan. Jadi menurut pendapat ku, V.2 itu hanya omong kosong belaka," jelas Jimmy, "mungkin jika kau penasaran, kau bisa pergi ke ruang informasi. Di sana ada Romi yang sedari tadi belum kembali, jadi jika kau tidak keberatan, pergilah kesana untuk mengecek dirinya." Lanjutnya.Ruang Informasi? Apakah diruang itu aku akan menemukan sebuah jawaban? Tentang siapa aku sebenarnya dan tentang beberapa hal seperti penyeb
"Sudahku bilang kamu belum sembuh sepenuhnya!" omel Ariel ke arahku yang sedang duduk diatas kasur, "kau juga Jimmy! Bukannya menghentikannya tapi malah menyuruhnya!" lanjutnya."Ayolah, dia baru tersadar. Jangan nasehati dia, cukup omelin Jimmy saja." Sahut seorang pemuda yang kemungkinan lebih mudah dariku.Mendengar kata-katanya itu, Ariel mendengus kesal dan langsung keluar dari ruangan ini lalu diikuti oleh Jimmy.Kemudian pria yang sebelumnya itu, tetap di sini dan kemudian mengambil kursi untuk duduk di sampingku."Aku Romi," jelasnya."Aku--""Tidak, aku sudah tau apa yang terjadi. Sepertinya kamu mengalami hilang ingatan." Potongnya.Kemudian aku melihat sekeliling dan kemudian memastikan bahwa bagian tubuhku masih utuh."Aku menemukanmu pingsan dan kemudian menggotongmu kesini,""Ah jadi begitu," Jawabku.