Tempat ini, benar-benar terlihat asing. Sekarang aku merasa sedang berada di dalam hotel.
"Semoga saja ini memang sebuah hotel."
Lampu merah bertuliskan Exit sangat mencolok dan menarik perhatian ku, sepertinya jalanku untuk keluar dari tempat ini tidak terlalu sulit. Yah, aku terlalu naif jika tidak mengakui apa yang sudah terjadi sebelumnya.
Aku hanya perlu berjalan menelusuri lorong ini, tanpa harus memegang setiap gagang pintu kamar yang aku lewati.
"Aku mencoba tidak membangkitkan atau membuat suara yang gaduh."
Semakin lama aku berjalan, pencahayaan dari lorongnya semakin meredup. Ini mulai membuat ku tidak nyaman.
Sekarang aku merasa semakin panik, pikiran ku mulai kacau. Aku melihat kebelakang atau ke depan, semuanya terlihat sama.
Tidak ada belokan, hanya lorong yang lurus dengan cahaya redup ini. Nafasku mulai berat dan aku sempat beberapa kali mulai berimajinasi, seorang wanita menembus tembok atau bahkan sesuatu yang mengerikan.
"Dasar imajinasi terkutuk!" Pikiranku kesal.
Aku sudah tidak dapat memikirkan sesuatu yang menenangkan, sekarang aku sudah terlalu mengikuti pola lorong yang menyeramkan.
(Tck-Tck-Tck)
Sekarang suara aneh mulai terdengar dari belakang ku, saat aku menengok rupanya sumber suara berasal dari bohlam lampu yang berkedip.
Tanda akan mati sewaktu-waktu, tanda jika boneka beruang itu ada disini. Ya kan?
(Stash)
Bohlam itu pecah dan secara berderet menuju ketempat ku berdiri saat ini, tanpa pikir panjang aku berlari kearah sebaliknya dengan kecepatan tinggi dan berusaha untuk tetap berada dibawah cahaya.
"Arggg...."
Dari belakang, suara lampu pecah itu semakin mendekat. Sedangkan didepan, aku melihat sebuah pintu kamar yang terbuka.
Untuk menghindari kegelapan dan pecahan kaca dari bohlam lampu, aku memutuskan untuk masuk ke pintu itu dan menutupnya rapat-rapat.
"A-A-APA!"
Bukankah ini adalah lorong yang aku lewati tadi?
Mu--mustahil, ke-kenapa bisa.
Tanganku sedikit bergetar saat menerima kenyataan ini, sekarang kepalaku benar-benar dibanjiri oleh pertanyaan-pertanyaan konyol.
Apa aku akan terjebak di dalam lorong ini selamanya?
Apa ini tidak nyata?
Apa yang sebenarnya terjadi?
Bahkan aku tidak dapat menjawab semua pertanyaan itu semuanya.
"Eh!" Kata ku terkejut.
Saat menyentuh tembok, rupanya aku dari tadi berjalan sambil melamun. Membuat fokus ku menjadi lebih buruk, disaat ini lebih baik aku berpikir jika.
"Semua akan baik-baik saja."
Sekarang aku mulai penasaran dengan setiap pintu kamar yang aku lewati, sepertinya masuk kedalam salah satu kamar sekali-kali tidak akan menimbulkan masalah.
Baiklah, sekarang aku sudah berdiri disebuah pintu kamar dan mengarahkan tanganku tepat didepan gagang pintu.
(Tok! TOk! TOK!)
Ada seseorang yang mengetuk dari dalam pintu.
Kemudian gagang pintunya mulai bergerak dan secara refleks aku memegang gagang pintunya untuk menahannya.
(KREKKK)
Pintu itu tiba-tiba terbuka saat aku mencoba menahannya dan mendorongnya, rupanya pintunya dibuka kedalam. Karena mendorongnya, justru akulah yang telah membuka pintunya.
Saat melihat sekeliling tidak ada apa-apa, kecuali sebuah lorong yang lumayan sempit dengan cat putih dan terlihat ada sebuah pintu putih di kejauhan.
Diatas ada tanda bertuliskan Exit berwarna merah yang menyala.
"Aku tidak tau, aku harus senang atau tidak."
Kemudian aku mendekati pintu itu dan secara perlahan melihat sekeliling untuk memastikan tidak ada apa-apa disekitar tempat ini.
Kemudian aku dengan perlahan meraih ganggang pintu itu dan membukanya, aku mencoba melihat secara jelas apa yang ada dibalik pintu saat terbuka.
"Tangga darurat?"
Tangga yang biasanya digunakan untuk keadaan darurat dan sekarang aku berada ditengahnya, dengan lampu yang berkedip-kedip berwarna putih.
Aku bingung harus menuju keatas atau kebawah sekarang.
Kemudian aku melihat ke sela-sela tangga, melihat kearah bawah dan di sana terlihat cukup gelap nan kelam.
"Jauh sekali." Gumam Ku.
Sepertinya aku harus menuju keatas dan mulai menaiki tangga sedikit demi sedikit.
Sambil berjalan, aku mengeluarkan Walkie Talkie dari dalam saku celana dan menyalakannya.
Beruntung, sebelumnya aku mendapatkan ini dari dalam perut boneka beruang.
Walau terkesan seram, aku masih bingung siapa yang selalu memberikan petunjuk. Kadang aku juga teringat tentang ruangan CCTV, aku curiga jika ada yang menonton dari kamera.
"Cih!"
Sekarang aku memutar tombol di Walkie Talkie, mencari frekuensi yang tepat. Berharap ada yang dapat dihubungi.
"Jadi ini adalah hal paling absurb yang pernah aku lakukan, memutar-mutarnya."
Tidak ada suara dan sebagian frekuensi yang aku lewati hanya menimbulkan suara yang amat tidak jelas, kupikir orang-orang tidak ada yang menggunakan alat komunikasi seperti ini.
Kemudian, semakin lama aku berjalan di tangga. Semakin lama itu juga aku tidak menemukan pintu keluar, tangga ini benar-benar seperti tidak ada habisnya.
Nyatanya, tenagaku pasti ada habisnya. Aku sudah sedikit muak dengan tangga ini dan memutuskan untuk duduk di tangga sembari memulihkan tenaga.
*Ha-Halo? Apa ada orang?*
Demikian suara merdu seorang perempuan keluar dari Walkie Talkie yang aku bawa.
"Hei... Emm... Maksudnya aku adalah orang," kata ku membalas pesan dan merasa malu karena kata-kata yang aku gunakan sedikit aneh.
"Ah, syukurlah aku masih bisa menemukan orang yang bertahan. Jadi kamu bertahan di kota apa? Apa disana baik-baik saja?" Tanyanya dengan penuh semangat.
"Well, aku terbangun disebuah ruangan gila dan tidak ingat apa-apa. Sekarang aku malah seperti mendapatkan telfon dari pihak bank yang akan mengajukan pinjaman saja," jawab ku meledek.
"Haha, kau lucu bisa mengatakan bahwa aku itu dari bank yang mengajukan persyaratan pinjaman. Baiklah maafkan aku, seharusnya aku mengenalkan diri terlebih dahulu. Intinya nama ku adalah Rachel dan untuk umur ku adalah 19 tahun, saat ini bersama beberapa orang aku sedang bertahan di sebuah gedung kepolisian Jakarta. Jadi tuan, siapa namamu?" Jelasnya.
Sialan, entah kenapa aku jadi senyum-senyum sendiri saat mendengar penjelasannya.
"Emmmmmm..... Sebenarnya aku lupa siapa nama ku dan bahkan aku terbangun ditempat yang sama sekali tidak aku ketahui," jawab ku.
"Apa kau coba berbohong disini?" Katanya dengan nada yang meninggi.
"Eh, aku menjawab serius dan sekarang aku terjebak disebuah... Sebuah tempat, entahlah tempat apa ini,"
"Baiklah tuan pembohong, aku akan mempercayai kata-kata mu itu."
Sekarang kata-katanya membuat ku agak kesal.
"Sepertinya aku tidak sedang berada dipermukaan, sepertinya aku sedang berada dibawah tanah, mungkin bungker atau sejenisnya."
"Hah? Serius? Kau ada di bungker? Apakah masih banyak yang bertahan? Maksudku yang hidup disana."
Pertanyaannya itu membuat otakku berpikir keras dan secara tiba-tiba aku terpikir bagaimana jika ditempat ini masih ada orang yang selamat.
"Ada, aku dan... Beberapa hal. Masih hidup di tempat ini," jawab ku.
"Beberapa hal?"
*TRENG!*
Tiba-tiba bunyi sebuah besi terdengar cukup nyaring dari bawah tangga, seperti cukup jauh dibawah.
Kemudian suara itu berubah menjadi sebuah rantai besi yang diseret, karena suara itu nyaring, membuat aku bingung sumber suara itu.
"Aku akan menghubungi mu lagi Rachel."
Kemudian aku mematikan dan menyimpan Walkie Talkie kedalam saku celana, setelah itu mulai melangkah menaiki tangga ini.
*SRENG!!*
Suara itu masih terdengar cukup keras, tempat ini dipenuhi oleh suara itu. Membuat ku tidak dapat berpikir jernih.
"Siapapun itu! Aku tidak takut!" Teriak ku dengan niat menakuti balik.
Suara ku cukup kencang dan bergema di sini, tidak lama setelah itu suara besi yang diseret itu menghilang.
"Huh."
*Hi-Hi-Hi*
Terdengar suara rintihan tawa seorang perempuan yang terdengar lemah dan kemudian berubah menjadi suara yang paling aku takutkan.
*TAK! TAK! TAK! TAK! TAK!*
Setelah mendengar itu, aku langsung berlari dengan sekuat tenaga. Sambil berharap itu bukanlah wanita yang merangkak di atap.
Suara itu terdengar dari bawah dan semakin membesar.
"Sialan!!!! Aku kalah cepat."
Setelah itu aku menemukan sebuah pintu dan langsung bergegas masuk kedalam, setelah aku berada di dalam terlihat lorong.
Tempat yang sama.
*Yo! Jika kau berhenti berlari, maka kau akan mati!*
Suara itu terdengar dari speaker yang terpasang di atas, membuatku sadar bahwa sedang diawasi.
Kini aku malah fokus melihat keatas dan mencari kamera pengintai, sebelum akhirnya sadar jika di belakangku ada sesuatu.
*LARI!*
Tanpa pikir panjang aku berlari tanpa berani mengintip kebelakang dan dengan kecepatan tinggi di depan aku menemukan sebuah pertigaan lorong.
*Belok kiri!*
Mendengar kata itu, aku mengikuti kata-katanya dan memutuskan mengambil arah kiri dan tetap berlari.
Kini nafasku mulai tidak beraturan dan dengan terpaksa masih meneruskan berlari.
*Kiri!*
Setelah mengambil arah kiri lagi, aku berpikir bagaimana jika aku hanya berputar-putar saja.
Kini aku akan mengambil arah kanan, mencoba tidak mengikuti arahan suara seorang pria di speaker.
Kemudian pertigaan lorong terlihat lagi dan aku tau harus berlari kemana.
*K-I-R-I-!* Teriaknya.
Tanpa mempedulikan kata-kata itu, aku mengambil arah sebaliknya. Yaitu kanan.
"Eh?" Kata Ku terkejut saat tau bahwa aku terjun ketempat yang amat sangat gelap.
Waktu menjadi sedikit melambat disini, aku tidak tau kenapa. Andai saja aku mengikuti kata-kata tadi dari pada mengambil inisiatif sendiri.
*BRUKK!!!*
Aku tidak tau apa yang terjadi.
Aku mendarat sangat keras kebawah.Aku tidak dapat merasakan apa-apa dengan hanya melihat kegelapan ini.
Dengan samar aku dapat melihat sekilas, dalam posisi tiduran dan sedang diseret. Aku melewati beberapa ruangan yang di mana aku secara sekilas melihat orang-orang digantung.
Aku tidak dapat bergerak dan hanya dapat melihat sekilas. Kesimpulannya adalah aku sedang diseret oleh sesuatu, tapi aku tidak tau apa yang menyeretku.
Kini, warna hitam menyelimutiku lagi dan aku tidak tau apa yang terjadi.
*Ho- Me-na-rik.*
*Hi- Hi- Hi-*
*Sreng.... Sreng.... Sreng....*
Sakit.Rasa sakit ini menyelimuti tubuh ku, aku tidak dapat bergerak dan tidak dapat melihat apapun. Hanya kegelapan yang menemaniku saat ini, bersama dengan rasa yang teramat sangat sakit ini."Ugh...."Aku dapat melihat dengan samar-samar, sebuah tempat di mana aku sedang terbaring lemah. Di atas kasur ini, berdiri seorang anak perempuan memegang bonekanya di samping tempat tidur.Sangat disayangkan, aku kembali tertidur.Tubuhku cukup lelah, mungkin ini adalah batasanku. Aku sudah melewati batas."Apa yang kau rasakan?" Tanya seorang yang tidak aku kenal, aku tidak dapat melihatnya dan hanya melihat kegelapan saja."Kupikir, dokter dapat menyembuhkan dirinya sendiri." Jelasnya dengan suara yang mulai menjauh.Suara seorang laki-laki, yang sangat asing terdengar ditelinga. Bahkan aku tidak tau siapa dia dan apa yang dia lakukan, apakah dia tau a
"Kemana saja kamu selama ini! Aku khawatir, sudah 13 hari sejak pertama kali kita berbincang. Intinya kamu enggak ada kabar sama sekali," jelas Rachel dengan nada marah kepada ku.13 hari? Apa aku tertidur selama itu?"13 hari?" Tanya ku memastikan."Iyaaa, ku pikir... Intinya aku menuntut kamu untuk menceritakan semuanya kepada ku...."Sekarang aku mulai berpikir kalau semua cewe itu seposesif ini, padahal belum pernah ketemu tapi kenapa dia bawel banget."Baiklah akan aku ceritakan semuanya, tapi berjanjilah kalau kamu akan percaya ke setiap kata di cerita ku nanti,""Oke, aku berjanji."Setelah mendengar jawabannya, kemudian aku mulai menceritakan semuanya kepada Rachel. Dari awal hingga akhirnya aku terjebak di lift bersama dengan Mannequin ini.Buruknya lagi, tempat ini mulai panas dan aku sudah melepas kemeja yang aku kenakan.
Apa yang terjadi sekarang?Kenapa aku sedang terbaring?Aku merasa jika kedua tangan ku terikat sangat erat, tapi aku tidak dapat melihat apa-apa.Paksa, aku hanya bisa memaksa. Memaksa untuk membuka mata dan melihat apa yang saat ini sedang terjadi.Secara samar-samar, aku melihat cahaya lampu. Cahaya yang mengarah kearah ku, sepertinya itu bukanlah cahaya dari lampu biasa karena cahaya itu sangatlah terang.Kenapa benda tajam itu mengarah ke mata ku?Benda itu semakin mendekat, sebelum akhirnya aku tidak dapat melihat apa-apa.Kecuali kegelapan yang suram dan abadi ini, tapi kenapa aku merasa kegelapan ini sedang berjalan. Seperti sedang mencoba untuk memberikan ku sebuah petunjuk, apakah ada jalan keluar dari kegelapan ini?Yah, kemudian aku melihat secercah cahaya yang sedikit demi sedikit menabrak kearah ku."Masuklah?" Kata ku.
(Bib-Bib-Bib-!!!)"Ughh...."Aku terbangun karena suara keras itu, saat aku melihat kearah sumber suara ada sebuah jam analog menyala di atas meja. Untungnya meja itu berada di samping kasur tempat aku terbangun sehingga membuat ku mudah untuk meraihnya dan mematikannya.Sambil mengusap kedua mata, kemudian aku melihat sekitar.Ruangan bergaya klasik, disalah satu dindingnya terpampang sebuah foto keluarga. Seorang anak perempuan bersama kedua orang tuanya, tapi disudut foto itu berdiri seorang anak laki-laki dengan ekspresi wajah yang sedih.Kemudian aku berjalan menuju pintu dan diluar ruangan ini aku merasa sedang berada disebuah tempat yang nyaman, bukan kah ini adalah di dalam rumah? Aku berada di dalam sebuah rumah.Terlihat kayu bakar yang masih menyala dengan ukuran api yang lumayan besar, sedangkan diruang makan aku melihat meja berisikan banyak sekali makanan.
Ruangan ini menjadi sangat hening, bahkan suara serak dari perempuan diluar pintu itu menghilang dengan sendirinya.Kemudian aku melihat kearah Srya sambil berusaha menggerakkan bibir tanpa mengeluarkan suara dan seraya ingin berkata "Gimana?"Dia hanya menggerakkan bahunya sebagai tanda tidak tau, setelah itu dia terlihat mengambil sebuah kertas diatas meja yang dekat dengan posisinya duduk diatas kasur saat itu dan mulai menulis sesuatu."Jadi dia nulis apa?" pikiranku saat membacanya dari kejauhan, terlihat dia menulis menggunakan huruf sambung."Apa?" bisikku karena tidak paham membaca huruf sambung."Pintunya, pintunya lupa aku kunci." Jelasnya agak sedikit kencang tapi tidak sampai seperti suara normal.Sepertinya aku dan Srya hanya harus menunggunya pergi tanpa harus mengeluarkan suara apapun di dalam ruangan ini."Tidak terlalu sulit buat diam." Pikiranku
Sekarang masih jam 5 pagi, semalam aku tidak dapat tertidur dan matahari telah mulai terbit.Aku mencoba untuk berpikir menggunakan logika daripada hati, dulu aku selalu berharap untuk mati saja. Tapi sebelum aku mati, aku telah berjanji untuk mengatakan yang sebenarnya tanpa ada kebohongan lainnya.Berapa banyak lagi yang bisa aku ambil?Berapa lama sebelum aku akhirnya bisa istirahat dengan tenang?Bahkan ketika dunia memang sudah tidak memiliki keadilan lagi, maka aku akan mencoba untuk menciptakan keadilan itu sendiri. Mencoba untuk menolak setiap cemoohan dari orang-orang disekitar, karena mereka tidak dapat membantu ku sama sekali.Mereka membuatku merasa sangat gelisah."Bahkan aku tidak pernah merasa sangat gelisah sampai seperti ini."Sekarang aku berada di depan kaca tebal yang memiliki ketebalan berlapis-lapis, melihat kearah mereka yang sedang berada
Aku ingat ketika.Ketika aku kehilangan ingatan, ada sesuatu yang sangat menyenangkan waktu itu.Tapi yang membuatku begini, bukan karena aku tidak tau apa-apa. Aku hanya tau terlalu banyak, sangat banyak sehingga membuatku gila.Waktu itu, aku sangat ingin sekali hidup. Tanpa memiliki sebuah ingatan sedikit pun, hanya ada diriku yang entah di mana.Tapi kenapa, aku masih berusaha untuk mencari ingatan yang dulu selalu ingin aku buang.Aku telah memikirkan ini dua kali, siapa yang telah melakukannya? Apa diriku sendiri?Memangnya aku siapa? Dan apa yang sebenarnya telah terjadi?Janjiku, apa janji itu akan terus abadi? Bahkan ketika dunia dan orang-orangnya telah berubah, apa janji itu tidak dapat berubah dan menghilang?Lalu kenapa aku mencoba untuk lari dari realita ini? Dan di saat aku telah berhasil lari darinya, kenapa aku ingin kembali.
"Lalu apa kau ingat tujuan para Dokter dan Profesor berada di tempat ini?" demikian pertanyaan itu dilontarkan oleh Jimmy saat aku sedang melihat-lihat buku disebuah ruangan.Mendengar itu, kemudian aku menengok kearahnya dan menatapnya dengan rasa ingin tau."Mereka ingin memperbaiki sesuatu yang belum rusak," jawabnya."V.2?" tanyaku."Aku cuman mendengar sedikit informasi tanpa tau kelanjutannya, semua informasi itu aku dengar dari mulut ke mulut yang kebenarannya masih belum dapat dipastikan. Jadi menurut pendapat ku, V.2 itu hanya omong kosong belaka," jelas Jimmy, "mungkin jika kau penasaran, kau bisa pergi ke ruang informasi. Di sana ada Romi yang sedari tadi belum kembali, jadi jika kau tidak keberatan, pergilah kesana untuk mengecek dirinya." Lanjutnya.Ruang Informasi? Apakah diruang itu aku akan menemukan sebuah jawaban? Tentang siapa aku sebenarnya dan tentang beberapa hal seperti penyeb