Hari-hari setelah pertemuan di penthouse itu terasa semakin padat dan penuh tekanan. Sienna mulai merasakan betapa cepatnya situasi ini berubah, membawa mereka lebih dalam ke dalam dunia yang penuh dengan manipulasi, kekuasaan, dan kebohongan. Setiap keputusan yang diambil kini bukan hanya berpengaruh pada kasus hukum, tetapi juga pada keselamatan mereka—dan perasaan yang semakin dalam.Sienna duduk di meja kerjanya, menatap layar komputer yang menyala. Di depan matanya terbuka berbagai dokumen yang berkaitan dengan kasus Adrian, dan semakin banyak bukti yang berhasil mereka kumpulkan. Namun, meskipun berhasil mengumpulkan informasi yang sangat berharga, ketegangan di dalam dirinya semakin memuncak. Dia tahu bahwa setiap langkah selanjutnya akan membawa mereka lebih dekat pada pertarungan besar, dan tidak ada jaminan kemenangan.Ponselnya bergetar. Sebuah pesan dari Adrian: “Temui saya di kantor saya, sekarang.”Sienna menghela napas, meletakkan ponselnya dan berdiri dari kursinya. Pe
Pagi itu, udara di luar terasa lebih dingin dari biasanya. Sienna berdiri di balik jendela apartemennya, menatap jalanan kota yang sibuk. Segala sesuatu terasa begitu biasa, namun dalam hati, perasaan yang tak biasa merayap masuk—perasaan takut dan cemas yang kian membesar setelah pertemuan dengan Adrian semalam. Dia tahu keputusan yang mereka buat telah mengubah segalanya. Tidak hanya kasus Adrian yang kini semakin berbahaya, tetapi juga hubungan mereka yang semakin rumit.Sienna menarik napas dalam-dalam dan menatap jam tangannya. Pukul delapan pagi. Masih ada waktu untuk mempersiapkan diri. Hari ini, dia harus kembali bekerja. Kasus Adrian membutuhkan perhatian lebih, dan dia tidak bisa mundur sekarang.Sesampainya di kantor, Sienna segera menuju ruang kerjanya. Beberapa dokumen penting telah menanti untuk diselesaikan, tetapi pikirannya tak bisa terlepas dari ancaman yang semakin nyata. Viktor dan Marcus bukanlah musuh biasa. Mereka adalah pria dengan kekuasaan yang tidak bisa dia
Pagi itu dimulai dengan langkah yang lebih berat dari biasanya. Sienna bangun lebih pagi dari biasanya, menyadari bahwa hari ini akan menjadi salah satu hari yang paling menegangkan dalam hidupnya. Semua yang terjadi sejak dia terlibat dalam kasus Adrian terasa semakin rumit dan penuh ancaman. Tidak hanya masalah hukum yang terus membebani pikirannya, tetapi juga hubungan mereka yang semakin berisiko. Setiap langkah yang diambil sekarang seperti berada di ujung jurang, menunggu jatuh ke dalam kegelapan.Setelah menyelesaikan rutinitas pagi, Sienna memutuskan untuk bekerja dari rumah pagi ini, mengingat bagaimana keadaan menjadi semakin mendesak. Di mejanya, tumpukan berkas-berkas kasus Adrian masih menunggu untuk diselesaikan. Namun, pikirannya lebih tertuju pada pertemuan yang akan datang. Adrian telah mengirim pesan larut malam tadi, meminta agar mereka bertemu lagi untuk membahas perkembangan lebih lanjut.“Sienna,” pesan Adrian tertulis, “saya perlu berbicara dengan Anda tentang l
Pagi itu dimulai dengan hawa yang lebih dingin dari biasanya, seolah alam juga merasakan ketegangan yang semakin meningkat dalam hidup Sienna. Dia terbangun lebih pagi, mencoba untuk menenangkan dirinya sebelum berhadapan dengan Adrian. Meskipun sudah berusaha mengumpulkan pikirannya, perasaan cemas itu masih ada—berat, menekan dadanya. Setiap detik terasa seperti berlalu dengan sangat lambat.Sienna berdiri di depan cermin, memandang bayangannya. Penampilan yang sempurna selalu menjadi cara dia menjaga kendali, tapi kali ini dia merasa kesulitan untuk menjaga kewarasannya. Semua yang terjadi sejak dia terlibat dalam kasus Adrian Voss, serta perasaan yang semakin dalam, semakin membuat segalanya kabur. Dunia hukum yang dia tahu begitu pasti kini terasa sangat jauh. Adrian bukan hanya kliennya lagi, dia lebih dari itu. Namun, itu juga membawa risiko besar.Setelah bersiap-siap, dia pergi ke kantor, dengan pikiran yang terfokus pada apa yang harus mereka lakukan selanjutnya. Marcus, den
Pagi itu datang lebih cepat dari yang Sienna harapkan. Dia terbangun lebih awal, perasaan cemas yang belum sepenuhnya hilang semalam masih menggantung di pikirannya. Meskipun tidur hanya beberapa jam, dia tahu bahwa hari ini mereka harus bergerak cepat. Rencana yang sudah mereka susun semalam harus segera dijalankan. Setiap detik terasa berharga, dan dia tidak bisa lagi menunda-nunda.Sienna duduk di meja kerjanya di kantor, mencoba menenangkan pikirannya yang terus berputar. Memikirkan pertemuan dengan Adrian semalam, dia masih merasa ada sesuatu yang belum sepenuhnya dia pahami. Meskipun mereka sudah memutuskan langkah-langkah yang akan diambil, perasaan bahwa sesuatu yang lebih besar sedang menunggu di balik semua ini semakin sulit untuk diabaikan.Pagi ini, tim hukum Adrian sudah siap untuk memulai langkah-langkah selanjutnya. Mereka semua sudah mengetahui bahwa Marcus akan menjadi lawan yang sangat sulit untuk dihadapi. Setiap gerakan mereka harus lebih hati-hati, lebih terencana
Pagi hari yang cerah membawa sedikit harapan bagi Sienna, meskipun ketegangan masih melingkupi setiap sudut pikirannya. Setelah semalaman berdiskusi dengan Adrian, mereka berdua merasa bahwa langkah pertama sudah ada di depan mata. Semua bukti yang mereka butuhkan, serta strategi untuk menghadapi Marcus, sudah mereka susun dengan teliti. Namun, Sienna tahu bahwa ancaman yang sebenarnya belum terlihat. Musuh terbesar mereka tidak hanya terletak pada tindakan langsung, tapi juga pada pengkhianatan yang bisa datang dari tempat yang tak terduga.Sienna memutuskan untuk pergi ke kantor, kembali ke rutinitasnya yang lebih familiar. Namun, meskipun duduk di meja kerjanya, pikirannya tetap terfokus pada Adrian dan situasi yang semakin mendesak. Setiap kali dia melihat layar komputernya, Sienna merasa gelisah. Sebagai seorang pengacara, dia sudah terbiasa menangani kasus yang penuh risiko. Tapi kali ini, ini bukan sekadar tentang memenangkan sebuah perkara. Ini adalah pertarungan untuk bertaha
Pagi itu, Sienna bangun dengan pikiran yang penuh dengan rencana dan kekhawatiran. Langit di luar tampak cerah, namun bagi Sienna, hari itu terasa seperti pembuka babak baru dalam hidupnya yang penuh dengan ketegangan. Setelah malam yang panjang merencanakan langkah-langkah mereka, dia tahu bahwa semuanya kini bergantung pada strategi yang akan mereka terapkan untuk menghadapi musuh yang semakin dekat.Sienna segera menghubungi timnya di kantor untuk memastikan semua persiapan hukum berjalan sesuai rencana. Meskipun dia tahu bahwa setiap langkah mereka akan diawasi oleh musuh-musuh Adrian, dia tidak bisa mundur. Kebenaran harus terungkap, dan Adrian harus dilindungi dari segala ancaman yang mengintai. Sienna tahu bahwa kasus ini lebih dari sekadar memenangkan tuntutan hukum. Ini adalah tentang melindungi orang yang telah mengubah hidupnya, meskipun dengan semua resiko yang datang bersamanya.Sesampainya di kantor, Sienna langsung terjun ke dalam persiapan untuk sidang yang semakin dek
Malam itu terasa berbeda dari biasanya. Suasana di sekitar mereka penuh dengan ketegangan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Sienna dan Adrian duduk berhadap-hadapan, di meja makan besar yang biasanya digunakan untuk pertemuan formal. Namun, kali ini, semuanya terasa lebih pribadi. Setiap detik terasa semakin berat, seolah-olah waktu sedang berjalan mundur, menunggu keputusan yang akan mengubah segalanya.Sienna menatap Adrian, matanya penuh dengan pertanyaan yang belum terjawab. Ada sesuatu yang berbeda pada dirinya malam ini. Wajahnya tampak lebih serius, bahkan lebih tua dari biasanya, seolah-olah segala hal yang terjadi dalam beberapa hari terakhir telah memberikan beban yang lebih besar padanya. Ada rasa tanggung jawab yang semakin jelas terlihat di balik matanya yang gelap.Adrian menarik napas panjang, memecah keheningan. "Sienna, kita sudah melewati banyak hal bersama-sama. Aku tidak bisa menahannya lebih lama lagi. Aku butuh kamu di sini, bukan hanya sebagai pengacaraku
Sienna terbangun lebih awal dari biasanya. Matahari baru saja muncul di ufuk timur, memancarkan cahaya keemasan yang menyinari kota. Dia menoleh ke samping dan melihat Adrian masih terlelap. Wajahnya tampak lelah, namun tetap menunjukkan ketegasan yang sama seperti biasa.Persidangan hari ini akan menjadi titik balik bagi mereka berdua. Jika Adrian terbukti bersalah, dia bisa kehilangan segalanya—bisnisnya, kebebasannya, bahkan mungkin hubungannya dengan Sienna. Tetapi jika dia menang, ini akan menjadi awal baru yang telah lama mereka impikan.Sienna menghela napas panjang sebelum bangkit dari tempat tidur dan menuju dapur. Saat dia sedang menyiapkan kopi, Adrian muncul dari belakang dan melingkarkan lengannya di pinggangnya."Kau sudah bangun?" suaranya serak, masih terbawa sisa kantuk.Sienna mengangguk. "Aku tidak bisa tidur nyenyak. Aku terlalu banyak berpikir."Adrian mengecup puncak kepalanya. "Apa kau siap?"Sienna menatapnya, mencoba mencari keteguhan dalam sorot matanya. "Aku
Sienna terbangun dengan perasaan gelisah. Matanya menatap layar ponselnya yang masih menunjukkan pesan terakhir yang ia terima tadi malam:“Adrian baru saja bertemu dengan Kiera di The Royale Club.”Dia menggigit bibirnya, mencoba menenangkan pikirannya. Ini bukan pertama kalinya dia menghadapi situasi di mana Adrian berhubungan dengan wanita dari masa lalunya, tapi kali ini berbeda. Kiera bukan hanya ancaman bagi hubungan mereka, tetapi juga musuh yang mencoba menjatuhkan Adrian dengan cara apa pun.Sienna menghela napas, mengumpulkan keberanian sebelum akhirnya bangkit dan bersiap untuk menghadapi hari.Saat dia keluar dari kamar, suara langkah kaki Adrian terdengar dari dapur. Pria itu tampak tenang seperti biasanya, seolah tidak ada yang terjadi.“Kau tidur nyenyak?” tanya Adrian sambil menyeduh kopi.Sienna menatapnya, mencari tanda-tanda kebohongan di wajahnya. “Aku mendengar kau bertemu dengan Kiera tadi malam.”Adrian mengangkat alisnya, kemudian meletakkan cangkirnya di meja.
Sienna membuka matanya perlahan, merasakan kehangatan tubuh Adrian yang masih tertidur di sampingnya. Semalaman mereka berbicara panjang tentang ancaman Marcus dan pengkhianatan dalam sistem hukum yang berusaha menjatuhkan Adrian. Namun, meskipun masalah itu terus menghantui mereka, malam sebelumnya menjadi tempat pelarian di mana mereka hanya memiliki satu sama lain.Sienna menggerakkan jemarinya di atas dada Adrian, merasakan detak jantungnya yang stabil. Namun, saat ia hendak beranjak dari tempat tidur, lengan Adrian melingkar di pinggangnya, menahannya."Jangan pergi dulu," suara berat Adrian terdengar serak karena baru bangun.Sienna tersenyum kecil. "Aku harus ke kantor. Kita masih harus mencari tahu siapa pengkhianat di dalam sistem hukum."Adrian membuka matanya dan menatapnya dengan penuh ketenangan. "Aku tahu. Tapi sebelum itu, aku ingin menikmati pagiku denganmu sebentar lagi."Sienna tertawa kecil sebelum akhirnya menyerah dan membiarkan dirinya tenggelam dalam pelukan Adr
Pagi itu, Sienna bangun dengan perasaan berat di dadanya. Pikirannya masih dipenuhi oleh dokumen yang Ethan berikan kemarin. Kasus Adrian semakin rumit, dan meskipun dia mempercayai Adrian, Sienna tidak bisa mengabaikan fakta bahwa seseorang dengan kekuatan besar berusaha menghancurkannya.Di sebelahnya, Adrian masih tertidur, napasnya teratur. Wajahnya yang biasanya penuh percaya diri terlihat lebih tenang saat tidur. Sienna ingin membangunkannya, ingin membahas rencana mereka selanjutnya, tapi dia tahu Adrian butuh istirahat.Sienna bangkit perlahan, berjalan menuju dapur untuk membuat kopi. Namun, saat dia membuka ponselnya, sebuah pesan masuk membuat jantungnya berdebar kencang.“Kau pikir kau bisa menyelamatkannya? Dia akan jatuh, dan kau juga.”Sienna langsung menunjukkan pesan itu kepada Adrian setelah dia bangun.“Ini semakin gila,” kata Sienna dengan nada frustrasi.Adrian mengambil ponselnya, membaca pesan itu, lalu mengerutkan dahi. “Ini bukan hanya ancaman biasa.”“Menurut
Pagi itu, Sienna membuka matanya dan menemukan dirinya sendirian di tempat tidur. Adrian sudah tidak ada di sampingnya. Dia meraih ponselnya dan melihat pesan dari Adrian:"Aku ada urusan sebentar. Jangan khawatir. Aku akan kembali sebelum makan siang."Sienna menghela napas panjang. Setelah kejadian kemarin dengan Kiera, dia masih merasakan kegelisahan di hatinya. Dia percaya pada Adrian, tapi bayangan dari masa lalunya terus menghantui mereka.Setelah bersiap, Sienna memutuskan untuk pergi ke kantornya lebih awal. Setibanya di sana, asistennya, Leah, sudah menunggunya di luar ruangan dengan ekspresi khawatir.“Ada yang harus kau lihat,” kata Leah sambil menyerahkan sebuah amplop cokelat.Sienna mengambilnya dengan hati-hati dan membuka isinya. Di dalamnya, ada beberapa foto Adrian bersama Kiera di sebuah bar mewah. Dari sudut pengambilan gambar, terlihat seolah-olah mereka sedang berbicara serius, dan ada satu foto di mana Kiera menyentuh tangan Adrian.Darah Sienna mendidih. Dia ta
Pagi itu, Sienna terbangun lebih awal dari biasanya. Cahaya matahari menyusup melalui tirai kamar penthouse Adrian, menciptakan kilauan lembut di atas seprai putih. Dia menoleh ke samping, melihat Adrian yang masih tertidur lelap di sampingnya. Wajahnya tampak lebih damai dari biasanya, seolah-olah beban yang selama ini menghantuinya sedikit mereda.Namun, kedamaian itu tak bertahan lama. Suara notifikasi dari ponsel Sienna mengusik pagi mereka. Dia meraih perangkat itu dan melihat sebuah pesan dari nomor tak dikenal:"Apakah kau benar-benar percaya Adrian hanya milikmu? Kau bukan satu-satunya wanita dalam hidupnya."Jantung Sienna berdegup lebih cepat. Dia menelan ludah, mencoba mengabaikan kecemasan yang tiba-tiba menyelimutinya. Pesan anonim itu jelas berniat memecah belah mereka. Tapi siapa? Dan yang lebih penting—apakah ada kebenaran di baliknya?Adrian bergerak di tempat tidur, tangannya secara refleks mencari Sienna. Saat dia menyadari Sienna duduk tegak dengan ponsel di tangan
Pagi pertama setelah pertunangan mereka terasa berbeda. Matahari baru saja menyelinap masuk melalui tirai kamar, menyoroti siluet Adrian yang masih terlelap di sampingnya. Sienna tersenyum, menyentuh pipi pria itu dengan lembut. Ia masih belum sepenuhnya percaya bahwa mereka akhirnya bisa hidup tanpa bayang-bayang ancaman. Sienna bangkit dari tempat tidur, mengenakan kemeja Adrian yang kebesaran, lalu berjalan ke dapur untuk membuat kopi. Saat ia tengah menuangkan susu ke dalam cangkir, sepasang tangan kuat melingkari pinggangnya dari belakang. "Bangun lebih dulu tanpa membangunkanku? Itu tidak adil," gumam Adrian dengan suara serak khas orang yang baru bangun tidur. Sienna tertawa kecil. "Kau butuh istirahat. Setelah semua yang terjadi, kau pantas tidur lebih lama." Adrian mengambil cangkir kopi dari tangan Sienna, menyesapnya perlahan. "Aku lebih suka bangun denganmu di sisiku." Sienna menatapnya penuh kasih. Ia tahu Adrian bukan tipe pria yang suka mengungkapkan perasaanny
Pagi di rumah Adrian terasa berbeda. Tidak ada lagi ancaman dari bayang-bayang masa lalu, tidak ada lagi ketakutan akan serangan mendadak atau pengkhianatan. Untuk pertama kalinya, Adrian dan Sienna benar-benar bisa bernapas lega.Adrian berdiri di balkon, menyesap kopinya sambil menatap hamparan kota di bawahnya. Udara pagi terasa segar, seakan menyambut kehidupannya yang baru. Di belakangnya, Sienna melangkah mendekat, masih mengenakan kemeja putih Adrian yang kebesaran di tubuhnya."Kau terlihat tenang," gumam Sienna, melingkarkan lengannya di pinggang Adrian."Aku merasa seperti akhirnya bisa benar-benar bebas," jawab Adrian, membalas pelukan Sienna. "Tidak ada lagi urusan kotor, tidak ada lagi ancaman. Aku hanya ingin menjalani hidup denganmu, tanpa gangguan."Sienna tersenyum dan mengangguk. "Dan aku akan ada di sisimu."Mereka berdiri di sana beberapa saat, menikmati kebersamaan mereka sebelum akhirnya Sienna menarik diri. "Aku harus ke kantor. Masih ada beberapa hal yang perlu
Pagi itu, sinar matahari menyelinap melalui celah tirai kamar mereka, membelai wajah Sienna yang masih terlelap di pelukan Adrian. Udara di kamar terasa hangat, bukan hanya karena suhu pagi yang bersahabat, tapi juga karena ketenangan yang kini menyelimuti kehidupan mereka. Adrian perlahan membuka matanya, menatap wajah Sienna dengan penuh kasih. Senyuman kecil terukir di sudut bibirnya, menyadari bahwa untuk pertama kalinya setelah sekian lama, hidupnya benar-benar bebas dari ancaman masa lalu.Namun, kedamaian itu tidak bertahan lama. Suara dering ponsel Sienna yang nyaring memecah keheningan pagi. Dengan malas, Sienna menggapai ponselnya di meja samping tempat tidur. Namanya Rachel, sahabat sekaligus rekan kerjanya di firma hukum, terpampang di layar."Rachel?" Suara Sienna serak karena baru bangun."Sienna! Kau harus ke kantor sekarang juga. Ada sesuatu yang besar terjadi," suara Rachel terdengar tegang, membuat Sienna langsung duduk tegak."Apa yang terjadi?" tanya Sienna dengan